Selasa, 24 Januari 2012

Mengelola keuangan sederhana ala hadits Rasulullah (1)


Ada seorang pria yang sedang berjalan di padang pasir, tiba-tiba dia mendengar suara dari langit yang mengatakan:

“Airilah kebun si Fulan!” Kemudian dia lihat ada awan yang berjalan menuju tempat tertentu, lalu awan itu menumpahkan airnya (air hujan) di sebuah areal tanah yang penuh dengan batu hitam. Di sana ada sebuah aliran air yang menampung air tersebut.

Pria itu terus mengikuti kemana air itu mengalir. Tiba-tiba dia melihat ada seseorang yang sedang berdiri di kebunnya sambil mendorong air itu dengan penyodoknya ke dalam kebunnya. Dia berkata: “Hai hamba Allah! siapa nama Anda?” Dijawab oleh pemilik kebun itu: “Namaku Fulan.” Persis seperti nama yang didengar dari arah awan tadi. Pemilik kebun itu balik bertanya: “Hai hamba Allah! mengapa Anda menanyakan nama saya?”

Dijawabnya: “Aku telah mendengar suara di awan yang menurunkan air ini, suara itu mengatakan, ‘Airilah kebun si Fulan’ dan dia menyebutkan namamu. Apa sebenarnya yang Anda perbuat dengan kebun ini?”

Pemilik kebun itu menjawab: “Kalau itu yang Anda katakan, maka ketahuilah, sesungguhnya aku perhitungkan hasil yang didapat dari kebun ini. Lalu sepertiga aku sedekahkan, sepertiganya lagi aku makan bersama keluargaku dan sepertiga yang terakhir aku kembalikan lagi ke kebun untuk ditanam.”

Dalam riwayat lain dikatakan: “Aku jadikan sepertiganya sebagai sedekah untuk orang-orang miskin, para pengemis dan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan)”.( HR. Muslim 4/2288 No. 2984 dan Ahmad 2/296.)

Tidak mungkin Rasulullah bercerita seperti diatas, jika tidak ada ibrah/hikmah yang bisa diambil dan dipelajari. Banyak poin2 dan inspirasi yang sangat mengena dan mendasar bagi para pelaku bisnis, dari hadits yg sangat simple ini. Subhanallah.. Allahumma shalli wa salim ala Muhammad...

Penulis jg pernah mendengar kisah, ada seorang tukang bakso yg bertekad untuk naik haji. Setiap pelanggan membayar bakso, dibaginya uang pelanggan tersebut pada 3 kotak terpisah. kotak pertama untuk membeli bahan2 bakso, kotak kedua untuk nafkah keluarga beserta zakat, sedekah, kotak ketiga adalah tabungan haji. Subhanallah...

kembali ke hadits diatas, inspirasi nya adalah dalam mengatur keuangan yang sederhana dan powerful!

Pembagian keuangan pada hadits tersebut tentu saja ketika omzet atau total income dikurangi beban2 perusahaan seperti gaji karyawan, sewa lahan, penyusutan, budget marketing, budget training, dll. atau kalau untuk karyawan, ketika gaji telah dikurangi pajak, ongkos bensin, dll. Kemudian ketemu net-profit. Nah net-profit inilah yang kita pecah menjadi bagian yang masing2 sepertiga.

Sepertiga pertama adalah untuk sedekah
Penulis sendiri diajarkan oleh gurunya, Robbyantono untuk me-wakaf-kan sebagian saham perusahaan. Alhamdulillah, semua perusahaan penulis dari yg IT, hingga www.plasaemas.com telah mengikuti langkah gurunya.

tidak lupa untuk wakaf produktif, misalkan wakaf untuk gerobak mie ayam yg kemudian disewa oleh tukang mie ayam (tentu saja dengan biaya sewa yg murah) dan hasil sewa nya baru, kemudian full di sedekahkan.. dana wakaf yang misalnya 3jt, bisa disulap jadi sedekah 100rb tiap bulan (setelah sebagian disisihkan untuk bisa bikin gerobak baru lagi), dan bisa seumur hidup.. sekaligus membuat lapangan pekerjaan untuk tukang mie ayam... menarik bukan :)

contoh wakaf produktif lain adalah ke kucing. penulis melakukannya ke PrabuCats uang wakaf 10jt, menghasilkan sedekah 500rb tiap bulan. lebih powerful! cukup untuk menyekolahkan gratis anak2 yg tidak mampu... bandingkan jika kita langsung men-sedekah-kan uang 10jt begitu saja, tentunya dalam beberapa hal, wakaf produktif menjadi lebih baik :)

Jatah sepertiga untuk sedekah ini (atau 33,33%) setidaknya 10% digunakan untuk wakaf (sukur2 bisa lebih :) ). tapi sebisa mungkin memilih wakaf yang produktif. dan 3,33%-nya untuk zakat (supaya angka nya genap). Sisanya 20% dilarikan kemana? Jangan buru2 kepikiran lembaga ZIS ya.. lihat dulu sekeliling kita :)

Inget lho, sedekah yang paling utama adalah untuk orang2 terdekat kita. Dalam hal ini adalah tetangga dan juga kerabat (saudara). Bersyukurlah kalau ada tetangga yg ketok pintu rumah kita untuk minta sedekah atau berhutang, karena kita tidak perlu capek lagi menyalurkan dana :)

Bantu kerabat yang terlilit hutang. tentu saja kerabat harus membayar kembali ke kita, tapi tanpa bunga ya. Ibaratnya mereka dipinjamkan sama dana "umat". nah setelah dikembalikan ke kita, bantu lagi deh tetangga/kerabat yang berhutang. Jadi semacam dana abadi umat versi kecil..

Kalau sudah tidak ada tetangga/kerabat yg membutuhkan bagaimana? Alhamdulillah, bisa salurkan ke yg produktif. misalkan bikinkan majlis talim di lingkungan kita, atau pinjaman lunak buat pedagang2 gerobak yg mau membayarkan gerobak sewa nya yg milik majikan, dll. kalau duit nya masih sisa banyak? bisa juga beli ambulan gratis, perpustakaan gratis lengkap dgn internet, dll.. banyak pokoknya :)

Lalu bagaimana jika kita sendiri yg punya hutang? misalkan di masa lalu pernah mengalami kebangkrutan besar, meninggalkan banyak hutang. Nah, si 20% ini jg bisa kok untuk bayar hutang masa lalu kita yg "nyangkut". karena membayar hutang itu hukumnya wajib. Dan bisa menjadi sebab penghalang masuk surga. nah lho! asal bukan buat bayar cicilan mobil, rumah, TV, HP ya....

atau bisa jadi kita butuh duit mendadak, misalkan anak sakit butuh biaya perawatan, atau ada tagihan perusahaan belum terbayar, no problemo.. dana ini juga bisa kita pinjam sementara. tapi ya nanti tetap dikembalikan. Asik kan jadinya punya dana "cadangan" :)

Pasti asik kan berpetualang dengan dunia wakaf dan sedekah.. Udah ganjarannya berlipat (hingga 700 kali lipat), juga bikin hati tenang. Apalagi jika dilakukan berjamaah...

Gimana kalau kita mulai bulan ini? hari ini? sisihkan sepertiga income bersih untuk urusan zakat, sedekah, wakaf.. setuju?

Nah, bagaimana sepertiga yg kedua dan ketiga? Lanjut besok ya..

Salam,
@adzan
adzan101.blogspot.com

1 komentar:

sigit mengatakan...

like.. :-)