Rabu, 18 November 2009

Corrupted!

Being Corrupted!

Ada seorang pemimpin organisasi besar pernah bercerita..

"aku telah dipilih menjadi nahkoda kapal besar
saat itu banyak sekali kepentingan..

aku bertemu dengan berbagai macam orang
orang-orang itu memaksakan diriku untuk menjalankan kapal sesuai peta yang dibawanya
saat itu aku tolak..
maaf, aku sudah punya route map dari organisasi (AD/ART)

banyak sekali pihak-pihak yang memaksakan peta-nya
tapi lagi-lagi aku tolak..
maaf, aku sudah punya route map dari organisasi

aku pun mengibarkan bendera berwarna putih sebagai lambang organisasi
tapi kemudian aku lihat di kapalku..
ada orang-orang yang mengibarkan bendera berwarna merah..
ada orang-orang yang mengibarkan bendera berwarna kuning..
hijau... hitam... biru... dan lain sebagainya
aku cuma bisa mengelus dadaku..

aku lihat lebih jauh ke belakang
oh.. ternyata banyak sekali penumpangku yang lompat dari kapal..
ya, mereka telah lompat ke kapal yang lain..
tidak sedikit dari mereka.

aku lihat lagi lebih jeli.. ternyata masih ada yang bergelantungan di kapalku..
rupanya ia tidak kebagian kapal baru untuk berlabuh..
ia sedang menunggu-nunggu kapal baru untuk ditumpangi..

kemudian kapal kami terkena badai
tergoncang!
ransum kami habis
anak buah kapal, penumpang, semuanya kelaparan..
ah.. aku melihat ada yang memancing ikan di ujung kapal sebelah sana..
ada sedikit harapan untuk memenuhi hak perut-perut kami..

setelah melihat ikan tertangkap olehnya, betapa terkejutnya kami..
ikan-ikan itu hanya dimakan untuk dirinya sendiri
astaghfirullahaladziim..

saat itu saya sebagai nahkoda mencoba menahan emosi.
saya pikir, tak apalah.. yang penting tidak ada penumpang yang membakar kapal kami..

kemudian saya melihat ada asap di kapal kami
ada apa ini?
rupanya ada yang sedang bakar ikan..
saya perhatikan lagi dengan lebih jelas
wow! ternyata ada yang sedang membakar kapal kami!

disinilah kepemimpinan saya sebagai nahkoda diuji..
tujuan awal saya adalah untuk melabuhkan kapal ini di tempat yang telah ditetapkan (AD/ART)
kalau memungkinkan, dengan sebanyak-banyaknya penumpang"

ilustrasi diatas menggambarkan kehidupan kita sehari-hari. Ya, tema yang mau kita bicarakan adalah corrupted atau jiwa yang korup.

Rasanya bosan ya tiap hari mendengar ada oknum-oknum yang corrupted di kepolisian, kejaksaan dll..
makanya saya ga mau bahas begituan, yang dekat-dekat sajalah sama diri kita

jiwa yang tercemar (korup) yang saya maksud disini bukanlah jiwa yang suka nilep duit, yang suka mark up, atau yang lain-lain. udah ga kelas kali ya kalo kita bangsa indonesia bahas yang begituan, tapi yang lebih mendasar dari itu, adalah jiwa yang telah tercemar oleh kecintaan terhadap harta dunia. naudzubillah.

fitnah dunia ini sangatlah besar.. ketika ilustrasi diatas menceritakan ada pemancing-pemancing ikan, mungkin kisah yang sama bisa kita temukan di kehidupan sehari-hari kita. bisa jadi itu karyawan kita, partner kita, saudara kita, sahabat kita, atau bisa jadi malah diri kita sendiri!

jiwa yang tercemar ini pun lebih sering ditemui ketika kita sudah jauh dari nilai-nilai idealisme seperti saat kita sudah menikah. Coba perhatikan banyak sekali dari kita yang mungkin masa bujangannya adalah orang-orang yang idealis, tetapi ketika menikah tiba-tiba sepertinya jiwa idealisme-nya tergadai. ya, mungkin diri saya sendiri adalah salah satunya (walau bgitu tetep naudzubillah).

ya maklum, tingkat kebutuhan dan tekanan yang ada kadang membuat kita lupa (atau mungkin pura-pura lupa) dengan komitmen2 dan kewajiban2 yang diamanahkan kepada diri kita. sehingga banyak sekali kita tidak menepati janji-janji kita, konflik kepentingan, nepotisme, kolusi, atau secara tidak sadar kita telah menjadi para pemancing ikan itu.

"Tidak ada kapal kecil didalam kapal besar, kalopun mau buat sekoci, sekoci harus dimiliki bersama!"
begitulah kata salah seorang pengusaha yang memiliki perusahaan bersama teman-temannya.

wah harus begitu ya..

memang repot kalo punya kapal besar yang bukan milik sendiri. banyak kepentingan yang harus ditabrak. bikin sebuah kebijakan

juga bisa menimbulkan fitnah dari orang yang tidak suka.. ah kepala ini pusing jadinya..

kayaknya lebih enak naik Getek..
dayung sendiri, sambil liat pemandangan kiri-kanan..
penumpangnya sedikit aja, tapi bisa diatur dan taat.

kalo ransum abis, Getek berhenti sebentar untuk memancing..
abis itu makan ikan bareng-bareng
ya dinikmati saja..

ketika kapal bocor, kita tambal bareng2 dengan suka cita penuh canda tawa
wah nikmat banget..
kyknya klo kapal udah sampe tujuan jadi malah hilang suasana suka citanya itu.

Ya Allah, jauhi kami dari tercemarnya hati-hati kami..
jadikan dunia ini hanya ditangan kami, tidak di hati kami..
jangan jadikan kecintaan harta dunia ini lebih tinggi daripada kecintaan kami untuk-Mu..
jangan jadikan kecintaan harta dunia ini lebih tinggi daripada kecintaan kami untuk saudara-saudara kami..
Ya Rabb, ingatkanlah selalu hamba-Mu yang hina ini akan kematian..
akan tujuan kapal berlabuh..
jadikanlah arah kapal ini untuk selalu menuju-Mu

bahkan Rasulullah hamba yang paling Kau kasihi, beliau pernah merasakan kelaparan ketika perang khandak..
mengganjal perutnya dengan batu..
maka siapalah kami ini ya Rabb untuk protes.. padahal seberat-beratnya ujian dariMu, sama sekali kami belum pernah Engkau uji

dengan kelaparan..
berikan kami kekuatan untuk tetap bertahan mencintaiMu..
Amiin..
Allahu akbar..

Rabu, 11 November 2009

Kenapa Franchise Lokal image-nya ga bagus?

Suatu saat di Bandung saya bertemu dengan salah seorang Master Franchise wilayah Jawa Barat. Bisnis Franchise lokal yang digeluti sangat terkenal, bahkan diperlukan modal milyaran untuk membuka satu outlet tersebut.

kemudian sang master franchise mengatakan,
"kapok gw sama franchise lokal. Franchise lokal hanyalah ajang para Franchisor untuk menguras duitnya Franchisee. gw ga mau lagi ambil franchise."

kemudian beberapa pernyataan yang sama juga saya temui dari pengusaha2 senior di Jakarta... oke lumayan buat bahan renungan saya, hingga berlalu beberapa bulan...

kemudian kemarin saya chat dengan salah seorang pemilik toko garmen sebut saja X,
X : mas ada orang mau buka toko garmen yg sama dengan merk toko saya di luar pulau (seperti franchise). menurut mas gimana? saya kirim proposalnya tolong kritisi ya..

Y (saya) : (setelah melihat proposal, disitu saya melihat ada franchise fee 25jt, dan royalti fee sekitar 5% klo ga salah. maklum saya alergi sama istilah2 beginian hehe) tokonya sudah berapa cabang pak?

X : 1 cabang

Y : (baguuussss..) udah jalan berapa lama?

X : 2thn (klo ga salah)

Y : (baguuuusss...)saya saranin sih jgn model franchise pak.. modelnya bantu setup aja, plus jadi supliernya.. kasian orang mau usaha belom2 udh dicekek sama franchise fee sama royalty fee.. apalagi brand kita belum kuat. paling tidak klo sudah kyk indomart or alfamart baru deh boleh tarik franchise fee...

hmmm..
nah mungkin kasus2 seperti ini kali ya yg bikin franchise lokal itu image-nya kurang baik.

memang ada semacam euforia entrepreneurship.. ya sah2 aja sih sebenernya.. dan halal2 aja kok..

cuma klo baru bisnis 1-2thn, apalagi baru punya 1 cabang (atau bahkan 3 cabang sekalipun) belum cukup teruji untuk menjual franchise.. hei, anda belum merasakan dan berpengalaman menghadapi "badai2" yg besar


Mitra kita adalah orangtua kita, anak kita, bahkan diri kita sendiri

jangan melihat franchisee adalah sapi perah yg bisa kita eksploitasi susu nya. Tapi coba pandang mereka sebagai orangtua kita sendiri yang harus kita hormati, atau anak kita sendiri yg harus kita lindungi, atau bahkan diri kita sendiri yang harus dipenuhi kebutuhannya.

Rejeki kita ga akan kemana kok, pelan2 saja, bangun brand dan fundamental perusahaan yg kuat, baru bicara franchise. jadi jangan seenaknya memeras mitra/franchisee kita, mereka itu punya harapan yang besar. berfikir agak panjang, berikan benefit yang banyak diawal jgn malah udah minta ini itu diawal. kita ga akan melakukan itu toh jika mitra itu adalah anak kita sendiri :)


Kuatin Brand dulu, baru bicara Franchise

Bayangkan, di Indonesia malah ada franchise yang belum ada cabang sama sekali. tapi udah jual franchise.. yg mau dijual apaan mas?

bisnis makanan baru jalan 1thn udah franchise. tapi klo bisnis makanan masih mending, karena differensiasinya jelas yaitu RASA. tapi coba perhatiin deh franchise2-an yg lain..
toko baju misalnya, warnet, minimarket, laundry, salon, u name it lah..
diferensiasinya dimana??
anggeplah awal2 orang bikin toko baju beli dari franchise kita, ya lama kelamaan sunatullahnya orang itu pasti taulah suplier2 kita. trus mengapa mereka merasa perlu membayar royalty fee tiap bulan?

apalagi franchise warnet, laundry, salon, dll. abis warnet berdiri bisa running sendiri kok.. trus kenapa mesti bayar royalty fee segala setiap bulan?

nah kemudian franchisee putus kontrak, bikin merk sendiri. trus kemudian franchisor marah2 merasa di khianati.. nah loh.. ribet deh..

intinya apa? kuatin brand! klo belum punya brand ga usah bicara franchise!
contoh, century21, intercontinental hotel.
bisa aja kan kita bikin hotel sendiri, lalu kenapa mesti beli franchise
1. jaminan kualitas manajemen dengan berbagai sertifikat dan standarisasi
2. brand awareness (coba aja klo bule dtg di airport, ga mungkin kan bilang ke supir taxy minta anterin ke Hotel Melati)
3. branding. Dari pihak pusat sononya terus menerus melakukan upaya branding, iklan2, dan lain2.
4. akuntabilitas, integritas, auditnya independent dsb..

Lha, sekarang kita mau jualan cendol aja pake franchise2 segala..
coba bung kita juga perhatikan dari sisi franchisee nya.. jgn melulu mikirin profit

contoh lokal yang baik adalah brand seperti Hoka Bento, Gokana Tepan - Platinum - BMK punya nya pak Yunus. Udah segitu terkenal aja belum pake sistem franchise, padahal sangat2 layak untuk di franchise kan..

Jadi buat temen2 yg mau buru2 franchise kan bisnisnya mending ga usah, karena...
1. Ngerugiin franchisee (pembeli franchise anda), percaya deh nanti ujung2nya punya hubungan yg ga enak sama franchisee
2. Bikin jelek image waralaba lokal
3. Core bisnis hancur, bahkan gulung tikar, karena lebih memikirkan bagaimana supaya franchisee laku dibanding bagaimana baju laku di tokonya
4. Terakhir ya ngerugiin diri sendiri, nanti orang2 pada susah untuk percaya lagi


Solusinya apa?
1. Fokus aja di toko yg kita punya, ga akan bikin kita miskin kok.. :D
2. Lebih banyak mikirin membantu orang, sedekah, daripada mikirin numpuk profit. Emang klo duit banyak trus hati gak tenang rasanya enak?


buat para calon pembeli franchise lokal
1. Teliti yg bener ketika membeli franchise. tanyain udah jalan brp tahun bisnisnya, udah ada berapa cabang, udh berapa cabang yg bangkrut, persentasenya berapa, trus liat pembukuannya (2thn minimal) ketika lagi sepi dan rame.. jgn mau klo diliatin pembukuan yg cuma sebulan dua bulan

2. gak semua franchisor lokal itu jelek kok.. makanya lebih teliti lagi, krn yg bagus cuma sedikit hehe