Rabu, 29 Agustus 2007

Saya dan tukang sate kikil

Salah satu hobi saya adalah kuliner.. Paling seneng jajan-jajan. Kalo lari pagi aja banyakan jajan-nya daripada larinya hehehehe......

Nah, salah satu kebiasaan saya kalo siang-siang itu beli sate kikil. Hebat nih si abang, saya perhatiin tiap hari dagangannya selalu abis. Sate nya emang enak, 1000 perak dapet 3 biji, dijualin pake gerobak keliling...
penasaran doonk sama omzetnya..........

berikut dialog saya
saya : "wah-wah, kayaknya selalu habis ya pak sate nya setiap hari"
tukang sate : "iya mas"
saya : "satu hari bisa dapet brapa Pak?
tukang sate : "ya kalo abis semua, 500ribu lah pak"
saya : (kaget!) "wah hebat bener ya pak.. padahal paling-paling modal kikil nya cuma 100ribu..."
tukang sate : "ooo...ngga mas.. kikil nya mahal. Ini modal kikilnya aja 200rebu. belum lagi tusukan sate sama bumbu nya.."

(dalam hati saya : tetep aja pak, paling tusukan sate sama bumbu ga sampe gocap, berarti bersihnya si bapak ini satu harinya 200-250rebu. Gile aja sebulan antara 6-7jt. Kalah deh fresh graduate hahahaha....)

Silakan petik dan tafsirkan sendiri hikmah dari cerita ini
Salam Funtastic!!

Hobi maen cashflow

Sudah tau game cashflow101? bagi yang belum tau, cashflow101 adalah game buatan Robert Kiyosaki. Cara memenangkan game ini mudah saja, cukup menambah passive income sebesar $50,000 atau dengan "membeli" mimpi kita selama ini.

Nah untuk bisa menang, kita diharuskan jadi orang kaya. Harus juga bersifat financial freedom. Harus masuk ke jalur fast track supaya bisa wujudin mimpi-mimpi kita, dan supaya menjadi super kaya.

Gimana caranya ke fast track? simple, passive income (passive income lho, bukan sekedar income, apalagi salary) harus melebihi expenses kita. Nah makanya biasain sisa penghasilan kita digunakan untuk investasi, untuk menambah passive income. Lebih jelas tentang game ini kunjungi www.cashflow101game.com

Nah kembali ke laptop, saya baru main game ini kurang lebih 1,5 tahun yang lalu. Pengalaman menarik, karena di debut pertama saya langsung mencetak kemanangan. Gak tanggung-tanggung yang saya kalahkan langsung sang juragan pulsa kita, Pak Masbukhin Pradhana (hehehe boleh donk bangga dikit walau menangnya cuma karena beruntung).

Beberapa bulan kemudian dapet wejangan dari guru, Pak Roni, yang mengatakan harus sesering mungkin memainkan game cashflow ini. Karena akan membentuk mindset kita katanya. Berbekal pesan beliau, akhirnya kita beli deh game ini, dan hampir main setiap hari kala itu.

Setiap semangat berwirausaha mengalami penurunan, bermain cashflow sangat efektif untuk mendongkrak semangat itu lagi. Tertarik dengan hal ini, rekan saya dari TDA, Pak Asep, menginginkan agar game ini dimainkan secara rutin di komunitas. Yo wis ngikut aja deh..

Saya sendiri sangat terbuka jika ada pembaca yang ingin bermain bersama kami. Feel free aja ok!
Salam Funtastic!

Rabu, 22 Agustus 2007

Cuma di TDA bisa begini (by pak jonru)

(*note: TDA = tangan di atas, istilah untuk orang yang telah menjadi pengusaha. Selain itu TDA adalah sebuah komunitas pengusaha. TDB = tangan dibawah, istilah untuk orang yang masih menjadi karyawan)

Cuma di TDA bisa begini

"Perkenalkan nama saya A. Saya sebenarnya masih TDB. Malu deh."

"Maaf, ya. Saya belum punya kartu nama TDA. Saya baru bisa memberikan
kartu nama TDB saya. Duh, malu banget rasanya."

Ucapan-ucapan seperti itu menjadi demikian akrab di telinga saya sejak
bergabung dengan TDA.

Baru di TDA-lah saya menemukan orang-orang yang merasa malu karena
ketahuan masih TDB. Padahal mereka mungkin bekerja di perusahaan
ternama, dan gajinya pun cukup besar.

Di tempat lain, kita justru sering melihat orang2 yang merasa bangga
dengan status mereka sebagai karyawan.

"Saya bekerja di Telkom," ujar mereka dengan bangganya (silahkan ganti
kata Telkom ini dengan Astra, Bank Mandiri, atau nama-nama perusahaan
besar lainnya).

Apakah mereka ini bangga pada diri sendiri?

Menurut saya tidak! Dengan mengucapkan kalimat seperti itu, mereka
justru sedang membanggakan perusuhaan tempat mereka bekerja.

Tanpa sadar, mereka juga sebenarnya sedang merendahkan diri sendiri.
Sebab ucapan seperti itu lebih kurang bermakna, "Saya bukan siapa-siapa.
Perusahaan saya jauh lebih hebat daripada saya."

Baru di TDA-lah, saya menemukan orang-orang yang malu berstatus sebagai
karyawan.

Dan rasa malu ini merupakan sesuatu yang sangat baik. Sebab di balik
rasa malu itu pasti tersimpan sebuah motivasi, "Saya harus SEGERA
menjadi TDA!"

Setuju?

Wassalam

Jonru
http://www.jonru.net