Saya termasuk penggila bola. Ada ungkapan menarik dari filosofi sepakbola, sebanyak-banyaknya tim anda mencetak gol, tidak akan berarti apa-apa jika tim lawan mencetak gol lebih banyak ke gawang anda. Ya betul, pertahanan atau defense memegang peranan penting dalam hal apapun. Seringnya kita asik menyerang, hingga melupakan pertahanan...
Seperti dikatakan Sun Tzu : in peace prepare for war, in war prepare for peace. Yang artinya dalam damai bersiaplah untuk berperang, dalam perang bersiaplah untuk berdamai. Yang akan saya bahas disini tentunya lagi-lagi urusan bisnis. Tidak selamanya bisnis dalam masa peak , ada masanya low season , dan ini sudah biasa. Contohnya seperti bisnis baju muslim, peak nya tentu dimasa bulan puasa atau lebaran. Atau bisnis-bisnis pada umumnya yang mengalami low season pada musim anak sekolah, dollar melambung tinggi, dan lain-lain. Sekali lagi hal ini adalah hal yang biasa dalam bisnis.
Dalam masa peralihan seperti ini, fleksibilitas struktur dalam bisnis UMKM harus bekerja sempurna. Misalkan ketika peak season, tentunya tim sales/marketing sedikit berkurang kerjanya, bisa diperbantukan sebagai customer service, atau bantu bagian distribusi, dan lain sebagainya.
Yang lagi tren sekarang tentunya tema lesunya bisnis di saat krisis seperti sekarang. Daya beli masyarakat turun, penjualan turun, overhead membengkak, harga produk meningkat karena dollar melambung. Di saat seperti itu, memang akhirnya kita memasuki fase defensif dalam berbisnis. Dimana hal ini adalah hal yang biasa, sebagaimana permainan sepakbola ketika kehilangan possession. Jangan panik... Saya menyebutnya sebagai fase konsolidasi...
Dalam fase konsolidasi, kita harus bergerak lincah. Baik untuk merebut bola, menjaga daerah, man to man marking. Dalam hal bisnis, untuk bergerak lincah adalah dengan mengurangi overhead. Misalkan hapus utang, restrukturisasi utang ataupun perusahaan, mengurangi fasilitas untuk karyawan, membuat sistem online, dan lain-lain. Memang berat, tapi perlu, kalau tujuannya untuk menangnya tim kita dalam merebut bola..
Dalam fase konsolidasi juga, kita bisa bergerak untuk meningkatkan kapasitas tim. Misalkan meningkatkan skill penjualan, keuangan, upgrade sistem IT, product research, merapikan SOP perusahaan, merapikan inventory, re-evaluasi produk, membuat pendekatan ulang untuk segmentasi, positioning, branding, sales dan lain-lain.
Contoh klien saya adalah Petshop Calico , yang disaat krisis ini mereka fokus branding. Meningkatkan brand awareness untuk lebih menjangkau banyak orang. Karena banyak catlover atau doglover yang belum mengetahui kiprah Petshop Calico yang murah, mudah, ramah.
Atau seperti cattery istri saya Prabu Cattery , ketika sedang tidak ada kucing yang available untuk di jual, fokus edukasi masyarakat tentang kucing di www.cattery.co.id. Dan sedang di approach beberapa pihak untuk menjadi pengasuh rubrik tentang kucing di media-medianya.
Sebaliknya bisnis emas antam PlasaEmas mengalami masa peak ketika harga emas naik. Sekarang fokus di distribusi.
Intinya harus terus bergerak, bergerak maju. Semua harus siap secara sempurna di masa "damai", hingga ketika nanti "perang" sesungguhnya, maka insya Allah tinggal vini vidi vici, alias datang, bertarung, dan menang.
Akhir-akhir ini saya sedang bernostalgia dengan game Shogun Total War. Bermain dengan level Expert, disini saya banyak belajar, bahwa untuk mencapai kemenangan haruslah memiliki pertahanan yang sempurna. Bahkan untuk pertahanan ibukota yang sempurna, di awal permainan saya merelakan 1-2 propinsi lepas ke tangan musuh, untuk apa? ya untuk fase konsolidasi.....
Dalam masa "krisis" selalu ada perusahaan yang saling gontok-gontokan, saling menjatuhkan dan lain-lain. Posisi perusahaan saya selalu konsisten untuk konsolidasi. Baru ketika konsolidasi sempurna, momentum nya tiba, maka kompetitor biasanya sudah kelelahan bertarung sesamanya, kita memasuki "perang" yang sudah tidak relevan, dan bisa dipastikan pemenangnya hehe... Di titik tersebut kita bisa melakukan ekspansi lagi.
Saat fase konsolidasi menjadi penting untuk memiliki hubungan baik dengan semua pihak. Kalau perlu mencari sinergi yang saling menguntungkan. Membuka networking baru, atau gerakan yang baru. Segala sesuatu ada masa istirahatnya... Sebagaimana kendaraan harus di servis rutin. Jadikan masa krisis ini sebagai fase konsolidasi, kalau perlu kita berpikir berbeda dengan yang lainnya, kita adakan outing jalan-jalan bersama tim... Jadikan fase konsolidasi sebagai fase yang fun, sebagai bagian dari permainan ...
Saking fun-nya, saya bisa membayangkan semua anggota tim berteriak "defense! defense! defense!" seperti menonton pertandingan basket hehe
Lain kali jangan habiskan kesuksesan kita ya.. Sisakan untuk di masa perang...
Sukses selalu, dan jangan menyerah
Stay Hungry Stay Foolish
Coretan pertapa yang selalu ingin belajar...
Sabtu, 12 September 2015
Jumat, 31 Juli 2015
Konsep Berbagi yang lebih baik untuk menambah income
Pertama adalah konsep Musyarakah, Mudharabah, dan Murabahah. Mana yang lebih sesuai? (untuk definisi masing-masing istilah tersebut, silakan googling sendiri ya...)
Konsep mudharabah, saya pakai untuk sesuatu yang bersifat sosial. Misalkan penyaluran dana CSR bisnis. Karena di konsep ini, pemilik modal yang akan menanggung penuh jika terjadi kerugian. Jadi yang akan kita bahas disini adalah Musyarakah versus Murabahah.
Musyarakah lebih kita kenal dengan konsep bagi hasil. Dulu saya menggunakan konsep ini ketika berbisnis warnet. Pemilik modal dan pengelola berbagi risiko
Murabahah alias pembiayaan, saya menggunakannya sekarang-sekarang ini untuk semua bisnis. Relatif aman untuk investor, karena semua risiko relatif ditanggung oleh pengelola bisnis.
Ketika berkonsultasi dengan salah satu guru saya, bahwa menurutnya konsep musyarakah lebih ideal untuk para pemilik bisnis. Ya tentu saja, karena gerak dan beban perusahaan menjadi enteng, tanpa expense dan liability karena utang.
Namun tentunya ada konsekuensi yang diantaranya, yakni harus selalu tertib laporan, accountable, transparan. Karena kewajiban kita untuk melaporkan segala hal ke partner investor. Disini besar kemungkinan terjadi dispute, misalkan dalam hal definisi net profit perusahaan, dan lain-lain. Semua harus jelas dari awal kontrak.
Konsekuensi lain adalah masalah yang tidak kasat mata, yaitu perasaan dan ekspektasi. Ini yang saya alami di bisnis warnet. Ada salah satu warnet saya yang jadi korban perampokan. Seharusnya berdasarkan akad musyarokah, bahwa hal ini adalah force majure. Kalaupun harus menanggung, maka kerugian ditanggung bersama antara investor dan pengelola.
Lucunya, dan Alhamdulillah, investor saya dulu pun orangnya baik-baik semua. Tidak ada yang menuntut apapun. Namun karena saya pribadi mengetahui kondisi perekonomian masing-masing investor yang sedang kurang baik, maka saya pun berinisiatif mengganti semua modal yang pernah disetor. Dan alhamdulillah sudah lunas semua.
Semua diawali niat baik. Saya mengawali warnet dengan sukses, dan berniat berbagi kesuksesan dengan teman-teman yang membutuhkan side income. Maka saya tahu persis ekspektasi dari investor yang ada. Niat saling tolong-menolong.
Mengapa saya ganti? ya karena saya orangnya gak enakan . Saya tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan dana investor yang hilang akibat perampokan, atau karena bisnis merugi. Dan saya selalu meyakini bahwa Allah akan mengganti dengan hal yang lebih baik.. (doain ya..)
Maka saya berpikiran untuk tidak lagi menggunakan model pembiayaan musyarakah atau bagi hasil. Nah berarti sekarang kita bahas yang murabahah ..
Model pendanaan yang sekarang saya pakai adalah murabahah. Disini saya merasa nyaman, karena investor tidak perlu melihat laporan keuangan perusahaan. Fokus ke obyek pembiayaan saja. Investor pun merasa tenang, karena relatif aman dengan adanya jaminan. Bahkan ketika bisnis mengalami force majure, utang adalah tetap utang. Wajib untuk terus dibayar.
Konsep yang saya tawarkan adalah pembiayaan dengan margin 1,5% setiap bulan. Obyek pembiayaan bisa macam-macam, tergantung kebutuhan. Bisa untuk PlasaEmas, atau Petshop Calico, dan lain-lain. Dan tidak setiap saat saya menerima investasi pembiayaan, hanya saat dibutuhkan saja. Dan alhamdulillah antrian orang yang mau membiayai sudah banyak. Bahkan ada antrian yang sumber dana-nya diniatkan berupa wakaf. Jadi nanti margin-nya akan dikembalikan ke ummat.
Kelemahan dari model ini ya berkebalikan dengan musyarakah, bahwa murabahah akan membebani neraca perusahaan dengan biaya-biaya yang pasti (utang).
Kelemahan lain yang menurut saya pribadi rasakan, adalah merasakan adanya rasa sombong. Seolah-olah kita akan sanggup membayar utang tersebut dalam kondisi apapun. (walaupun sebenarnya fikih murabahah juga banyak exit strategy)
Hal yang juga dirasakan adalah rasa waswas, takut terjadi force majure pada bisnis, sehingga tidak mampu membayar pembiayaan murabahah... (semoga Allah menjaga kita selalu).
So, pilih mana? Musyarakah atau Murabahah?
Tinggal sesuai selera kita sebenarnya, asalkan bisnisnya atau sumber pendanaannya benar-benar sudah mapan, insya Allah dua pilihan itu baik.
Mengapa saya bahas Musyarakah dan Murabahah sebagai konsep berbagi yang lebih baik?
Karena terus terang saya prihatin dengan konsep franchise/waralaba atau business opportunity yang sekarang sedang menjamur di Indonesia. Di satu sisi banyak orang Indonesia yang butuh tambahan penghasilan dari investasi, tapi disisi lain dimanfaatkan dengan tidak baik oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Yang hanya mengharapkan keuntungan pribadinya semata, menjebak sebanyak-banyaknya orang.
Makanya yang mau saya bahas kedua adalah konsep Utang
Saya termasuk orang yang awam dengan agama. Cuma pernah dengar seorang ustadz yang bilang kalau utang bisa menghalangi masuk surga. Dan kepikiran dengan utang-utang murabahah saya.
Alhamdulillah berkat pertolongan Allah, bisnis berjalan baik, dan saya berniatan melunasi semua utang murabahah... Langsung tembak target 2016 debt-free. Baik saya pribadi, maupun perusahaan-perusahaan saya.
Uniknya, ketika baru merencanakan untuk menghubungi pihak-pihak yang berurusan dengan murabahah, malah saya dihubungi lebih dahulu oleh sahabat yang berurusan murabahah dengan saya. Beliau menanyakan apakah ada kebutuhan pembiayaan murabahah lagi, karena sedang ada dana menganggur....
Kemudian ada yang lain menghubungi saya, intinya mengucapkan terima kasih karena bertahun-tahun hasil murabahah yang Allah berikan melalui saya, berguna untuk keluarganya. Dan pernah "menolong" di masa-masa sulit.
Saya sempat berpikir, ketika saya bermaksud melunasi semua utang-utang pembiayaan murabahah, lalu bagaimana dengan niat tolong-menolong di awal? kemanakah mereka para investor ini harus menyalurkan dana nya jika pembiayaan saya lunasi? apakah akan berada di tempat yang aman? atau malah ludes karena salah menginvestasikan ditempat yang tepat? lalu bagaimana dengan keluarganya... Alah... mengapa saya jadi megaloman-sindrom begini?
Lalu bagaimana dengan cita-cita debt free yang sudah saya canangkan?
Akhirnya saya berpikir bahwa dalam hidup ini, apapun yang kita lakukan pasti memberi dampak terhadap yang lain. Entah dampak baik atau dampak buruk.
Saya sekarang sadar bahwa proses murabahah ataupun musyarakah yang dijalani adalah konsep berbagi yang sesungguhnya. Karena untuk teman-teman saya yang masih menjadi pegawai, sangatlah kesulitan untuk mencari tempat investasi yang aman dan terpercaya. Saya merasa zhalim ketika secara sepihak menutup konsep murabahah di bisnis-bisnis saya.
Baiklah, daripada saya berpikir untuk melunasi pembiayaan dari orang-orang yang membutuhkan side income, dana untuk pelunasan akan saya coba untuk ekspansi bisnis. Tentunya dengan perhitungan yang matang, karena daya beli masyarakat sedang turun. Doakan semoga Allah memudahkan urusan saya, dan tidak mempersulit.
Ketiga, Pindah Kuadran
Ini adalah konsep berbagi yang ultimate (begitu saya menyebutnya). Dan sedang diuji coba di bisnis-bisnis saya,,,
Begitu banyak teman-teman yang statusnya pegawai, menginginkan resign untuk menjadi pengusaha. Memilih jalan pintas dengan langsung membuka resto, membeli franchise, dan lain-lain. Itu tentunya berisiko besar. Karena harus berbagi fokus dengan pekerjaan di kantor, tanpa dibimbing dan diawasi oleh yang berpengalaman.
Alhamdulillah saya menemukan jalan lain yang lebih smooth dan dengan risiko yang relatif kecil untuk beralih kuadraan dari pegawai menjadi pengusaha.
Sesuai yang telah saya sharing diatas, bahwa saya membuka konsep pembiayaan untuk bisnis (tidak setiap saat ya...)
Ketika sang investor sudah merasa nyaman dengan hasil yang didapat, dan ketika saya memiliki chemistry yang pas dengan investor, biasanya saya akan menawarkan untuk membeli saham perusahaan yang ada. Menjadi salah satu komisaris.
Ketika menjadi komisaris, investor tetap menjadi pegawai di kantor lamanya. Kalau bahasa umumnya adalah amphibi, berbisnis sambil bekerja. Namun saya mewajibkan untuk mengurusi bisnis di waktu weekend. Disini sebenarnya investor sedang "magang" di bisnisnya sendiri dimana tetap saya yang in-charge disana.
Terus begitu, hingga bisnis membesar. Dan saham di perusahaan makin membesar (minimal 35%), maka saya akan menawarkan posisi direksi atau pengelola perusahaan. Tentu saat itu gaji yang ditawarkan akan lebih besar dari kantor yang mempekerjakan dia sekarang. Nikmat bukan, kerja di bisnis sendiri, jadi direksi, dan digaji ;)
Yup, ini adalah konsep yang saya kerjakan sekarang. Pertanyaannya, mengapa saya rela berbagi? mengapa saya rela sang investor menambah saham di perusahaan? Tentunya tidak semua bisa saya share disini, tapi perusahaan-perusahaan ini adalah sebuah bagian rangkaian dari ide yang sangat besar. Dimana saya akan mendirikan beberapa perusahaan yang akan saling suport satu sama lain, untuk menuju ide bisnis yang besar tersebut.
Penutup
Mohon jangan terganggu dengan ide-ide bisnis tersebut. Tulisan ini hanya mau berbagi kalau konsep ideal untuk saling tolong menolong adalah Musyarakah dan Murabahah. Dan mengubah konsep utang. Cuma catatannya adalah, pastikan yang mengelola dana kita adalah orang yang terpercaya dan mampu. Begitu juga dari sisi pebisnis, pastikan mendapat partner pendanaan yang tepat, dan cocok chemistry. Itu penting
Dan tetaplah bersabar, tidak terburu-buru. Jangan tertipu dengan penawaran-penawaran bisnis/franchise yang bombastis. Masih banyak alternatif jalan lain yang tersedia.
Jangan serakah. Bisa saja beban perusahaan berkurang dengan melunasi semua pembiayaan yang ada. Tetap perhatikan kepentingan orang banyak, jangan hanya diri sendiri. Bisa jadi ada keberkahan disana, juga peluang lain seperti ekspansi bisnis.
Silakan ambil dan tiru jika ada yang baik, dan tolong dibuang jika ada yang tidak baik
Semoga sukses menambah income!
Konsep mudharabah, saya pakai untuk sesuatu yang bersifat sosial. Misalkan penyaluran dana CSR bisnis. Karena di konsep ini, pemilik modal yang akan menanggung penuh jika terjadi kerugian. Jadi yang akan kita bahas disini adalah Musyarakah versus Murabahah.
Musyarakah lebih kita kenal dengan konsep bagi hasil. Dulu saya menggunakan konsep ini ketika berbisnis warnet. Pemilik modal dan pengelola berbagi risiko
Murabahah alias pembiayaan, saya menggunakannya sekarang-sekarang ini untuk semua bisnis. Relatif aman untuk investor, karena semua risiko relatif ditanggung oleh pengelola bisnis.
Ketika berkonsultasi dengan salah satu guru saya, bahwa menurutnya konsep musyarakah lebih ideal untuk para pemilik bisnis. Ya tentu saja, karena gerak dan beban perusahaan menjadi enteng, tanpa expense dan liability karena utang.
Namun tentunya ada konsekuensi yang diantaranya, yakni harus selalu tertib laporan, accountable, transparan. Karena kewajiban kita untuk melaporkan segala hal ke partner investor. Disini besar kemungkinan terjadi dispute, misalkan dalam hal definisi net profit perusahaan, dan lain-lain. Semua harus jelas dari awal kontrak.
Konsekuensi lain adalah masalah yang tidak kasat mata, yaitu perasaan dan ekspektasi. Ini yang saya alami di bisnis warnet. Ada salah satu warnet saya yang jadi korban perampokan. Seharusnya berdasarkan akad musyarokah, bahwa hal ini adalah force majure. Kalaupun harus menanggung, maka kerugian ditanggung bersama antara investor dan pengelola.
Lucunya, dan Alhamdulillah, investor saya dulu pun orangnya baik-baik semua. Tidak ada yang menuntut apapun. Namun karena saya pribadi mengetahui kondisi perekonomian masing-masing investor yang sedang kurang baik, maka saya pun berinisiatif mengganti semua modal yang pernah disetor. Dan alhamdulillah sudah lunas semua.
Semua diawali niat baik. Saya mengawali warnet dengan sukses, dan berniat berbagi kesuksesan dengan teman-teman yang membutuhkan side income. Maka saya tahu persis ekspektasi dari investor yang ada. Niat saling tolong-menolong.
Mengapa saya ganti? ya karena saya orangnya gak enakan . Saya tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan dana investor yang hilang akibat perampokan, atau karena bisnis merugi. Dan saya selalu meyakini bahwa Allah akan mengganti dengan hal yang lebih baik.. (doain ya..)
Maka saya berpikiran untuk tidak lagi menggunakan model pembiayaan musyarakah atau bagi hasil. Nah berarti sekarang kita bahas yang murabahah ..
Model pendanaan yang sekarang saya pakai adalah murabahah. Disini saya merasa nyaman, karena investor tidak perlu melihat laporan keuangan perusahaan. Fokus ke obyek pembiayaan saja. Investor pun merasa tenang, karena relatif aman dengan adanya jaminan. Bahkan ketika bisnis mengalami force majure, utang adalah tetap utang. Wajib untuk terus dibayar.
Konsep yang saya tawarkan adalah pembiayaan dengan margin 1,5% setiap bulan. Obyek pembiayaan bisa macam-macam, tergantung kebutuhan. Bisa untuk PlasaEmas, atau Petshop Calico, dan lain-lain. Dan tidak setiap saat saya menerima investasi pembiayaan, hanya saat dibutuhkan saja. Dan alhamdulillah antrian orang yang mau membiayai sudah banyak. Bahkan ada antrian yang sumber dana-nya diniatkan berupa wakaf. Jadi nanti margin-nya akan dikembalikan ke ummat.
Kelemahan dari model ini ya berkebalikan dengan musyarakah, bahwa murabahah akan membebani neraca perusahaan dengan biaya-biaya yang pasti (utang).
Kelemahan lain yang menurut saya pribadi rasakan, adalah merasakan adanya rasa sombong. Seolah-olah kita akan sanggup membayar utang tersebut dalam kondisi apapun. (walaupun sebenarnya fikih murabahah juga banyak exit strategy)
Hal yang juga dirasakan adalah rasa waswas, takut terjadi force majure pada bisnis, sehingga tidak mampu membayar pembiayaan murabahah... (semoga Allah menjaga kita selalu).
So, pilih mana? Musyarakah atau Murabahah?
Tinggal sesuai selera kita sebenarnya, asalkan bisnisnya atau sumber pendanaannya benar-benar sudah mapan, insya Allah dua pilihan itu baik.
Mengapa saya bahas Musyarakah dan Murabahah sebagai konsep berbagi yang lebih baik?
Karena terus terang saya prihatin dengan konsep franchise/waralaba atau business opportunity yang sekarang sedang menjamur di Indonesia. Di satu sisi banyak orang Indonesia yang butuh tambahan penghasilan dari investasi, tapi disisi lain dimanfaatkan dengan tidak baik oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Yang hanya mengharapkan keuntungan pribadinya semata, menjebak sebanyak-banyaknya orang.
Makanya yang mau saya bahas kedua adalah konsep Utang
Saya termasuk orang yang awam dengan agama. Cuma pernah dengar seorang ustadz yang bilang kalau utang bisa menghalangi masuk surga. Dan kepikiran dengan utang-utang murabahah saya.
Alhamdulillah berkat pertolongan Allah, bisnis berjalan baik, dan saya berniatan melunasi semua utang murabahah... Langsung tembak target 2016 debt-free. Baik saya pribadi, maupun perusahaan-perusahaan saya.
Uniknya, ketika baru merencanakan untuk menghubungi pihak-pihak yang berurusan dengan murabahah, malah saya dihubungi lebih dahulu oleh sahabat yang berurusan murabahah dengan saya. Beliau menanyakan apakah ada kebutuhan pembiayaan murabahah lagi, karena sedang ada dana menganggur....
Kemudian ada yang lain menghubungi saya, intinya mengucapkan terima kasih karena bertahun-tahun hasil murabahah yang Allah berikan melalui saya, berguna untuk keluarganya. Dan pernah "menolong" di masa-masa sulit.
Saya sempat berpikir, ketika saya bermaksud melunasi semua utang-utang pembiayaan murabahah, lalu bagaimana dengan niat tolong-menolong di awal? kemanakah mereka para investor ini harus menyalurkan dana nya jika pembiayaan saya lunasi? apakah akan berada di tempat yang aman? atau malah ludes karena salah menginvestasikan ditempat yang tepat? lalu bagaimana dengan keluarganya... Alah... mengapa saya jadi megaloman-sindrom begini?
Lalu bagaimana dengan cita-cita debt free yang sudah saya canangkan?
Akhirnya saya berpikir bahwa dalam hidup ini, apapun yang kita lakukan pasti memberi dampak terhadap yang lain. Entah dampak baik atau dampak buruk.
Saya sekarang sadar bahwa proses murabahah ataupun musyarakah yang dijalani adalah konsep berbagi yang sesungguhnya. Karena untuk teman-teman saya yang masih menjadi pegawai, sangatlah kesulitan untuk mencari tempat investasi yang aman dan terpercaya. Saya merasa zhalim ketika secara sepihak menutup konsep murabahah di bisnis-bisnis saya.
Baiklah, daripada saya berpikir untuk melunasi pembiayaan dari orang-orang yang membutuhkan side income, dana untuk pelunasan akan saya coba untuk ekspansi bisnis. Tentunya dengan perhitungan yang matang, karena daya beli masyarakat sedang turun. Doakan semoga Allah memudahkan urusan saya, dan tidak mempersulit.
Ketiga, Pindah Kuadran
Ini adalah konsep berbagi yang ultimate (begitu saya menyebutnya). Dan sedang diuji coba di bisnis-bisnis saya,,,
Begitu banyak teman-teman yang statusnya pegawai, menginginkan resign untuk menjadi pengusaha. Memilih jalan pintas dengan langsung membuka resto, membeli franchise, dan lain-lain. Itu tentunya berisiko besar. Karena harus berbagi fokus dengan pekerjaan di kantor, tanpa dibimbing dan diawasi oleh yang berpengalaman.
Alhamdulillah saya menemukan jalan lain yang lebih smooth dan dengan risiko yang relatif kecil untuk beralih kuadraan dari pegawai menjadi pengusaha.
Sesuai yang telah saya sharing diatas, bahwa saya membuka konsep pembiayaan untuk bisnis (tidak setiap saat ya...)
Ketika sang investor sudah merasa nyaman dengan hasil yang didapat, dan ketika saya memiliki chemistry yang pas dengan investor, biasanya saya akan menawarkan untuk membeli saham perusahaan yang ada. Menjadi salah satu komisaris.
Ketika menjadi komisaris, investor tetap menjadi pegawai di kantor lamanya. Kalau bahasa umumnya adalah amphibi, berbisnis sambil bekerja. Namun saya mewajibkan untuk mengurusi bisnis di waktu weekend. Disini sebenarnya investor sedang "magang" di bisnisnya sendiri dimana tetap saya yang in-charge disana.
Terus begitu, hingga bisnis membesar. Dan saham di perusahaan makin membesar (minimal 35%), maka saya akan menawarkan posisi direksi atau pengelola perusahaan. Tentu saat itu gaji yang ditawarkan akan lebih besar dari kantor yang mempekerjakan dia sekarang. Nikmat bukan, kerja di bisnis sendiri, jadi direksi, dan digaji ;)
Yup, ini adalah konsep yang saya kerjakan sekarang. Pertanyaannya, mengapa saya rela berbagi? mengapa saya rela sang investor menambah saham di perusahaan? Tentunya tidak semua bisa saya share disini, tapi perusahaan-perusahaan ini adalah sebuah bagian rangkaian dari ide yang sangat besar. Dimana saya akan mendirikan beberapa perusahaan yang akan saling suport satu sama lain, untuk menuju ide bisnis yang besar tersebut.
Penutup
Mohon jangan terganggu dengan ide-ide bisnis tersebut. Tulisan ini hanya mau berbagi kalau konsep ideal untuk saling tolong menolong adalah Musyarakah dan Murabahah. Dan mengubah konsep utang. Cuma catatannya adalah, pastikan yang mengelola dana kita adalah orang yang terpercaya dan mampu. Begitu juga dari sisi pebisnis, pastikan mendapat partner pendanaan yang tepat, dan cocok chemistry. Itu penting
Dan tetaplah bersabar, tidak terburu-buru. Jangan tertipu dengan penawaran-penawaran bisnis/franchise yang bombastis. Masih banyak alternatif jalan lain yang tersedia.
Jangan serakah. Bisa saja beban perusahaan berkurang dengan melunasi semua pembiayaan yang ada. Tetap perhatikan kepentingan orang banyak, jangan hanya diri sendiri. Bisa jadi ada keberkahan disana, juga peluang lain seperti ekspansi bisnis.
Silakan ambil dan tiru jika ada yang baik, dan tolong dibuang jika ada yang tidak baik
Semoga sukses menambah income!
Rabu, 01 Juli 2015
Keajaiban Komunalisme Bisnis
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunalisme adalah paham atau ideologi yg mementingkan kelompok atau kebersamaan di dl kelompok. Menarik untuk melihat fenomena ini dari segi organisasi sebuah perusahaan atau bisnis. Kegilaan-kegilaan, terobosan-terobosan, ataupun keberanian yang muncul akibat komunalisme bisnis.
Analogi nya seperti tawuran anak sekolah, tentunya mereka menjadi berani ketika melakukan secara bersama-sama. Coba misalkan satu orang lawan satu, mungkin peminat tawuran akan menjadi sedikit. Ya karena itu, keberanian komunal.
Begitu juga dalam bisnis, kalau kita hanya seorang diri alias one man show, mungkin gak akan punya nyali misalnya untuk buka 10 cabang outlet. Atau punya nyali untuk mengajukan penawaran ke klien-klien gajah. Beda misalkan kita bekerja dalam sebuah tim.
Loyalitas dan soliditas menjadi kata kunci yang lain. Ini adalah modal dasar terbentuknya komunalisme bisnis, yang nantinya akan melahirkan keberanian-keberanian yang tak terbayangkan. Loyalitas dan Soliditas hanya akan terjadi ketika semua tim bekerja pada frekuensi visi, misi, dan value yang sama, dan sangat memahami serta menjiwai visi, misi, value tersebut.
Kemudian terjadi pembagian tugas, yang tentunya sesuai dengan keahlian dan kesukaannya masing-masing anggota tim. Lalu diciptakan KPI sebagai parameter dan target keberhasilan tiap-tiap individu atau divisi. Terciptalah kompetisi sehat antar individu atau divisi dalam bisnis. Unlock skill-skill baru, yang sebelumnya dianggap tidak mungkin. Secara otomatis terjadi continuous improvement, atau orang-orang jepang menyebutnya sebagai prinsip Kaizen.
Fungsi Leadership pun memegang peranan kunci disini. Fungsi yang akan mengawal bisnis dan individu agar selalu tetap on the track, tidak melenceng, reward and punishment yang menyenangkan, merancang target-target dengan penuh motivasi, dan tentunya menjaga prinsip untuk selalu adil dan menjunjung integritas. Leader ini harus memiliki visi yang lebih jauh dan lebih mendalam dibanding anggota yang lain.
Yang barusan saya alami dan akan disorot adalah ketika membantu mentee saya, Rachmat Bontara mendirikan portal kucing www.cattery,co,id.
- Kepada tim IT, tim memotivasi untuk bagaimana membuat website, sistem yang nyaman dan sangat memudahkan para pecinta kucing. Untuk menciptakan website dengan design terbaik, whatever it cost.
- Kepada tim content, tim merekrut tokoh-tokoh terhebat dunia kucing. Cattery dan dokter hewan yang memiliki influence paling besar di Indonesia. Juga artikel-artikel unik, orisinil, ringan, tapi berisi, yang akan lolos redaksi untuk tampil di portal
- Kepada tim marcomm, juga diberi target-target spesifik, untuk capaian reach pengunjung portal. Target-target yang agak gila, tapi menantang
- Tim Sales, membuat penawaran-penawaran gila untuk monetize portal, dengan cara apapun (tentunya dalam frame yang halal). Value "halal" ini dijaga ketat oleh tim cattery.co.id. Mereka mengambil sikap untuk tidak mau bekerjasama dengan perusahaan/sponsor yang berhubungan dengan judi, minuman keras, ataupun rokok.
Keajaiban pun terjadi satu persatu...
Tim IT tidak mau mengecewakan seluruh anggota tim, berjibaku membuat sistem yang baik. Tak kenal waktu, tak kenal libur. Alhamdulillah sistem dan design di website yang ada sangat memuaskan. Mereka semua bangga.
Setelah itu, tim content bekerja dengan rekrutan-rekrutan terbaik, dan isi tulisan bermutu. Berturut-turut konsisten selama beberapa bulan. Luar biasa determinasi-nya. Ada perasaan merasa bersalah ketika tidak memberikan yang terbaik untuk tim.
Lanjut ke divisi Marcomm. Merasa puas dengan hasil kerja tim IT dan tim content, memacu kerja tim Marcomm untuk memberikan yang terbaik. Hasilnya fantastis luar biasa. Total jangkauan di bulan pertama mencapai 300.000 orang. Dan di bulan kedua berkembang menjadi 600.000 orang. Growth 100% dalam sebulan!
Tongkat estafet berlanjut ke tim Sales. Fast learner, banyak hal yang bisa dikuasai dalam waktu singkat. Karena ada perasaan yang tidak ingin mengecewakan anggota tim. Keberanian menjadi menggila, proposal penawaran dibuat sangat sempurna, ide-ide monetize sangat di luar dugaan. Semua sponsor yang ditawarkan pun langsung di respons oleh level presdir, yang mayoritas masih warga negara asing.
Perasaan untuk
- Mau menjadi yang terbaik, dan selalu memberikan yang terbaik
- Tidak mau mengecewakan anggota tim
menyebabkan semua potensi dan keberanian yang ada menjadi keluar. Bahkan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Ini adalah keajaiban dari lingkungan kondusif di suatu perusahaan. Menciptakan suasana seperti ini sangatlah MAHAL dan tak tergantikan.
Atau mungkin keberkahan dari sebuah teamwork, sebagaimana di dalam agama Islam, shalat berjamaah memiliki kedudukan 27 derajat lebih baik daripada shalat secara sendiri. Ketika terjadi "kegagalan", semua anggota tim saling menyemangati. Sehingga tidak perlu berlama-lama larut dalam kekecewaan, dan cepat recover untuk bangkit lagi.
Teringat juga keberanian istri dalam mengelola Prabu Cattery. Sekarang ini memiliki skill yang antara lain mampu membidani kelahiran kucing, melakukan tindakan infus, nebulizer, tubing (memasukan selang ke perut kucing sakit untuk membantu makan), yang saya sendiri tidak akan pernah berani melakukan hal tersebut.
Keberanian, determinasi, bisa menular. Dikarenakan keberanian istri tersebut, saya pribadi pun akhirnya berani untuk mendatangkan salah satu kucing juara dunia, pertama di Indonesia. (pernah dibahas di http://www.cattery.co.id/bangga-salah-satu-kucing-juara-dunia-ada-di-indonesia/ )
Jadi teringat salah satu game pada acara team building. Ketika mata kita ditutup kain, kemudian tangan dan kaki diikat, lalu kita wajib menjatuhkan badan ke belakang. Karena percaya ada teman-teman lainnya yang akan menangkap kita ketika jatuh. Sama seperti kita ditugaskan di bagian Marketing, tidak usah lagi merisaukan rekan kita di bagian Finance. Percaya bahwa mereka akan melakukan yang terbaik, sehingga kita bisa fokus mencapai target-target yang telah digariskan perusahaan.
Jadi teringat salah satu game pada acara team building. Ketika mata kita ditutup kain, kemudian tangan dan kaki diikat, lalu kita wajib menjatuhkan badan ke belakang. Karena percaya ada teman-teman lainnya yang akan menangkap kita ketika jatuh. Sama seperti kita ditugaskan di bagian Marketing, tidak usah lagi merisaukan rekan kita di bagian Finance. Percaya bahwa mereka akan melakukan yang terbaik, sehingga kita bisa fokus mencapai target-target yang telah digariskan perusahaan.
Terkadang komunalisme bisnis ini tidak hanya terjadi dalam satu bidang bisnis. Saya sering mempertemukan Rachmat (founder cattery.co.id portal kucing terbaik di indonesia), Dendy (founder calico.co.id petshop nomor satu di indonesia), juga istri saya. Untuk saling berkolaborasi jika ada yang bisa di sinergikan, atau sekedar "mengadu" target-target agar ada kompetisi, dan lain-lain. Perlakuan seperti ini tentunya juga terjadi di bisnis-bisnis saya. Yang tentunya akan memacu semangat semua pihak...
Yang membuat mereka, ketika menengok sedikit ke belakang (beberapa tahun yang lalu), tidak akan percaya telah sampai posisinya yang sekarang... Melewati segala aral rintangan, ujian-ujian, tahapan-tahapan yang menempa untuk menjadi semakin kuat.
Intinya adalah ketika para expert, disatukan salam satu visi misi dan value yang sama, berkomitmen tinggi, maka tunggulah terjadinya Keajaiban Komunalisme Bisnis. Selamat mencoba!
Yang membuat mereka, ketika menengok sedikit ke belakang (beberapa tahun yang lalu), tidak akan percaya telah sampai posisinya yang sekarang... Melewati segala aral rintangan, ujian-ujian, tahapan-tahapan yang menempa untuk menjadi semakin kuat.
Intinya adalah ketika para expert, disatukan salam satu visi misi dan value yang sama, berkomitmen tinggi, maka tunggulah terjadinya Keajaiban Komunalisme Bisnis. Selamat mencoba!
Tetap semangat
Jumat, 12 Juni 2015
Berbisnis di era baru
Ada dua hal perubahan yang paling mendasar dalam hal bisnis akhir-akhir ini. Tentunya dua faktor ini sangat mempengaruhi keberlangsungan dari bisnis di era sekarang
Pertama saya melihatnya sebagai gejala long tail yang masif.
Di era sekarang, korporasi-korporasi besar sepertinya sedang menunggu kehancuran. Digerogoti para pemula yang masih kecil, dengan bisnis niche yang lebih spesifik. Cuma ada dua pilihan untuk korporasi besar : monopoli sekalian seperti Google atau Facebook, atau memilih core dan segmentasi yang lebih spesifik dan fokus (konsekuensinya ya restrukturisasi dan hal gak enak lainnya)
Long tail ini rada edan. Entah karena banyak yang sedang survival mode, atau karena keinginan yang tak terbatas, membuat orang-orang rela melakukan apa saja untuk berbisnis. Di daerah condet, ada rumah besar pinggir jalan, yang pemiliknya rela berjualan tahu goreng via gerobak di depan rumahnya. Dengan pelayanan yang ramah khas owner, kualitas produk yang terjaga, mereka bisa menjual 1200 pcs tahu goreng per hari. Kebayang tidak raksasa seperti Pizza Hut harus berhadapan dengan yang model begini... Apalagi kemudian menjadi masif, dengan ribuan gerobak dan ribuan owner yang berbeda dan turun langsung.
Ini juga menjadi pelajaran bagi kita-kita yang mau belajar bisnis. Sudah gak relevan lagi membuat business plan sebuah bisnis yang diawali dengan mempekerjakan karyawan. Kini semua orang turun langsung mengurusi bisnisnya. Tentunya beda sentuhan antara owner dan karyawan. Ketika owner langsung yang turun untuk mengurusi bisnisnya, dan menjadi masif di semua tempat, tentunya ini ancaman yang menggerus korporasi-korporasi besar.
Yes, akhirnya dunia ini menjadi multi-polar. Bahkan di level negara, kini sudah tidak adalagi negara adidaya. The so call negara adidaya pun kini repot mengurusi tunjangan kesehatan dan pengangguran di negaranya sendiri. Raksasa monopoli sepeti Google dan Facebook pun saya yakin sedang ketar-ketir. Karena kalau mereka gagal mempertahankan dominasinya, akan segera tergilas sejarah.
Gejala kedua, teknologi..
Kalau di jaman kuno dulu, ekspansi bisnis adalah dengan membuka cabang, maka lahir era modern dimana ekspansi bisa berarti franchise atau MLM atau kemitraan. Di era teknologi ini, semua menjadi tak relevan. Kita bisa lihat betapa lapak-lapak online UKM bisa menjangkau nusantara tanpa perlu memiliki banyak outlet seperti Matahari misalnya. Dengan organisasi bisnis yang sangat efektif dan efisien.
Perusahaan yang anti-teknologi, mengalami kemunduran. Perusahaan yang bersahabat dengan IT, melejit pesat bahkan tanpa persaingan berarti. Dunia bisnis sedang menuju titik keseimbangan yang baru.
Yang saya alami adalah ketika klien saya www.calico.co.id , dengan support IT nya walau belum genap satu tahun berdiri, bisa mengalahkan dominasi petshop-petshop yang sudah puluhan tahun berdiri di indonesia. Tentunya banyak faktor lainnya juga seperti keramahan, kelengkapan barang, service dan lain-lain. Tapi faktor IT sangat berpengaruh disini. Juga faktor pertama yang saya sebutkan diatas, yaitu owner yang turun langsung. Tak jarang pak Dendy Nugroho mengantarkan pesanan customernya secara langsung ke rumah-rumah.
Yang lebih mengejutkan adalah portal kucing www.cattery.co.id besutan Rachmat Bontara. Belum satu bulan berdiri sudah ramai sponsor menawarkan diri. Bahkan tim-nya belum mempersiapkan tentang monetize nya. Ya, teknologi mengubah segalanya. Kalau jaman dahulu kita harus mendatangi narasumber secara langsung, menghadiri seminar atau workshop, menjadi member komunitas, kini semua lebih mudah karena faktor teknologi. Ternyata korporasi-korporasi besar kini melirik dunia maya, internet, website, komunitas online untuk media PR dan marketing.
Kita memasuki jaman dimana era iklan di tv dan billboard pinggir jalan sudah terlalu mahal, dengan jangkauan tak terbatas. Semua melirik iklan di dunia digital. Saat ini jangkauan portal besutan Rachmat sudah mencapai total 300.000 orang lebih per bulan. Dan tren nya terus meningkat. Bayangkan kalau kita biasa ber-iklan di media majalah offline, biaya iklan Rp 8jt untuk 1 halaman dalam sebulan. Dengan oplah "hanya" 10.000 pembaca. Sudah terlalu mahal. Untuk menjangkau 10.000 orang, mungkin kita hanya membutuhkan Rp 200.000 di media online milik Rachmat. Hemat 40x lipat.
Simulasi diatas menggambarkan bahwa dunia digital akan menjadi killer bagi bisnis konvensional. Betapa banyak koran dan majalah yang gulung tikar karena internet. Para peritel konvensional yang bangkrut karena kalah dengan internet.
Beruntunglah bagi yang antisipasi dua hal ini. Siap di era long tail, turun langsung meng-handle bisnisnya, segmentasi/positioning/branding yang fokus, dan siap dengan perubahan teknologi. Mereka adalah pemenang-pemenang baru dalam kompetisi di era modern ini.
Nah, bagaimana caranya bersaing di era long tail dan teknologi ini? kalau sempet insya allah saya share, kalau tidak sempet ya boleh mampir untuk diskusi deh hehe...
Sekian dulu dan semoga bermanfaat
Pertama saya melihatnya sebagai gejala long tail yang masif.
Di era sekarang, korporasi-korporasi besar sepertinya sedang menunggu kehancuran. Digerogoti para pemula yang masih kecil, dengan bisnis niche yang lebih spesifik. Cuma ada dua pilihan untuk korporasi besar : monopoli sekalian seperti Google atau Facebook, atau memilih core dan segmentasi yang lebih spesifik dan fokus (konsekuensinya ya restrukturisasi dan hal gak enak lainnya)
Long tail ini rada edan. Entah karena banyak yang sedang survival mode, atau karena keinginan yang tak terbatas, membuat orang-orang rela melakukan apa saja untuk berbisnis. Di daerah condet, ada rumah besar pinggir jalan, yang pemiliknya rela berjualan tahu goreng via gerobak di depan rumahnya. Dengan pelayanan yang ramah khas owner, kualitas produk yang terjaga, mereka bisa menjual 1200 pcs tahu goreng per hari. Kebayang tidak raksasa seperti Pizza Hut harus berhadapan dengan yang model begini... Apalagi kemudian menjadi masif, dengan ribuan gerobak dan ribuan owner yang berbeda dan turun langsung.
Ini juga menjadi pelajaran bagi kita-kita yang mau belajar bisnis. Sudah gak relevan lagi membuat business plan sebuah bisnis yang diawali dengan mempekerjakan karyawan. Kini semua orang turun langsung mengurusi bisnisnya. Tentunya beda sentuhan antara owner dan karyawan. Ketika owner langsung yang turun untuk mengurusi bisnisnya, dan menjadi masif di semua tempat, tentunya ini ancaman yang menggerus korporasi-korporasi besar.
Yes, akhirnya dunia ini menjadi multi-polar. Bahkan di level negara, kini sudah tidak adalagi negara adidaya. The so call negara adidaya pun kini repot mengurusi tunjangan kesehatan dan pengangguran di negaranya sendiri. Raksasa monopoli sepeti Google dan Facebook pun saya yakin sedang ketar-ketir. Karena kalau mereka gagal mempertahankan dominasinya, akan segera tergilas sejarah.
Gejala kedua, teknologi..
Kalau di jaman kuno dulu, ekspansi bisnis adalah dengan membuka cabang, maka lahir era modern dimana ekspansi bisa berarti franchise atau MLM atau kemitraan. Di era teknologi ini, semua menjadi tak relevan. Kita bisa lihat betapa lapak-lapak online UKM bisa menjangkau nusantara tanpa perlu memiliki banyak outlet seperti Matahari misalnya. Dengan organisasi bisnis yang sangat efektif dan efisien.
Perusahaan yang anti-teknologi, mengalami kemunduran. Perusahaan yang bersahabat dengan IT, melejit pesat bahkan tanpa persaingan berarti. Dunia bisnis sedang menuju titik keseimbangan yang baru.
Yang saya alami adalah ketika klien saya www.calico.co.id , dengan support IT nya walau belum genap satu tahun berdiri, bisa mengalahkan dominasi petshop-petshop yang sudah puluhan tahun berdiri di indonesia. Tentunya banyak faktor lainnya juga seperti keramahan, kelengkapan barang, service dan lain-lain. Tapi faktor IT sangat berpengaruh disini. Juga faktor pertama yang saya sebutkan diatas, yaitu owner yang turun langsung. Tak jarang pak Dendy Nugroho mengantarkan pesanan customernya secara langsung ke rumah-rumah.
Yang lebih mengejutkan adalah portal kucing www.cattery.co.id besutan Rachmat Bontara. Belum satu bulan berdiri sudah ramai sponsor menawarkan diri. Bahkan tim-nya belum mempersiapkan tentang monetize nya. Ya, teknologi mengubah segalanya. Kalau jaman dahulu kita harus mendatangi narasumber secara langsung, menghadiri seminar atau workshop, menjadi member komunitas, kini semua lebih mudah karena faktor teknologi. Ternyata korporasi-korporasi besar kini melirik dunia maya, internet, website, komunitas online untuk media PR dan marketing.
Kita memasuki jaman dimana era iklan di tv dan billboard pinggir jalan sudah terlalu mahal, dengan jangkauan tak terbatas. Semua melirik iklan di dunia digital. Saat ini jangkauan portal besutan Rachmat sudah mencapai total 300.000 orang lebih per bulan. Dan tren nya terus meningkat. Bayangkan kalau kita biasa ber-iklan di media majalah offline, biaya iklan Rp 8jt untuk 1 halaman dalam sebulan. Dengan oplah "hanya" 10.000 pembaca. Sudah terlalu mahal. Untuk menjangkau 10.000 orang, mungkin kita hanya membutuhkan Rp 200.000 di media online milik Rachmat. Hemat 40x lipat.
Simulasi diatas menggambarkan bahwa dunia digital akan menjadi killer bagi bisnis konvensional. Betapa banyak koran dan majalah yang gulung tikar karena internet. Para peritel konvensional yang bangkrut karena kalah dengan internet.
Beruntunglah bagi yang antisipasi dua hal ini. Siap di era long tail, turun langsung meng-handle bisnisnya, segmentasi/positioning/branding yang fokus, dan siap dengan perubahan teknologi. Mereka adalah pemenang-pemenang baru dalam kompetisi di era modern ini.
Nah, bagaimana caranya bersaing di era long tail dan teknologi ini? kalau sempet insya allah saya share, kalau tidak sempet ya boleh mampir untuk diskusi deh hehe...
Sekian dulu dan semoga bermanfaat
Selasa, 19 Mei 2015
5 Kunci mengawali bisnis yang sukses
Ceritanya dari kemarin sedang mengamati bisnis-bisnis teman yang sukses, termasuk baca kisah-kisah pengusaha sukses. Menarik, ternyata ada benang merah yang sama. Dan sepertinya sudah berkali-kali juga mengulas topik ini. Ini bisa dijadikan acuan untuk memulai sebuah bisnis
1. Hobi
yes, mereka semua mengawalinya dari hobi. Dari hobi ngoprek-ngoprek komputer, internetan, hobi memancing, menembak, hobi koleksi tas, hobi jalan-jalan, berkebun, menyayangi hewan, hobi investasi, anything!
belum punya hobi? kasian amat...
gampang kok, langkah awal dihitung saja aktifitas apa yang paling sering kita lakukan setiap hari. Itu biasanya hobi.
langkah kedua, cek semua kemungkinan apakah hobi tersebut bisa di monetize. Misalnya hobi nya ternyata nonton acara/portal infotainment, atau main game, bisa dijadiin duit gak? kalau misalnya gak bisa ya tinggalin aja hobinya. gak guna sih :D ingat hidup gak lama, carilah aktifitas yang bermanfaat, produktif.
Mengapa hobi penting untuk memulai bisnis? ya karena hanya dengan hobi, kita rela melakukan sesuatu tanpa dibayar. Gak hitung waktu terbuang, gak hitung tenaga yang capek, dan lain-lain
2. Ahli
Kenapa harus menjadi ahli? ya karena orang-orang akan mendengarkan kita atas kompetensi yang kita miliki. Dalam bisnis, sangat penting membuat orang lain untuk mendengarkan dan mempercayai semua yang kita katakan, melakukan semua yang kita rekomendasikan, bahkan mengajak orang lainnya untuk berbuat hal yang sama.
Katanya butuh 10.000 jam untuk menjadi ahli. Untuk pegawai kantoran yang kerja 6 jam per hari, 5 hari per minggu, Maka butuh waktu setidaknya 7 tahun untuk menjadi ahli. Itupun kalau posisi di kantor selalu sama (misalkan selama 7 tahun di bidang sales saja, atau HRD saja)
Misalkan kita mau nyambi bisnis jualan baju anak di luar pekerjaan kantor. Berapa waktu yang kita luangkan untuk bisnis baju anak? 2 jam per hari? 5 hari kerja? iya dong, kan kerja full seharian, masa weekend gak liburan hehe... Oke, berarti untuk menjadi ahli di urusan baju anak butuh 21 tahun.
Lho lama banget? kan bisa nyuri-nyuri waktu ketika di kantor.
Ya makin rusak dah hehe...bisnis jangan disambi-sambi deh...
Buat perbandingan ya bisnis orang-orang yang dekat,
Istri hobi kucing, hingga akhirnya mendirikan Prabu Cattery. Dan ternyata hobi kucing ini benar-benar menguras energi. Dari mulai perawatan sampai dengan mengurus ketika sakit.
Aktifitas istri dan timnya dimulai dari jam 8 pagi, non-stop sampai jam 5 sore. Kemudian istirahat, dan dilanjut jam 8 malam sampai jam 10. Total 11 jam per hari. Itu belum termasuk kalau kucing sedang lahiran atau sakit, bisa baru tidur jam 3 pagi, atau bahkan tidak tidur.
Sabtu-Minggu libur? jangankan weekend, lebaran dan natal pun Cattery tidak libur. Lho siapa yang mau kasih makan dan mengurus kucing-kucing? Jadi anggaplah rata-rata 12 jam per hari, 7 hari dalam seminggu. Istri hanya butuh 2,5 tahun untuk menjadi ahli di bidang kucing.
Cattery nya sudah 5 tahun berjalan, fokus hanya di ras Persia, terbayang bagaimana ahlinya. Belajar langsung dari ahlinya di Eropa, Amerika. Dari ilmu breeding, genetika kucing, showing, grooming. Dan sekarang menjadi referensi utama tempat para pecinta kucing di Indonesia bertanya dan mendapatkan informasi tentang kucing. Bersama adik sepupunya sebagai co-founder, mendirikan portal kucing terbaik di indonesia www.cattery.co.id
Contoh lainnya sahabat saya Dendy. Mendirikan Calico Petshop www.calico.co.id . Full time mengurus bisnisnya. Buka petshop jam 11 siang, tutup jam 8 malam. Di luar waktu tersebut pun masih melayani customer via whatsapp/bbm. Sabtu-Minggu libur? boro-boro, Dendy malah memilih buka lapak di Car Free Day. Alasannya hanya sekedar untuk lebih mendekatkan diri ke customernya. Butuh 2,5 tahun untuk menjadi ahli. Dan hanya dalam waktu 1 tahun, Petshop nya sudah sejajar dengan petshop-petshop besar di tanah air yang telah berdiri belasan bahkan puluhan tahun lalu.
Punya hobi memancing? pastikan jadi yang terbaik. Hobi design interior? jadi yang terbaik, belajar dari yang terbaik.
3. Komunitas
Oke kita sudah hobi, pastinya kita mencari tempat untuk menambah kompetensi atau jadi ajang aktualisasi. Biasanya di komunitas. Ketika menjadi ahli pun, jangan tinggalkan komunitas hobi, tapi justru kita yang sharing disana. Dengan berbagi itu justru ilmu kita semakin bertambah. Percaya deh.
Setelah hobi dan menjadi ahli, kita perlu wadah untuk dikenal. Supaya banyak orang tahu tentang kompetensi atau keahlian kita. Komunitas hanya salah satunya, bisa juga dengan blog, menulis buku, membuat seminar/workshop dan lain-lain. Hal ini akan terkait dengan trust yang sangat kita perlukan nanti dalam membangun bisnis.
Hal penting lainnya dari berkomunitas adalah networking. Misalnya kita join di komunitas tas Hermes, kita bisa tahu tentang cara merawat tas tersebut, suplier murah tas tersebut, seller-seller yang sudah existing dari tas tersebut dengan segala kekurangan dan kelebihannya (jadikan inspirasi untuk bisnis kita nanti, kita eliminasi kekurangan-kekurangan yang ada, tambahkan value lain), informasi cara menjual beserta pasar (termasuk bazaar dan lain-lain), cara membedakan tas asli dan palsu.
Tapi sekali lagi, jangan pernah berniat secara langsung untuk mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari berkomunitas. Sebaliknya, justru diniatkan untuk sharing sebanyak-banyaknya manfaat yang bisa kita berikan ke anggota lainnya. Orang yang selalu grasak-grusuk di komunitas, hard selling, memanfaatkan komunitas, biasanya gak akan sukses bisnisnya.. Dan tidak mendapat simpati, serta tidak ada chemistry dengan segenap member lainnya. Diniatkan sharing saja yaa
4. Problem Solving
Cari masalah. Ya bener cari masalah!
Setelah punya hobi, menjadi ahli, lalu berbaur dengan yang lain via komunitas, tentunya kita akan lebih mengenal dan mendeteksi setiap ada masalah tentang hobi tersebut.
Disinilah peran entrepreneur,
Membuat masalah menjadi opportunity
Dan membuat yang gak ada (solusi), menjadi ada.
Contohnya misalnya hobi memancing ikan. Harga sewa kapal mahal-mahal, fasilitasnya juga buruk dengan pelayanan apa adanya. Nah ini peluang bisnis.
Atau misalnya komunitas ibu-ibu yang pada diet mayo. Disitu misalnya lagi ada masalah susahnya cari makanan yang mereka inginkan. Nah peluang jadi cattering khusus mayo.
Kalau di salah satu bisnis saya PlasaEmas.com, salah satu masalah yang ada di komunitas kolektor emas adalah rasa aman. Beli emas batangan di tempat umum seperti mall, pasar, apalagi gedung antam, buat sebagian orang akan menjadi pengalaman yang mendebarkan. Takut diikuti perampok, dan lain sebagainya. PlasaEmas menjadi solusi aman, dan juga praktis. Cukup duduk di rumah atau di kantor, emas diantar. Bahkan ketika mau jual kembali emasnya, dijemput juga oleh PlasaEmas.
Untuk memecah masalah, cari selalu cara untuk lebih cepat, lebih murah, lebih ramah, lebih value for money, lebih lengkap, lebih baik, lebih ringkas, lebih efektif, lebih efisien, lebih ramah, lebih fast response, lebih bertanggungjawab, dan lain-lain.
Tapi gak boleh langsung lompat ke problem solving ya... Ingat tahapannya harus hobi dulu dan jadi ahli. Banyak pemula bisnis yang langsung mulai dari problem solving, akhirnya pas coba jualan, customer bertanya-tanya "siapa elu?", "loe punya keahlian apa?", "loe bisa dipercaya?"
5. Start now dan Tunda Kesenangan
Setelah dianalisa bisnisnya, kalau perlu dengan feasibility study, business plan, dan tools lainnya, langsung mulai saja bisnisnya. Jangan sampai kehilangan momentum.
Kesamaan lainnya yang terjadi pada bisnis-bisnis sukses yang saya amati adalah kemampuan manusianya dan sistemnya untuk menunda kesenangan. Biasanya 3-5 tahun pertama berdirinya, tidak ada dividen dibagikan. Semua keuntungan untuk di re-investasi, termasuk memperbesar anggaran marketing untuk memperluas jangkauan penjualan. Prioritas awal untuk survive dan growth. 3 tahun pertama jangan ambil keuntungan.
Owner bisa bersabar untuk tidak ganti mobil baru, jalan-jalan ke luar negeri. Tim lainnya pun bersabar untuk tidak mendapat bonus dan tunjangan. Makanya biasanya startup memberikan saham untuk semua pegawainya ketika diawal berdiri sebagai ganti bonus. Tapi tentunya mereka tak akan melupakan jasa tim ketika ada kenaikan valuasi perusahaan.
Ketika membuat bisnis baru, pastikan modal awal dari kantong sendiri. Cuma ada dana Rp 1 juta, ya itu saja yang digunakan untuk modal. Jangan berhutang untuk memulai bisnis baru.
Pastikan juga diniatkan untuk dijual bisnisnya. Lho kenapa dijual?
Karena kita bisa kaya dengan menjual bisnis. Bisa dengan di akuisisi, atau dengan listing di bursa saham. Bukan berarti kita tidak lagi memiliki bisnisnya, kita bisa saja hanya menjual separuh kepemilikan perusahaan toh?
Hal yang seharusnya terjadi ketika kita niatkan untuk menjual perusahaan adalah : pencatatan transaksi yang rapi, sistem/SOP perusahaan yang sudah berjalan mulus, value dan standarisasi yang jelas. Jadi siapapun yang memimpin perusahaan, tidak akan mempengaruhi performa perusahaan.Ya namanya dalam kondisi siap untuk dijual kan begitu. Positif kan?
Gimana? gak terlalu sulit kan untuk memulai bisnis yang sukses?
Ingat
Hobi >> Ahli >> Komunitas >> Problem Solving >> Start now!
Selamat mencoba!
1. Hobi
yes, mereka semua mengawalinya dari hobi. Dari hobi ngoprek-ngoprek komputer, internetan, hobi memancing, menembak, hobi koleksi tas, hobi jalan-jalan, berkebun, menyayangi hewan, hobi investasi, anything!
belum punya hobi? kasian amat...
gampang kok, langkah awal dihitung saja aktifitas apa yang paling sering kita lakukan setiap hari. Itu biasanya hobi.
langkah kedua, cek semua kemungkinan apakah hobi tersebut bisa di monetize. Misalnya hobi nya ternyata nonton acara/portal infotainment, atau main game, bisa dijadiin duit gak? kalau misalnya gak bisa ya tinggalin aja hobinya. gak guna sih :D ingat hidup gak lama, carilah aktifitas yang bermanfaat, produktif.
Mengapa hobi penting untuk memulai bisnis? ya karena hanya dengan hobi, kita rela melakukan sesuatu tanpa dibayar. Gak hitung waktu terbuang, gak hitung tenaga yang capek, dan lain-lain
2. Ahli
Kenapa harus menjadi ahli? ya karena orang-orang akan mendengarkan kita atas kompetensi yang kita miliki. Dalam bisnis, sangat penting membuat orang lain untuk mendengarkan dan mempercayai semua yang kita katakan, melakukan semua yang kita rekomendasikan, bahkan mengajak orang lainnya untuk berbuat hal yang sama.
Katanya butuh 10.000 jam untuk menjadi ahli. Untuk pegawai kantoran yang kerja 6 jam per hari, 5 hari per minggu, Maka butuh waktu setidaknya 7 tahun untuk menjadi ahli. Itupun kalau posisi di kantor selalu sama (misalkan selama 7 tahun di bidang sales saja, atau HRD saja)
Misalkan kita mau nyambi bisnis jualan baju anak di luar pekerjaan kantor. Berapa waktu yang kita luangkan untuk bisnis baju anak? 2 jam per hari? 5 hari kerja? iya dong, kan kerja full seharian, masa weekend gak liburan hehe... Oke, berarti untuk menjadi ahli di urusan baju anak butuh 21 tahun.
Lho lama banget? kan bisa nyuri-nyuri waktu ketika di kantor.
Ya makin rusak dah hehe...bisnis jangan disambi-sambi deh...
Buat perbandingan ya bisnis orang-orang yang dekat,
Istri hobi kucing, hingga akhirnya mendirikan Prabu Cattery. Dan ternyata hobi kucing ini benar-benar menguras energi. Dari mulai perawatan sampai dengan mengurus ketika sakit.
Aktifitas istri dan timnya dimulai dari jam 8 pagi, non-stop sampai jam 5 sore. Kemudian istirahat, dan dilanjut jam 8 malam sampai jam 10. Total 11 jam per hari. Itu belum termasuk kalau kucing sedang lahiran atau sakit, bisa baru tidur jam 3 pagi, atau bahkan tidak tidur.
Sabtu-Minggu libur? jangankan weekend, lebaran dan natal pun Cattery tidak libur. Lho siapa yang mau kasih makan dan mengurus kucing-kucing? Jadi anggaplah rata-rata 12 jam per hari, 7 hari dalam seminggu. Istri hanya butuh 2,5 tahun untuk menjadi ahli di bidang kucing.
Cattery nya sudah 5 tahun berjalan, fokus hanya di ras Persia, terbayang bagaimana ahlinya. Belajar langsung dari ahlinya di Eropa, Amerika. Dari ilmu breeding, genetika kucing, showing, grooming. Dan sekarang menjadi referensi utama tempat para pecinta kucing di Indonesia bertanya dan mendapatkan informasi tentang kucing. Bersama adik sepupunya sebagai co-founder, mendirikan portal kucing terbaik di indonesia www.cattery.co.id
Contoh lainnya sahabat saya Dendy. Mendirikan Calico Petshop www.calico.co.id . Full time mengurus bisnisnya. Buka petshop jam 11 siang, tutup jam 8 malam. Di luar waktu tersebut pun masih melayani customer via whatsapp/bbm. Sabtu-Minggu libur? boro-boro, Dendy malah memilih buka lapak di Car Free Day. Alasannya hanya sekedar untuk lebih mendekatkan diri ke customernya. Butuh 2,5 tahun untuk menjadi ahli. Dan hanya dalam waktu 1 tahun, Petshop nya sudah sejajar dengan petshop-petshop besar di tanah air yang telah berdiri belasan bahkan puluhan tahun lalu.
Punya hobi memancing? pastikan jadi yang terbaik. Hobi design interior? jadi yang terbaik, belajar dari yang terbaik.
3. Komunitas
Oke kita sudah hobi, pastinya kita mencari tempat untuk menambah kompetensi atau jadi ajang aktualisasi. Biasanya di komunitas. Ketika menjadi ahli pun, jangan tinggalkan komunitas hobi, tapi justru kita yang sharing disana. Dengan berbagi itu justru ilmu kita semakin bertambah. Percaya deh.
Setelah hobi dan menjadi ahli, kita perlu wadah untuk dikenal. Supaya banyak orang tahu tentang kompetensi atau keahlian kita. Komunitas hanya salah satunya, bisa juga dengan blog, menulis buku, membuat seminar/workshop dan lain-lain. Hal ini akan terkait dengan trust yang sangat kita perlukan nanti dalam membangun bisnis.
Hal penting lainnya dari berkomunitas adalah networking. Misalnya kita join di komunitas tas Hermes, kita bisa tahu tentang cara merawat tas tersebut, suplier murah tas tersebut, seller-seller yang sudah existing dari tas tersebut dengan segala kekurangan dan kelebihannya (jadikan inspirasi untuk bisnis kita nanti, kita eliminasi kekurangan-kekurangan yang ada, tambahkan value lain), informasi cara menjual beserta pasar (termasuk bazaar dan lain-lain), cara membedakan tas asli dan palsu.
Tapi sekali lagi, jangan pernah berniat secara langsung untuk mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari berkomunitas. Sebaliknya, justru diniatkan untuk sharing sebanyak-banyaknya manfaat yang bisa kita berikan ke anggota lainnya. Orang yang selalu grasak-grusuk di komunitas, hard selling, memanfaatkan komunitas, biasanya gak akan sukses bisnisnya.. Dan tidak mendapat simpati, serta tidak ada chemistry dengan segenap member lainnya. Diniatkan sharing saja yaa
4. Problem Solving
Cari masalah. Ya bener cari masalah!
Setelah punya hobi, menjadi ahli, lalu berbaur dengan yang lain via komunitas, tentunya kita akan lebih mengenal dan mendeteksi setiap ada masalah tentang hobi tersebut.
Disinilah peran entrepreneur,
Membuat masalah menjadi opportunity
Dan membuat yang gak ada (solusi), menjadi ada.
Contohnya misalnya hobi memancing ikan. Harga sewa kapal mahal-mahal, fasilitasnya juga buruk dengan pelayanan apa adanya. Nah ini peluang bisnis.
Atau misalnya komunitas ibu-ibu yang pada diet mayo. Disitu misalnya lagi ada masalah susahnya cari makanan yang mereka inginkan. Nah peluang jadi cattering khusus mayo.
Kalau di salah satu bisnis saya PlasaEmas.com, salah satu masalah yang ada di komunitas kolektor emas adalah rasa aman. Beli emas batangan di tempat umum seperti mall, pasar, apalagi gedung antam, buat sebagian orang akan menjadi pengalaman yang mendebarkan. Takut diikuti perampok, dan lain sebagainya. PlasaEmas menjadi solusi aman, dan juga praktis. Cukup duduk di rumah atau di kantor, emas diantar. Bahkan ketika mau jual kembali emasnya, dijemput juga oleh PlasaEmas.
Untuk memecah masalah, cari selalu cara untuk lebih cepat, lebih murah, lebih ramah, lebih value for money, lebih lengkap, lebih baik, lebih ringkas, lebih efektif, lebih efisien, lebih ramah, lebih fast response, lebih bertanggungjawab, dan lain-lain.
Tapi gak boleh langsung lompat ke problem solving ya... Ingat tahapannya harus hobi dulu dan jadi ahli. Banyak pemula bisnis yang langsung mulai dari problem solving, akhirnya pas coba jualan, customer bertanya-tanya "siapa elu?", "loe punya keahlian apa?", "loe bisa dipercaya?"
5. Start now dan Tunda Kesenangan
Setelah dianalisa bisnisnya, kalau perlu dengan feasibility study, business plan, dan tools lainnya, langsung mulai saja bisnisnya. Jangan sampai kehilangan momentum.
Kesamaan lainnya yang terjadi pada bisnis-bisnis sukses yang saya amati adalah kemampuan manusianya dan sistemnya untuk menunda kesenangan. Biasanya 3-5 tahun pertama berdirinya, tidak ada dividen dibagikan. Semua keuntungan untuk di re-investasi, termasuk memperbesar anggaran marketing untuk memperluas jangkauan penjualan. Prioritas awal untuk survive dan growth. 3 tahun pertama jangan ambil keuntungan.
Owner bisa bersabar untuk tidak ganti mobil baru, jalan-jalan ke luar negeri. Tim lainnya pun bersabar untuk tidak mendapat bonus dan tunjangan. Makanya biasanya startup memberikan saham untuk semua pegawainya ketika diawal berdiri sebagai ganti bonus. Tapi tentunya mereka tak akan melupakan jasa tim ketika ada kenaikan valuasi perusahaan.
Ketika membuat bisnis baru, pastikan modal awal dari kantong sendiri. Cuma ada dana Rp 1 juta, ya itu saja yang digunakan untuk modal. Jangan berhutang untuk memulai bisnis baru.
Pastikan juga diniatkan untuk dijual bisnisnya. Lho kenapa dijual?
Karena kita bisa kaya dengan menjual bisnis. Bisa dengan di akuisisi, atau dengan listing di bursa saham. Bukan berarti kita tidak lagi memiliki bisnisnya, kita bisa saja hanya menjual separuh kepemilikan perusahaan toh?
Hal yang seharusnya terjadi ketika kita niatkan untuk menjual perusahaan adalah : pencatatan transaksi yang rapi, sistem/SOP perusahaan yang sudah berjalan mulus, value dan standarisasi yang jelas. Jadi siapapun yang memimpin perusahaan, tidak akan mempengaruhi performa perusahaan.Ya namanya dalam kondisi siap untuk dijual kan begitu. Positif kan?
Gimana? gak terlalu sulit kan untuk memulai bisnis yang sukses?
Ingat
Hobi >> Ahli >> Komunitas >> Problem Solving >> Start now!
Selamat mencoba!
Selasa, 24 Februari 2015
Passion, Expert, Value, Love, and always Limited
Jadi ceritanya pada suatu malam melewati satu jalan di condet dan melihat ada keramaian. Rupanya ada tukang durian gelar lapak di depan rumah warga, dikerubungi para pelanggan. Saya pun yang tadinya hanya lewat, ikut penasaran, gabung dengan kerumunan pemangsa durian tersebut.
Sang penjaja durian adalah sepasang suami-istri asal jawa, usia sekitar 40 tahun. Bawa motor berisi keranjang durian penuh, kemudian digelar di pinggir jalan begitu saja. Saya perhatikan satu persatu transaksi tukang durian dengan para fans-nya yang jumlahnya belasan itu.
Passion
Terlihat pasangan suami istri bahagia sekali melayani pelanggannya satu persatu. Selalu senyum, tertawa dengan tulus. Terlihat bedanya dengan pedagang-pedagang pada umumnya, yang senyumnya penuh arti karena mata duitan hehe.. Yang ini senyumnya asli terlihat tulus, sangat menikmati profesinya. Masya Allah, semoga Allah memberkahi mereka berdua. Paling senang orang yang bekerja dengan senyum tulus. Energi positifnya PASTI menular ke customer, dan itu sangat disukai customer.
Expert
Terlihat seorang customer bertanya,
"Mas, coba tunjukin, gimana caranya pilih duren bagus dengan hanya pegang saja?"
"Oh jadi begini pak blablabla... kalau duren itu harus blablabla.." jawab tukang durian dengan sangat meyakinkan.
"Nah, kalau duren yang ini pasti bagus..." kemudian dibuka sedikit duriannya, pelanggannya disuruh mencicipi..
Wih.. ekspresi pelanggannya merem melek hehe... langsung lah dibungkus duriannya oleh pelanggan tersebut
Value
"Jadi kita hanya menjual durian terbaik mas...." kata tukang durian tersebut dengan rendah hati dan senyum jawa khas nya... tentunya beda kalau kalimat tersebut diucapkan sama jenis pedagang kecap nomor satu hehe...
"Pas durian datang dari palembang, kita dapat jatah untuk ambil 300 buah, tapi kita gak mau ambil semua. Suami saya tetap sortir, walau akhirnya cuma dapat 100 saja. Tapi gak apa-apa, yang penting kita cuma mau jual yang bagus saja". Kata istri tukang durian dengan bahasa jawa yang halus...
"Duriannya di buka disini aja, jadi kalau isinya tidak bagus, langsung bisa ditukar dengan yang bagus. Gak usah ngerasa gak enak, memang kewajiban saya untuk kasih durian yang bagus ke bapak" tambah sang istri.
"Jadi harga duriannya agak mahal sedikit gak apa-apa ya mas? soalnya memang kami sortir.."
"Ah gak mahal kok bu, sama aja harganya dengan pedagang di pasar induk..."
Love
Pelanggan lainnya menyahut
"Saya sering ditipu bu sama pedagang durian di pasar, udah beli mahal-mahal 80ribu, eh ga taunya dalemnya jelek semua..."
"Oh kalau disini dijamin mas.. justru karena kita kasian banyak orang yang kecewa dapet durian jelek, jadinya kita selalu sortir. Saya juga bingung sama pedagang-pedagang, kok ya tega jual durian jelek ke pelanggan.. saya mah ga tega..."
"Jadi memang sisa sortiran kita itu yang dilempar ke pedagang-pedagang itu mas"
Limited
Desss... ludes habis langsung durian dagangannya...
"Ya beginilah mas.. durian bagus memang gak banyak... kalau kita mau cari untung banyak mah bisa aja saya bawa durian banyak. Tapi kita cuma mau jual durian bagus. Jadi sedapatnya ya cuma segini... Kasian juga ya banyak yang gak kebagian"
Wihh speechless betapa sepasang suami-istri ini menginsipirasi. Betapa care, detail.
Sebenarnya ya, hal-hal yang sukses dalam skala mikro, secara logika sebenarnya hanya tinggal memperbesar skala saja untuk di aplikasikan pada makro. Misalnya luas lapaknya diperbesar, pegawainya ditambah dengan catatan memiliki spirit yang mendekati owner, jangkauan jualannya diperluas via buka cabang atau online. Tapi sayang hal-hal seperti ini gak kepikiran oleh kebanyakan orang. Atau memang gak mau?
Lima hal diatas juga ada pada diri klien saya, tim Petshop Calico, dan Cattery milik istri saya.
Dalam hal passion, pak Dendy dan tim benar-benar penuh kebahagiaan dalam menjalankan bisnisnya. Sering terlihat becanda, senyum, tertawa, baik sesama anggota tim ataupun kepada customer. Memang mereka semua para pecinta hewan, jadi sangat mudah berbisnis petshop. Begitu pun istri saya dan tim, bekerja tidak kenal waktu, nyaris tanpa libur, bahkan cattery girl nya bisa sambil shalawat Nabi ketika membersihkan kucing setiap hari hehe
dalam hal expertise, mereka sangat-sangat expert. Memberikan masukan tentang cara perawatan anjing dan kucing kepada customer, makanan kucing, bahkan hewan-hewan lainnya. Tak cuma itu, mereka pun selalu meningkatkan expertise nya setiap waktu. Dengan mengikuti seminar-seminar tentang hewan peliharaan, workshop, buku-buku dan literatur asing, dan lain-lain. Karena kebetulan dunia petshop dan cattery banyak yang beririsan. Banyak yang bilang kalau istri saya kini telah menjadi salah satu orang yang paling expert dalam hal kucing di Indonesia.
Value ga usah ditanya, dari mulai ramah, lengkap, free ongkir, hadiah langsung, diskon, apa aja yang bikin pelanggan senang. Karena dulunya pak dendy juga customer, seringnya dijutekin sama petshop owner hehe... ditambah stok barang yang tidak lengkap, harga mahal, combo deh gak enaknya. Pak dendy tentunya tidak mau mengulangi experience itu ke pelanggan-pelanggannya.
Cintanya ke customer juga tidak perlu diragukan. Sampai petshop nya jadi rumah kedua buat customer, dari mulai curhat asmara (buat customer yang abege), curhat karir, bisnis, pokoknya apa saja dibahas disana. Pun value prabu cattery yang cuma mau breeding kucing persia dengan kualitas terbaik, dengan perawatan terbaik.
Limited? Ya pastinya. Program-program promonya selalu limited. Misalkan lelang setiap hari yang hanya 1 item. Open house yang terbatas bagi yang datang langsung ke petshop, dan lain-lain
Sama halnya dengan Prabu Cattery, kucingnya limited... itupun seringnya menolak banyak calon adopter kalau dirasa tidak cocok.
Kembali ke tukang durian, jadi bedanya tim pak Dendy dengan tukang durian tersebut adalah, petshop calico willing untuk menjadi besar, punya visi, dan didampingi konsultan berpengalaman. Insya Allah tinggal tunggu waktu suksesnya.
Semoga hari ini penuh berkah untuk kita semua
Saya mau lahap durian dulu hasil borong semalam heuheu
Saya mau lahap durian dulu hasil borong semalam heuheu
Rabu, 08 Oktober 2014
(Tidak Semua) Pelanggan adalah Raja
Masih terkait dengan tulisan-tulisan sebelumnya... http://adzan101.blogspot.com/2014/10/mengukur-nilai-pelanggan.html
Bahwa sudah bukan rahasia lagi kalau bank selalu mengecek secara rutin data-data nasabah seperti saldo, aktifitas rekening, penggunaan jasa, kunjungan ke kantor cabang, dan lain-lain. Nasabah yang menguntungkan bank tentunya mendapat pelayanan high class, sementara nasabah yang merugikan mendapatkan pelayanan yang biasa-biasa saja.
Contoh paling ekstrem adalah INGDirect. Perusahaan jasa keuangan cepat saji. Jasa yang ditawarkan antara lain berupa rekening tabungan, deposito, pinjaman dan lain-lain. Dulu web-nya ingdirect.com sekarang masih bisa dilihat di ingdirect.com.au. INGDirect mencari hubungan dengan nasabah yang tidak memerlukan perlakuan khusus yang mahal, sambil memecat nasabah yang memerlukan atau menginginkannya.
Perusahaan hanya menawarkan pelayanan yang benar-benar dibutuhkan. Anehnya keuntungannya melesat cepat, lebih dari 200% dalam satu tahun. Rahasianya adalah hubungan yang selektif. Bank menarik nasabah yang tidak memerlukan pelayanan istimewa, dan bank memberikan bunga yang tinggi atas tabungan nasabah. Untuk mengimbanginya, bank melakukan 75% transaksinya secara online, menghindari pelayanan istimewa, dan menawarkan layanan yang hanya benar-benar dibutuhkan saja. Benar-benar menghemat pengeluaran!
Faktanya ING justru malah "memecat" nasabah-nya secara rutin, terutama yang menuntut terlalu banyak. Dengan mengabaikan pelanggan yang terlalu membuang waktu, ING berhasil menurunkan biaya per rekening dengan fantastis.
CEO-nya Arkadi Kuhlmann mengatakan, "Kami harus menekan pengeluaran, yang tidak akan berhasil bila pelanggan menginginkan banyak pelayanan. Jika rata-rata biaya panggilan telpon pelanggan adalah $5,25 dan rata-rata keuntungan rekening adalah $12 per bulan, maka hanya diperlukan 100.000 pelanggan berperilaku buruk agar biaya melangit. Jadi jika pelanggan sudah terlalu sering menelepon atau menginginkan terlalu banyak pengecualian terhadap peraturan, penjual kami biasanya berkata : Dengar, bank ini tidak sesuai untuk anda. Kembalilah ke bank biasa yang nyaman... Semua ini perihal menemukan pelanggan yang merasa nyaman dengan bisnis swalayan; Kami berusaha menarik anda dan mengeluarkan anda dengan cepat. Ketika hal ini menyebabkan sejumlah pelanggan tidak senang, maka pelanggan itulah yang ingin anda singkirkan."
Oke, kisah lain hadir dari Best Buy, retailer barang elektronik terkemuka
Lahir dengan sederhana pada 1966 yang awalnya hanya menjual peralatan stereo untuk mobil-mobil dan rumah, menjelma menjadi 941 gerai bernilai $30 miliar. Sekarang ini selain menjual peralatan elektronik, juga menjual peralatan kantor, rumah tangga, software, CD, DVD, semua dengan harga murah dan diskon.
Tantangan datang dengan hadirnya Wal-Mart yang juga menjual peralatan elektronik, dan Dell yang menjual langsung produknya ke para pelanggan. Wal-Mart menyodok ke urutan kedua dalam hal penjualan barang-barang elektronik dengan $20 miliar, melawan Best Buy dengan $30 miliar. Dell diurutan keempat, namun pertumbuhannya adalah yang paling cepat.
CEO Best Buy, Brad Anderson, takut Best Buy terjebak menjadi pengecer medioker yang tidak menguntungkan, tidak mampu bersaing dengan Wal-Mart yang dengan mudah bisa merebut kalangan bawah yang price sensitive. Termasuk melawan pelanggan online dari Dell.
Best Buy mengadopsi pemikiran Larry Selden, Profesor bisnis Columbia Univ. Singkatnya, Selden berhasil mengidentifikasi dua jenis pelanggan, Angel and Demon alias Malaikat dan Iblis :D
Pelanggan malaikat adalah pelanggan yang menguntungkan. Sementara pelanggan iblis adalah pelanggan yang bisa membuat perusahaan mengeluarkan biaya pelayanan lebih banyak dari keuntungan yang didapat dari mereka. Best Buy dengan cepat membuat gugus tugas untuk masalah ini.
Dari logika Angel dan Demon ini, dan juga logika Pareto 20-80 (lihat tulisan http://adzan101.blogspot.com/2014/10/kerja-cerdas-dan-menunda-kesenangan.html ) Best Buy menemukan Malaikat pada 20% pelanggannya. Menurut wallstreet journal : "Pelanggan Malaikat Best Buy adalah pelanggan yang membeli TV canggih, elektronik, tanpa menunggu penurunan harga atau obral."
Hasil riset gugus tugas lainnya menemukan bahwa pelanggan iblis adalah pembeli yang suka menawar harga dan ingin memeras habis keuntungan perusahaan. Mereka membeli produk, meminta diskon, mengembalikan barang yang sudah dibeli, lalu membelinya kembali di bagian barang yang di retur (tentunya dijual dengan harga diskon). Mereka memborong barang obralan, yang awalnya dirancang untuk mendatangkan crowd oleh perusahaan, lalu mereka menjual barang tersebut di eBay untuk mendapatkan keuntungan. Mereka juga mencari penawaran harga yang paling rendah di internet dan menuntut Best Buy menepati janjinya untuk selalu menjual di harga terendah. Sadiissss :))
CEO Anderson mempelajari bahwa pelanggan iblis ini bisa berjumlah 100 juta dari 500 juta kunjungan pelanggan Best Buy setiap tahunnya. "Mereka menimbulkan kerusakan ekonomi yang besar." katanya.
Setelah memutuskan bahwa pelanggan tidak selalu benar, dan tidak selalu raja, diputuskan langkah-langkah berani. Database penjualan dan pelanggan digali, dibuat program loyalitas pelanggan, Best Buy memberikan produk yang lebih baik kepada pelanggan Malaikat. Bahkan menawarkan satu asisten untuk pembeli komputer, baik untuk ditoko maupun dirumah, bagi pelanggan bernilai tinggi. Best Buy menyediakan diskon untuk pembelian selanjutnya.
Untuk mengenyahkan pelanggan iblis, Best Buy memindahkan mereka dari daftar pemasaran, mengurangi promosi yang cenderung menarik mereka, dan memasang tarif untuk penggantian barang sebesar 15%!
Best Buy juga mengelompokkan pelanggan terbaiknya menjadi 5
- Barrys, pria berpenghasilan tinggi
- Jills, ibu-ibu yang tinggal di pinggir kota
- Buzzes, pria peminat teknologi
- Rays, laki-laki muda yang baru berkeluarga dengan anggaran terbatas
- Small business owner
Best Buy juga mengajarkan pegawai toko tentang penanganan yang beda-beda untuk 5 kelompok tersebut. Juga mengajari tentang seni melayani Malaikat dan mengusir iblis hehehe...
Pada toko yang dominan Barrys, pegawai toko mengarahkan mereka ke pusat Home Theater di tengah toko yang berkelas tinggi dan terkenal, ditambah konsultan Home Theater yang tidak memaksa. Di toko yang populer dengan Buzzes muda, Best Buy menata daerah videogame dengan kursi kulit dengan layar besar. Puluhan game tersusun rapi disana.
Boom! penjualan meningkat tiga kali lebih banyak...
Saya jadi teringat, sudah memberikan tugas-tugas kepada klien saya, Petshop Calico / calico.co.id untuk selalu memberikan perbedaaan layanan kepada para customer. Kami membaginya menjadi beberapa kelompok, antara lain Classy customer, pelanggan Ring-1, Breeder (Cattery/Kennel/Cathouse), Reseller, dan lain-lain. Juga sudah menyiapkan kustomisasi untuk toko cabang yang akan dibuka. Program-program untuk berbagai kelompok pelanggan sedang digodok, tentunya nanti kami share jika telah berjalan dan berhasil.
Bagaimana dengan bisnis teman-teman? apa sudah fokus dengan kelompok-kelompok pelanggan? trust me it works!
Semoga berguna ya...
Langganan:
Postingan (Atom)