Kamis, 02 Oktober 2014

Kerja Cerdas dan Menunda Kesenangan


Judul yang tepat seharusnya Kerja Cerdas dan Menunda "Kesenangan". Dengan tanda kutip. Yes, karena seharusnya semua hal yang kita lakukan harus penuh kesenangan. Sebagai bukti syukur dan ridha kita atas semua takdir dan karunia yang Tuhan berikan.

Jadi tulisan ini bermula ketika penulis berdiskusi dengan ibundanya tercinta. Dimana ibunda ada niat untuk wakaf dalam bentuk koperasi full dari kantong sendiri, dengan tujuan membantu ustadz-ustadz dan teman-temannya terbebas dari riba. Ada kasus beberapa orang yang seharusnya memiliki motor karena aktifitas dakwahnya, tapi tetap belum memilikinya karena takut terlibat riba dari cicilan motor tersebut. Tentu saja dana sang ibunda terbatas.. mungkin hanya cukup untuk membiayai 3-4 motor saja hehe...

agak susah memulai diskusinya supaya tidak menggurui..
cuma teringat kisah di buku 7 Habits, mungkin sudah banyak yang tahu ya...

kisah tentang desa yang kekeringan air, dimana sumber air sangat jauh. Ada dua orang menawarkan jasanya untuk memberikan air ke desa tersebut. Orang pertama langsung bekerja dengan membawa ember ke sumber air, bolak-balik setiap hari. Orang kedua tidak terlihat lagi selama berhari-hari. Belakangan baru ketahuan kalau orang kedua sedang membangun pipa dari sumber air ke desa tersebut. Begitu saluran pipa selesai, tinggal buka kran dan... selesai. Hingga jasa angkut ember orang pertama tidak dipakai lagi selamanya.

Tanya saya ke ibunda, "ibu mau wakaf ibu menjadi ember bagi orang pertama tersebut yang langsung tersalurkan? atau wakaf ibu mau menjadi satu pipa dari ratusan pipa dari orang yang kedua?"

dijawab cepat, "lebih baik ibu hanya menjadi satu pipa untuk orang yang kedua"

Alhamdulillah lancar penjelasannya hehe..

"lalu solusinya gimana?" lanjutnya

Tenang saja bu, di Arrihlah.com berkumpul orang-orang seperti ibu. Ada expert-expert disana, expert tentang syariah dan ilmu wakaf, expert tentang hukum, expert tentang social-engineering, expert tentang funding, expert bisnis dan lain-lain. Kita sudah mulai wakaf domba, ide-ide seperti pembiayaan untuk motor para ustadz tentunya bisa diusulkan disana.

teringat kata-kata bijak, Jika kamu ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri. Jika kamu ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama. So, kalau kita mau proyek jangka panjang yang kuat, bukankah harus bersama-sama?

Saya termasuk orang yang memperhatikan wakaf, terutama wakaf produktif. Daripada kita sedekah besar-besaran, menurut saya (sekali lagi ini menurut saya, mohon maaf kalau salah secara agama) lebih baik dijadikan wakaf produktif (tapi sedekah tetap jalan yaa), lalu kemudian hasil dari wakaf produktif tersebut yang dibagikan ke kaum dhuafa. Contoh wakaf produktif ya misalkan membangun peternakan domba, atau bikin unit usaha air isi ulang, dan lain sebagainya. 

Sama seperti yang Kiyosaki katakan, dari income jangan langsung ke expense. Tapi income di convert dulu jadi aset yang produktif. Begitulah logika wakaf penulis. Memang pasti nikmat sekali kalau kita sedekah 100 juta langsung, manfaat juga langsung terasa. Dibanding kita wakaf produktif 100 juta dan "hanya" menghasilkan 2 juta per bulan untuk kita sedekahkan sebagai hasil wakaf. Tapi percayalah, konsep "menunda kesenangan" (sebagaimana judul tulisan) pasti lebih happy ending...

Menunda kesenangan sementara, untuk kesenangan yang lebih ultimate. Begitu kira-kira. Karena bisa jadi wakaf produktif kita nantinya bisa berkembang dan menghasilkan 100 juta setiap bulannya. Bisa kan? (amiin dulu ya)

Nah, kalau dalam sosial-filantropi aja dituntut efisien dengan bekerja lebih cerdas.. apalagi dalam hal bisnis.
Semua harus dihitung... Misalkan kita punya anggaran untuk intensifikasi bisnis 100 juta dalam setahun. Dihitung mana yang kira-kira memberikan impact besar dalam hal pemasukan. Opsinya banyak :
- Untuk Iklan
- Untuk menambah karyawan
- Untuk menambah kompetensi seperti coaching, seminar, dll
- Untuk penambahan infrastruktur (seperti mesin-mesin, kendaraan perusahaan dll)
 Jadi jangan semuanya dibagi sebagai dividen yaaa... ini biasanya kesalahan pemula-pemula bisnis (penulis termasuk didalamnya hehe)
Jadi dari 100 juta yang ditanam tersebut, pada akhirnya bisa mendongkrak profit lebih tinggi lagi...
tantangan dari guru besar : yang ditanam Rp 1 juta, harus menambah pemasukan sampai dengan 1 Milyar . Bagaimana caranya? saya juga tidak tahu.. baru mencoba hehe..

Makanya biasanya para penunda "kesenangan" adalah orang-orang sukses. Konon pernah ada kisah anak-anak TK dibagikan permen. Barangsiapa yang mau menunda pemberian permen nya sampai selesai jam sekolah, dapat bonus 1 bungkus permen. Ternyata pareto berlaku, tidak sampai 10% anak yang mau menunggu. Dan ketika sudah besar, anak-anak penunda kesenangan ini menjadi pribadi-pribadi sukses..

Ada bakat sukses dalam diri kita semua. Karena kita semua tipe penunda kesenangan kok. Buktinya kalau makan bakso, bakso yang paling besar disisakan terakhir. save the best for last katanya hehehe...

Dalam belasan tahun di dunia entrepreneur, sudah tak terhitung rasanya bertemu pejuang-pejuang yang aset bisnisnya udah milyaran, namun rumahnya saja masih ngontrak. Ada juga yang memilih tidak punya mobil, hanya punya motor. Lebih memilih mobil box untuk angkut barang dagangan. Mereka adalah para penunda kesenangan. Apakah mereka tersiksa dan tidak senang? sama sekali tidak. Mereka melakukan itu semua dengan penuh kesenangan :D

Sempat bercanda dengan seorang sahabat, menyebut istilah alay bisnis, adalah ketika aset pribadi masih lebih besar nilainya dari aset perusahaan hehe... (jangan diambil hati ya)

Orang-orang yang bekerja cerdas dan siap menunda kesenangan adalah orang-orang yang sudah fokus dan punya prioritas hidup. (bisa dibaca tulisan sebelumnya disini http://adzan101.blogspot.com/2014/10/fokus-dan-prioritas.html ) Mereka rela berkorban, tapi tidak merasakan derita. Dan tentunya sudah tidak peduli dengan pandangan dan penilaian orang lain. Karena visi dan tujuannya selalu jelas terpampang di kepalanya.

Kata guru saya, sama seperti orang yang mendapat doorprize 10 milyar mendadak. Disuruh naik ke panggung untuk terima hadiah. Dalam perjalanan menuju panggung, tidak sengaja menginjak paku. Tentunya sakit karena pakunya tidak dirasa, (tidak sampai diving kayak Busquet gitu) karena yang dikepalanya hanya ada hadiah 10 Milyar yang segera diterima.

Para komisaris yang ada di bisnis-bisnis penulis, sudah hafal gaya seperti ini. Dividen jarang, bahkan ada yang 2 tahun tanpa dividen. Tapi terjadi penggelembungan aset perusahaan sampai melebihi 100%. Sampai gak ada yang mau di buyback saham hehe..

Okey, saya gak mau pakai istiliah-istilah rumit ekonomi, cuma mau mengingatkan saja (utamanya buat diri sendiri) untuk memastikan yang kita bangun adalah pipa-pipa air. Kita siap menunda untuk tidak dibayar didepan seperti si pembawa ember. Karena kita punya visi lebih jauh dan lebih cerdas. Setoedjoe?



2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau udah berumur tp belom nikah2 juga apa itu termasuk menunda kesenangan stadz? Mohon pencerahannya guru...

Unknown mengatakan...

Assalamunalaikum,wr,wbr.
untuk pa Wahyu yg bisnis Bioethanol dari komutitas TDA.

Alhamdulillah dengan ijin Allah SWT saya sudah merangkai satu unit mesin ataw Destilasi untuk memproduksi Bioethanaol dgn kapasitas 900 ltr/hari/24 jam/dgn kadar 95% kw : Technik dan kw: Food Grade.
Yg sy mau tanyakan ke pa Wahyu minat untuk bekerja sama dgn sy,aturan maen nya bs kita bicarakan bersama untuk sebaik2 nya.Posisi sy dan Pabrik di Kuningan dekat Cirebon, kalau bp berminat silahkan hubungi sy di no ini :SIM 081316630196. dan XL: 087744217985.Wassalam H.Tatang Ibrahim. P.S. Sy berminat untuk bergabung dgn TDA komunitas,infonya? trims