Sabtu, 05 Juli 2008

Apa jawaban anda tentang pertanyaan-pertanyaan seperti ini?

Sering kali kita sebagai usahawan ditanya pertanyaan-pertanyaan yang menurut saya sih agak ngeselin :D

1. Bahan baku ambil dimana pak?
2. Supliernya siapa pak
3. Ongkos produksi berapa pak
4. Buyer-nya siapa pak
5. Nomor contact buyer donk pak (haduh plis donk ah)
6. Nomor kontak suplier
7. Gaji karyawan si anu berapa pak (ga berapa lama sang karyawan di tawari pekerjaan sama yang nanya hehehe)

atau misalkan ada orang tanya-tanya cara mau buka butik/salon/warnet/bengkel dll ternyata calon tokonya persis disamping kita hehehe

Pernah ga ada temen-temen ditanya2 masalah spt diatas?
pokoknya pertanyaan-pertanyaan yang "nelanjangin" usaha kita..
misalkan kalo di bisnis restoran, "resep menu ini apa aja pak"

Mau tau aja gimana jawabnya..
Comment ya

Salam
http://adzan101.blogspot.com

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Pak Adzan,

Saya juga sering menerima pertanyaan-pertanyaan yang urang lebih berbunyi sama. Bisa dimaklamu jika kita kesal dan menempatkan kita ke perasaan tidak aman. Usaha kita sampai di tahap ini kan berkat usaha sendiri, gak ada yang ngasih tahu sebelumnya dimana harus mengambil bahan baku, supplier mana yang cocok, berapa banyak ongkos produksi yang harus dikeluarkan dsb. Untuk mendapatkan itu semua kita menjalani proses panjang yang ongkos-ongkosnya kita tanggung sendiri. Jadi wajar saja jika muncul perasaan tidak rela kala mendapat pertanyaan yang mestinya menjadi rahasia perusahaan kita. Kita mempertanyakan motif pertanyaan mereka.

Tapi Pak sebagai pengusaha yang ujung-ujungnya jualan produk/jasa kita kepada orang lain, kita harus menerima kebutuhan calon konsumen sebagaimana adanya. Itu artinya kita juga harus menerima keingin tahuan mereka tentang segala sesuatu mengenai produk yang akan mereka beli. Mereka juga punya kedaulatan untuk itu. Ungkapan paling pas untuk menunjukan kedaulatan konsumen sbb:
1. Pembeli adalah raja.
2 Mereka tidak pernah salah.
3. Jika terjadi sebaliknya, kembali ke hukum no.1 dan no.2

Kalau paragraf satu diperlagakan dengan paragraf 2, sepertinya akan terjadi konflik ya Pak? Yaitu benturan kepentingan kita untuk memegang rahasia perusahaan dan kepentingan konsumen untuk perlu tahu segalanya tentang produk yang akan mereka beli?

Well, menurut saya konflik ini tidak perlu terjadi. Sebagai pengusaha yang kreatif, mestinya kita memiliki segudang kosa kata, memberikan jawaban "dangkal" tapi tetap bisa diterima secara sosial. Contohnya kalau ada yang bertanya kepada dimana saya mengambil bahan baku gula aren, saya sebutkan pulau jawa. Lebih spesifik sedikit, jawa tengah, jawa barat dan Banten. Saya tidak berdusta dengan jawaban tersebut. Tetapi daerah-daerah yang saya sebutkan tersebut kan luas sekali, kalau memang mereka juga ingin mencari kesana, yah, silahkan usaha sendiri.Sebab tidak mungkin juga membiarkan mereka menduga-duga saya mengambil gula dari mana. Kalau ketebak Lampung bagaimana? Konon katanya kualitas gula aren dari Lampung sudah di black list di pulau jawa.

Kesimpulan, biarkan mereka bertanya tentang apapun, karena ini membangun rasa aman di pihak konsumen. Sebagai jawaban, pilihlah kalimat-kalimat umum dan netral dan sedikit dangkal. Konsumen kita juga cerdas, pilihan jawaban kita akan membuat mereka mengetahui mana garis yang boleh mereka langkahi dan mana yang tidak.

Begitu saja opininya pak Adzan. Nanti akan saya copy n paste dan postind di blog bapak.

Wassalam,
-- Evi Indrawanto
http://gula-aren.blogspot.com

Adzan W. Jatmiko mengatakan...

aduh makasih mbak evi..
sebenernya bukan cuma buyer loh yang mau nanya...
yang nanya biasanya bukan buyer..
tipe orang yang mau tauuuu aja hehehe...

btw sarannya boleh juga..
jadi klo ditanya gula cuma sekedar jawab di jawab tengah gitu ya mbak?

klo dia terus nanya, jawa mana? kabupaten apa? kecamatan apa? kelurahan apa? rw brp? rt brp? hahaha.. ada lho mbak yg kyk gitu..

mungkin disini batasannya kali ya mbak yang ga perlu kita jawab..

jadi kesimpulan saya dari mbak evi, kita berusaha tetep jawab. dan tidak dusta. Namun kita pun tidak salah jika tidak semua info kita bagi. Rahasia perusahaan gitu loh..

bukan begitu mbak :)

Anonim mengatakan...

Ehm, pertanyaan yg cukup menarik, dan sering juga dialami oleh kami, di Exist. Sikap kami, biasanya karena kami dalam bidang jasa, dan client adalah raja, pertanyaan itu kita tangggapi biasa saja dan dijawab seada-adanya, biasanya sih kita ksh jawaban sesungguhnya, tapi kalau udah masuk area privacy seperti berapa duitnya, kita bilang "rahasia dapur" dan mrk cukup mengerti kok

Adzan W. Jatmiko mengatakan...

nah itu dia pak yudhi..
saya juga bayangin begitu,,

yang paling parah klo bisnisnya berupa jasa brokering..

kan informasi kayak gitu berarti "nyawa" perusahaan.