Minggu, 19 Oktober 2008

Belajar bisnis dari Thalhah, Sang syahid yang hidup (2)

Di pojok pasar, ia menemui seorang pengunjung yang membawa banyak barang belanjaan.

"selamat pagi, Bapak. Saya melihat bapak belanja banyak hari ini. Bolehkah saya bertanya tentang beberapa hal?" Sapa Thalhah

Orang yang disapa memandang Thalhah curiga. Dipandanginya Thalhah dengan pandangan curiga. Dipandanginya Thalhah berulang-ulang. Saat itu pasar sedang ramai. Tidak mungkin orang ini bermaksud jahat kepadaku, pikir orang itu. Walaupun orang yang ada dihadapannya tampak asing, tetapi ia tidak membawa senjata apapun, pikirnya lagi.

"Anda tampak seperti orang asing. Apakah anda datang dari negeri lain?" orang itu balik bertanya.

"Benar, bapak. Saya Thalhah bin Ubaidillah, saya berasal dari Makkah. Sekitar dua hari perjalanan dari negeri ini. Kemarin kami kemalaman, sehingga kafilah kami terpaksa menginap disini. Tadi pagi, mereka kembali ke Makkah, sedangkan aku tinggal lebih lama disini." jawab Thalhah sambil mengulurkan telapak tangan kanannya. Orang itu menjabat tangan Thalhah.

"Oh, namaku Morsan. Aku sangat haus. Bagaimana jika kita bicara sambil minum di warung itu?" tanya orang itu seperti meminta persetujuan dari Thalhah.

"Baiklah. Mari Kita kesana!" ajak Thalhah. Beriringan mereka menuju warung. Thalhah membantu Morsan membawa barang belanjaannya.

Keduanya memesan segelas minuman. Kemudian mengambil tempat duduk yang menghadap ke jalan. Mereka melanjutkan pembicaraan yang terputus tadi. Morsan memulai pembicaraan.

"Adakah yang bisa kubantu?"
"Betul, bapak. Aku hanya ingin sekedar bertanya. Sejak memasuki negeri ini, aku tidak melihat sepetak tanah pun yang ditumbuhi tanaman gandum atau kurma. Tanah disini tampak gersang. Apakah keadaan ini terjadi sepanjang tahun?" tanya Thalhah

"Betul anak muda. Negeri ini sangat gersang. Sangat jarang tanaman yang bisa tumbuh disini. Bahan makanan untuk para penduduk biasanya dibawa dari luar Bushra. Para pedagang dari negeri ini yang membawanya dari Makkah. Mereka membelinya disana dan kemudian menjualnya kembali disini." jawab Morsan.

"Aku sering melintasi negeri2 yang keadaan alamnya seperti ini. Tanahnya tandus. Air sulit didapat. Biasanya negeri itu keadaan ekonominya sangat parah. Tapi negeri ini sungguh berbeda. Walaupun tandus, negeri ini cukup makmur. Kulihat rumah2 yang cukup baik kondisinya. Hampir semuanya terbuat dari batu. Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Thalhah.

"Ya. Nenek moyang kami sangat sadar dengan kondisi alam negeri ini. Mereka sangat paham bahwa kami semua tidak akan mungkin mengandalkan hidup dari pertanian. Itu lah sebabnya kami mencari sumber penghidupan yang lain." papar Morsan sambil meneguk isi gelasnya.

"Yang pertama kali mereka lakukan adalah membuat kolam penampungan air. Hampir semua rumah disini memiliki kolam untuk menampung air di musim hujan. Beberapa sumber air di negeri ini akan kering pada musim kemarau. Dengan air dari kolam itu, kami bisa memenuhi kebutuhan air untuk mandi dan mencuci. Beberapa sumber air yang tidak kering bisa digunakan untuk seumber air minum." lanjut Morsan.

"Nenek moyang kami juga melakukan berbagai usaha untuk melanjutkan kesejahteraan hidup."

Apakah usaha itu? ini yang menarik
tapi lanjut besok aja deh capek ngetiknya :D

Tidak ada komentar: