Pernah ada suatu kisah dimana ada tiga orang berjalan bersama-sama dikutub yang sangat dingin. Karena dinginnya itu, sebagian penduduk telah menemui ajalnya. Dan akhirnya hanya tersisa tiga pemuda ini..
dengan perlahan mereka bertiga mencoba keluar dari kawasan kutub yang mematikan itu. Tapi tak disangka kondisi badan mereka melemah, mereka menderita kelaparan yang sangat, hingga akhirnya salah seorang dari mereka ambruk pingsan.
dua orang yang masih sadarkan diri itu tiba-tiba mengambil sikap berbeda. Salah seorang merasa bahwa ini adalah takdir yang harus dihadapi, ditambah kondisi badan yang tidak memungkinkannya untuk menolong kawannya, akhirnya ia melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan kedua temannya..
sikap orang yang satunya berbeda. Dikarenakan menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, persaudaraan, dan persahabatan, ia merasa berdosa ketika membiarkan sahabatnya perlahan mati membeku. Akhirnya ia memaksakan untuk membopong temannya, walau kondisi badannya sendiri pun sudah sangat lemah...
tapak demi tapak ia lewati.. hingga akhirnya ia menemukan sesosok mayat yang ternyata temannya sendiri. ya, temannya yang memutuskan untuk meninggalkan mereka. ia telah mati membeku.. sambil membopong ia pun berpikir... bahwa ternyata yang menyelamatkan nyawanya adalah karena ia masih membopong temannya, sehingga persentuhan kulit mereka menyebabkan kehangatan sehingga terhindar dari membeku...
demikian cerita itu, ternyata sikap tolong-menolong kadang dapat menolong kita dengan cara yang tidak di duga-duga, bahkan tidak masuk akal. begitu juga dalam bisnis, mari bersama-sama kita dalami filosofinya...
contoh :
seseorang yang berjualan baju di bekasi misalnya. ia mengambil baju dari tanah abang, untuk kemudian dijual lagi di bekasi. filosofi bisnisnya apa? menolong orang agar tidak terlalu jauh dan terlalu lelah untuk membeli baju di tanah abang. Hal ini menjadi menguntungkan dari konsumen jika yang dibeli hanya 1-2 baju. Coba bandingkan jika harus ke tanah abang sendiri, belum ongkosnya, makan-nya, capek nya, dll...
nah sang penjual itu karena sehari-harinya "menolong" orang, ia memasukan uang makan, uang sekolah anak, belanja bulanan dan kebutuhan rumah tangga sebagai cost..
filosofi tolong-menolong ini sudah seharusnya mendasari sikap kita sehari-hari. begitu juga dalam hal kemitraan usaha. misalkan hubungan antara investor dan pengelola. investor harus bersabar jika tren usaha sedang menurun, jika dengan catatan sang pengelola terus mencari jalan keluar terbaik (tidak hanya berpangku tangan)..
jangan malah keluar, minta investasi dikembalikan. Karena selain menyakiti sang pengelola, hal ini menyebabkan sang investor akan terkena stigma oportunis. Coba perhatikan prinsip mendasar warren buffet dalam berinvestasi. Selalu untuk jangka panjang..
ini pun harus menjadikan pelajaran bagi pengelola bisnis. manajemen tidak boleh sembarangan menerima investor. harus selektif! buang jauh-jauh tipe investor yang sangat jauh dari spirit tolong-menolong, karena hanya memberikan energi negatif untuk perusahaan, melemahkan semangat, dan sangat merepotkan. begitu juga bagi para investor, buang jauh-jauh tipe pengelola yang jauh dari sikap tolong-menolong...
atau jangan-jangan jaman ini telah menjadi jaman edan...
orang niat menolong justru ditohok dari belakang...
terakhir, yuk mari, mari kita melihat semua ini dalam kerangka tolong-menolong... hati pasti lebih tenang, dan rejeki pasti berlimpah..