Sabtu, 24 November 2007

Menjadi kaya karena kejujuran

Menjadi kaya karena kejujuran


Alkisah pada jaman Dinasti Utara dan Selatan (Cina kuno) hiduplah seorang ayah bernama bernama Meng Xin. Hidupnya miskin, pekerjaannya hanyalah pedagang biasa ditambah bertani. Pada suatu hari, anak dan istri Meng kehabisan beras dan makanan setelah beberapa hari ditinggal Meng berdagang.

Sapi yang ditinggalkan Meng pun sakit, dan tidak bisa digunakan anak dan istrinya untuk bekerja di ladang. Timbul niatan dari sang anak untuk menjual sapinya yang sakit sebelum sapinya itu mati. Hingga tiba sang anak dipasar dan menawarkan sapinya untuk hanya sekedar membeli beras. Sang pembeli pun sudah curiga bahwa sapi itu sebenarnya sakit. Tapi sang anak mengelak, berbohong mengatakan bahwa sapinya baik-baik saja. Pembeli itu berhasil ditipunya dan akhirnya membeli sapi itu seharga 80 qiant (mata uang cina kala itu). Akhirnya sang anak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan membeli beras untuk ibunya.

Hingga tiba ketika Meng Xin pulang dan membawa sejumlah uang. Tak lama Meng Xin marah besar karena tahu sapinya dijual. Meng Xin marah karena mengetahui sapinya sedang sakit dan tak layak dijual. Ia sangat takut akan mengecewakan orang yang membeli sapi itu. Dan mengatakan kepada anaknya bahwa tindakan yang ia lakukan adalah sebuah penipuan. Setelah sang anak meminta maaf kepada ayahnya, mereka berdua bergegas menuju ke rumah orang yang baru saja membeli sapinya.

Setibanya ditempat pembeli, Meng Xin langsung meminta maaf kepadanya dan mengatakan bahwa sapinya memang sedang sakit. Meng Xin berniat menebusnya dengan harga 100 qiant. Sang pembeli tersentuh dengan kejujuran Meng Xin, dan mengatakan bahwa Meng Xin cukup menebusnya dengan 80 qiant saja. Tapi Meng Xin bersikeras, dan mengatakan bahwa 20 qiant sisanya adalah untuk dipakai biaya merawat sapi selama beberapa hari.

Singkat cerita, kisah ini menyebar dengan cepat ke penjuru kota. Kejujuran Meng Xin menjadi buah bibir masyarakat hingga banyak orang yang mencarinya untuk bermitra usaha. Hingga menjadikan Meng Xin sebagai salah satu orang yang kaya.

"Bisa dipercaya dalam urusan kecil membantu menunjang nama baik seseorang" kata Hanfei Zi. Seperti Muhammad SAW yang selalu jujur ketika berdagang hingga dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya). Muhammad SAW selalu berterus terang kepada pembelinya jika ada barang dagangannya yang cacat. Tidak pernah akan rugi seseorang yang memilih jalan kejujuran. Seperti bola salju yang semakin membesar, keuntungan yang jauh lebih besar sedang menunggu orang-orang yang jujur. Sementara orang-orang yang yang tidak jujur sebenarnya sedang menukar keuntungan yang sangat besar dengan sesuatu yang murah.

Salah satu guru saya pernah berujar, "bahkan maling nomor satu pun butuh orang kepercayaan dan anak buah yang jujur!" bahkan ia menambahkan, "sangat gampang jadi orang kaya di jaman kita sekarang ini, cukup menjadi pengusaha yang jujur. Karena pengusaha yang jujur masih langka di negeri ini. Pengusaha jujur ini akan dicari-cari orang seantero negeri untuk diajak bermitra"

Tim Alpha sebagai kumpulan pengusaha muda (sangat muda karena usia anggotanya masih dibawah 25 tahun) memegang teguh masalah integritas yang selama ini menjadi ciri khas tim ini. Kejujuran merupakan harga mati, yang harus dipegang teguh tim ini apapun yang terjadi. Karena jika manusia sudah tidak bisa dipegang lidahnya, lantas apa lagi yang bisa dijadikan sandaran dan pegangan?

adzan101

Jumat, 23 November 2007

Tentang Kemasan

Tentang Sebuah Kemasan


Pada suatu hari seorang pria dari Chu melihat seorang nelayan membawa mutiara. Tertarik dengan ukuran mutiara yang sangat besar akhirnya pria tersebut mencoba menawarnya. Akhirnya mutiara terbeli dan sesampainya di rumah pria itu langsung merencanakan untuk membuat kotak tempat penyimpanannya. Dibenaknya, kotak itu akan dibuat dari kayu cendana yang mahal dan akan diukir gambar Naga dan Burung Hong kemudian dihiasi dengan permata. Tak lupa bagian dalamnya dilapisi beludru merah.

Karena besarnya mutiara tersebut ditambah kemasan yang indah, tak lama barang itu pun terjual. Keuntungan yang didapat sangat besar. Kemudian hal yang aneh terjadi. Sang pembeli kembali datang untuk mengembalikan mutiara yang baru saja dibeli. Pria itu menjadi sedih, mengira sang pembeli tidak menyukai mutiara yang ia jual. Sang pembeli mengiyakan, dan mengatakan bahwa sebenarnya ia hanya tertarik dengan kotak kemasannya yang indah...

Pria itu menjadi senang, karena mendapatkan keuntungan lebih dengan dikembalikannya mutiara secara cuma-cuma.

Kisah ini mengingatkan saya dengan suatu kejadian lucu di negeri kita. Masih ingat dengan lagu-lagu "sms siapa ini bang", "kucing garong", "ketahuan"? ya, lagu-lagu itu menjadi booming setelah dikemas ulang dengan penyanyi yang berbeda. Artinya dengan "barang" yang sama, ketika dikemas dengan SEDIKIT berbeda akan memiliki value yang BANYAK berbeda.

Tak beda dengan produk Gulaku. Selama ini kita selalu membeli gula curah dengan dibungkus plastik seadanya. Dengan memberi kemasan yang menarik, Gulaku dapat mengambil margin lebih. Kemasannya memberikan kesan bahwa Gulaku lebih bersih, berkualitas, higienis, elegan dan berbagai kesan positif lainnya.

Sama juga seperti Carrefour jika dibandingkan dengan pasar tradisional. Hanya berbeda kemasan. Bahkan hampir semua item lebih mahal di carrefour daripada pasar tradisional. Tapi kenapa banyak masyarakat yang tetap memilih belanja di carrefour?

Kemasan akan memberi kesan yang berbeda tentang produk kita. Mahal murah akan menjadi relatif. So, sudahkah kita mengemas produk kita dengan baik?

adzan101