Rabu, 08 Oktober 2014

(Tidak Semua) Pelanggan adalah Raja


Masih terkait dengan tulisan-tulisan sebelumnya... http://adzan101.blogspot.com/2014/10/mengukur-nilai-pelanggan.html

Bahwa sudah bukan rahasia lagi kalau bank selalu mengecek secara rutin data-data nasabah seperti saldo, aktifitas rekening, penggunaan jasa, kunjungan ke kantor cabang, dan lain-lain. Nasabah yang menguntungkan bank tentunya mendapat  pelayanan high class, sementara nasabah yang merugikan mendapatkan pelayanan yang biasa-biasa saja.

Contoh paling ekstrem adalah INGDirect. Perusahaan jasa keuangan cepat saji. Jasa yang ditawarkan antara lain berupa rekening tabungan, deposito, pinjaman dan lain-lain. Dulu web-nya ingdirect.com sekarang masih bisa dilihat di ingdirect.com.au. INGDirect mencari hubungan dengan nasabah yang tidak memerlukan perlakuan khusus yang mahal, sambil memecat nasabah yang memerlukan atau menginginkannya.

Perusahaan hanya menawarkan pelayanan yang benar-benar dibutuhkan. Anehnya keuntungannya melesat cepat, lebih dari 200% dalam satu tahun. Rahasianya adalah hubungan yang selektif. Bank menarik nasabah yang tidak memerlukan pelayanan istimewa, dan bank memberikan bunga yang tinggi atas tabungan nasabah. Untuk mengimbanginya,  bank melakukan 75% transaksinya secara online, menghindari pelayanan istimewa, dan menawarkan layanan yang hanya benar-benar dibutuhkan saja. Benar-benar menghemat pengeluaran!

Faktanya ING justru malah "memecat" nasabah-nya secara rutin, terutama yang menuntut terlalu banyak. Dengan mengabaikan pelanggan yang terlalu membuang waktu, ING berhasil menurunkan biaya per rekening dengan fantastis.

CEO-nya Arkadi Kuhlmann mengatakan, "Kami harus menekan pengeluaran, yang tidak akan berhasil bila pelanggan menginginkan banyak pelayanan. Jika rata-rata biaya panggilan telpon pelanggan adalah $5,25 dan rata-rata keuntungan rekening adalah $12 per bulan, maka hanya diperlukan 100.000 pelanggan berperilaku buruk agar biaya melangit. Jadi jika pelanggan sudah terlalu sering menelepon atau menginginkan terlalu banyak pengecualian terhadap peraturan, penjual kami biasanya berkata : Dengar, bank ini tidak sesuai untuk anda. Kembalilah ke bank biasa yang nyaman... Semua ini perihal menemukan pelanggan yang merasa nyaman dengan bisnis swalayan; Kami berusaha menarik anda dan mengeluarkan anda dengan cepat. Ketika hal ini menyebabkan sejumlah pelanggan tidak senang, maka pelanggan itulah yang ingin anda singkirkan."


Oke, kisah lain hadir dari Best Buy, retailer barang elektronik terkemuka

Lahir dengan sederhana pada 1966 yang awalnya hanya menjual peralatan stereo untuk mobil-mobil dan rumah, menjelma menjadi 941 gerai bernilai $30 miliar. Sekarang ini selain menjual peralatan elektronik, juga menjual peralatan kantor, rumah tangga, software, CD, DVD, semua dengan harga murah dan diskon.

Tantangan datang dengan hadirnya Wal-Mart yang juga menjual peralatan elektronik, dan Dell yang menjual langsung produknya ke para pelanggan. Wal-Mart menyodok ke urutan kedua dalam hal penjualan barang-barang elektronik dengan $20 miliar, melawan Best Buy dengan $30 miliar. Dell diurutan keempat, namun pertumbuhannya adalah yang paling cepat.

CEO Best Buy, Brad Anderson, takut Best Buy terjebak menjadi pengecer medioker yang tidak menguntungkan, tidak mampu bersaing dengan Wal-Mart yang dengan mudah bisa merebut kalangan bawah yang price sensitive. Termasuk melawan pelanggan online dari Dell.

Best Buy mengadopsi pemikiran Larry Selden, Profesor bisnis Columbia Univ. Singkatnya, Selden berhasil mengidentifikasi dua jenis pelanggan, Angel and Demon alias Malaikat dan Iblis :D

Pelanggan malaikat adalah pelanggan yang menguntungkan. Sementara pelanggan iblis adalah  pelanggan yang bisa membuat perusahaan mengeluarkan biaya pelayanan lebih banyak dari keuntungan yang didapat dari mereka. Best Buy dengan cepat membuat gugus tugas untuk masalah ini.

Dari logika Angel dan Demon ini, dan juga logika Pareto 20-80 (lihat tulisan http://adzan101.blogspot.com/2014/10/kerja-cerdas-dan-menunda-kesenangan.html ) Best Buy menemukan Malaikat pada 20% pelanggannya. Menurut wallstreet journal : "Pelanggan Malaikat Best Buy adalah pelanggan yang membeli TV canggih, elektronik, tanpa menunggu penurunan harga atau obral."

Hasil riset gugus tugas lainnya menemukan bahwa pelanggan iblis adalah pembeli yang suka menawar harga dan ingin memeras habis keuntungan perusahaan. Mereka membeli produk, meminta diskon, mengembalikan barang yang sudah dibeli, lalu membelinya kembali di bagian barang yang di retur (tentunya dijual dengan harga diskon). Mereka memborong barang obralan, yang awalnya dirancang untuk mendatangkan crowd oleh perusahaan, lalu mereka menjual barang tersebut di eBay untuk mendapatkan keuntungan. Mereka juga mencari penawaran harga yang paling rendah di internet dan menuntut Best Buy menepati janjinya untuk selalu menjual di harga terendah. Sadiissss :))

CEO Anderson mempelajari bahwa pelanggan iblis ini bisa berjumlah 100 juta dari 500 juta kunjungan pelanggan Best Buy setiap tahunnya. "Mereka menimbulkan kerusakan ekonomi yang besar." katanya.

Setelah memutuskan bahwa pelanggan tidak selalu benar, dan tidak selalu raja, diputuskan langkah-langkah berani. Database penjualan dan pelanggan digali, dibuat program loyalitas pelanggan, Best Buy memberikan produk yang lebih baik kepada pelanggan Malaikat. Bahkan menawarkan satu asisten untuk pembeli komputer, baik untuk ditoko maupun dirumah, bagi pelanggan bernilai tinggi. Best Buy menyediakan diskon untuk pembelian selanjutnya.

Untuk mengenyahkan pelanggan iblis, Best Buy memindahkan mereka dari daftar pemasaran, mengurangi promosi yang cenderung menarik mereka, dan memasang tarif untuk penggantian barang sebesar 15%!

Best Buy juga mengelompokkan pelanggan terbaiknya menjadi 5
- Barrys, pria berpenghasilan tinggi
- Jills, ibu-ibu yang tinggal di pinggir kota
- Buzzes, pria peminat teknologi
- Rays, laki-laki muda yang baru berkeluarga dengan anggaran terbatas
- Small business owner
Best Buy juga mengajarkan pegawai toko tentang penanganan yang beda-beda untuk 5 kelompok tersebut. Juga mengajari tentang seni melayani Malaikat dan mengusir iblis hehehe...

Pada toko yang dominan Barrys, pegawai toko mengarahkan mereka ke pusat Home Theater di tengah toko yang berkelas tinggi dan terkenal, ditambah konsultan Home Theater yang tidak memaksa. Di toko yang populer dengan Buzzes muda, Best Buy menata daerah videogame dengan kursi kulit dengan layar besar. Puluhan game tersusun rapi disana.

Boom! penjualan meningkat tiga kali lebih banyak...

Saya jadi teringat, sudah memberikan tugas-tugas kepada klien saya, Petshop Calico / calico.co.id untuk selalu memberikan perbedaaan layanan kepada para customer. Kami membaginya menjadi beberapa kelompok, antara lain Classy customer, pelanggan Ring-1, Breeder (Cattery/Kennel/Cathouse), Reseller, dan lain-lain. Juga sudah menyiapkan kustomisasi untuk toko cabang yang akan dibuka. Program-program untuk berbagai kelompok pelanggan sedang digodok, tentunya nanti kami share jika telah berjalan dan berhasil.

Bagaimana dengan bisnis teman-teman? apa sudah fokus dengan kelompok-kelompok pelanggan? trust me it works!

Semoga berguna ya...


Selasa, 07 Oktober 2014

Mengukur Nilai Pelanggan


Sebenarnya mau menulis tentang Customer Equity, tapi karena sedari awal blog ini menghindari bahasa-bahasa rumit, jadi kita sederhanakan saja ya...

Jadi kata mbah Philip Kottler, mbahnya pemasaran, kita sebagai pedagang harus mengukur yang namanya customer lifetime value (ini terjemahan tepatnya apa ya :D) atau nilai seumur hidup dari pelanggan (fiuh jadi panjang aja)

Misalkan ada pelanggan belanja rutin Rp 100.000,- setiap minggunya ke Petshop Calico, dengan asumsi pelanggan tersebut tinggal didekat outletnya selama 10 tahun. Maka customer lifetime value-nya adalah Rp 50.000.000,- (asumsi 50 kali belanja dalam 10 tahun).

Kesimpulannya, kalau ada satu pelanggan Petshop Calico yang tidak puas, dan pindah ke petshop lain, maka sesungguhnya Petshop Calico sudah kehilangan Rp 50.000.000,- wih ngeri ya... Padahal Calico petshop sudah dijuluki Petshop murah... (lha jadi ngiklan)

Nah uniknya, customer equity itu gabungan dari customer lifetime value-nya pelanggan baru dan pelanggan potensial. Semakin setia pelanggan = semakin tinggi customer equity-nya. Lho kok hanya pelanggan baru dan potensial? bukan dari pelanggan lama? 

begini ceritanya...

Customer equity bisa menjadi ukuran untuk kinerja perusahaan yang lebih baik, ketimbang dari data penjualan terkini ataupun penguasaan pangsa pasar. Karena penjualan dan pangsa pasar itu mencerminkan masa lalu. Sementara customer equity cerminan masa depan.

contohnya...

Pada tahun 70-80, Cadillac memiliki pelanggan paling setia. Mendominasi 51% pangsa pasar kendaraan. Sekilas terlihat menjanjikan bukan? Tapi ternyata customer equity suram..

Mengapa suram? Karena rata-rata customer-nya sudah berusia 60 tahun. Jadinya customer lifetime value turun. Mobil Cadillac yang dibeli, adalah mobil terakhir yang akan dibeli customernya. Tidak ada anak-anak muda yang mau membeli.

Sementara saat itu BMW baru akan booming, karena lebih muda dan enerjik. Penjualan dan pangsa pasarnya masih kalah dari Cadillac. Tp customer equity BMW jauh lebih tinggi, karena customer lifetime value-nya lebih tinggi dari Cadillac. Hasilnya bisa ditebak, dalam tahun-tahun berikutnya penjualan dan pangsa pasar BMW meningkat, sementara Cadillac merosot.

Balik lagi ke customer equity dimana loyalitas pelanggan adalah kuncinya. Sebelum lebih jauh bahas tentang manajemen hubungan pelanggan (ini terjemahan dari CRM :D), ada penjelasan sederhana untuk memetakan pelanggan, dibagi berdasarkan loyalitas dan profitabilitas.

Ada pelanggan yang datangkan profit tinggi, namun loyalitas rendah. Mereka menyebutnya kupu-kupu. Sebagaimana kupu-kupu, kita cuma bisa menikmati mereka sesaat, kemudian mereka pergi. Contohnya seperti trader bursa saham. Lelumpatan jual-beli saham kesana kemari, tidak seperti saya yang loyal sama 1-2 emiten saja hehehe... Usaha untuk mengubah kupu-kupu menjadi pelanggan setia, jarang berhasil. Cara menarik kupu-kupu ini ya dengan promo-promo bombastis. Tapi ya begitu deh, cuma buat sesaat..

Sebaliknya, ada pelanggan jenis keong (ini istilah dari mbah Kottler lho). Loyalitas tinggi, namun profit yang didatangkan rendah. Contohnya seperti nasabah bank kecil, yang menabung secara teratur, tapi saldonya masih sedikit saja (kayak saya hehe). Keuntungan yang didapat oleh bank dari nasabah seperti ini, tidak sebanding dengan biaya untuk melayani nasabah tersebut.

Jadinya seperti keong di badan kapal, mengganggu. Sebenarnya bank itu rugi lho kalau saldo nasabahnya sedikit. Belum lagi kalau nasabahnya rewel, sering menghubungi call center, mendatangi customer service dan lain-lain. Coba perhatikan iklan-iklan bank, "tingkatkan terus saldo tabungan anda!" Nah make sense kan :D bank-bank Indonesia rupanya masih banyak "terganggu" dengan overhead dari nasabah jenis ini...Solusinya memang harus ditingkatkan saldo-nya..

Kalau kita mempunyai pelanggan jenis keong ini, dan kita gagal "meningkatkan saldo" pelanggan tersebut, kemudian akhirnya hanya menjadi keong yang mengganggu, maka pelanggan seperti ini "halal" untuk dipecat :D

Ada juga istilah "orang asing". Ini bukan pelanggan setia dan keuntungan yang didapat darinya sangat rendah. Simple : Invest nothing untuk pelanggan jenis ini, jangan melulu turuti kemauannya, jangan terganggu dengan komplain-komplainnya. Inget dong, kita punya prioritas, jangan sampai terkuras resources kita, fokus kita, energi dan konsentrasi kita untuk jenis pelanggan yang ini ...

Terakhir adalah pelanggan berjenis "teman sejati". Pelanggan dengan loyalitas tinggi dan mendatangkan keuntungan yang besar juga. Waini!

Kita kudu invest untuk melanggengkan hubungan, memuaskan, mempertahankan, menumbuhkan pelanggan jenis ini.. ya tentunya selama masih dalam batas tidak melanggar norma-norma yang ada

Selain hubungan yang saling menguntungkan, pelanggan jenis ini biasanya akan memberitahukan ke orang lain tentang pengalamannya transaksi dengan kita.

Intinya, tiap jenis pelanggan kudu punya tritmen yang beda-beda. Dari pengalaman penulis sendiri memang sebenarnya lebih mudah me-maintain pelanggan berjenis teman sejati. Klien-klien perusahaan IT kami yang corporate besar (dengan transaksi besar juga tentunya), justru tidak banyak komplain, pembayaran lancar, koperatif dan sebagainya. Beda dengan klien UKM atau yang rumahan. ampun deh :D

Sama seperti di PlasaEmas.com, pelanggan-pelanggan korporat yang membeli emas dalam kuantiti banyak untuk bonus karyawan-karyawannya, relatif lebih mudah di maintain. Termasuk customer-customer langganan yang hobi beli 50gram, 100gram, atau bahkan 1 kg setiap bulan, sangat mudah dan koperatif. Bahkan terkadang emasnya tidak diambil-ambil sampai berbulan-bulan.

Dan "ujian" paling berat ya ketika menghadapi "orang asing". "Pak, saya baru mau coba investasi emas. saya mau beli emas 1 gram COD di cikarang ya! karena saya kan belum percaya nih sama bapak... kok ga bisa ya?!! gimana sih ini pelayanannya buruk sekali!!!" Selalu, lebih sulit menghadapi yang demikian, dan lebih menguras konsentrasi, seandainya kita tidak memilki prioritas dan fokus.

Begitupun pengalaman istri di PrabuCattery.com, lebih mudah berurusan dengan "teman sejati". Dulu waktunya habis (juga energinya) menghadapi (calon) adopter yang berjenis "orang asing". Kalau sekarang, "orang asing" sudah di eliminasi.. hidup jadi tenang.

Ada cerita juga dari pak Dendy owner Petshop Calico, dulu ada pelanggan nya yang minta COD pasir kucing di bekasi. FYI, keuntungan pasir kucing itu cuma Rp 10.000,- dengan berat 25kg. Tidak usah hitung tenaga antar, untuk bensin nya pun tidak nutup hehe.. Mungkin pak dendy sedang semangat tinggi karena petshop baru saja dibuka saat itu. Padahal saya sebagai konsultan, sudah menyarankan untuk tidak melayani customer tersebut.

Dan benar saja, pelanggan tersebut banyak komplain. Dan kalaupun order, nilai transaksi nya hanya Rp 10.000 - Rp 15.000, dengan COD pula hehe... Sementara banyak pelanggan loyal lainnya yang transaksi bulanannya bernilai jutaan, dan rela datang langsung ke petshop nya. Dengan keterbatasan resources, tentunya kita harus memilih.. dan sudah jelas, mana yang harus kita pilih hehe...

Nah jadinya sekarang paling tidak kita tahu nilai dari pelanggan, dan bagaimana meningkatkan loyalitas nya dengan fokus dan prioritas tertentu. Memang benar, pelanggan dan transaksinya adalah jantung dari bisnis, karena itu jangan disiakan..

Sekian, semoga berguna.

NB : Petshop calico termasuk yang ekuitas pelanggan-nya bagus, dan saat ini membuka diri untuk kerjasama dana pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha (pembukaan beberapa cabang baru), untuk teman-teman yang berminat bisa menghubungi pak Dendy langsung, atau menghubungi saya, atau email ke calicocoid[at]gmail[dot]com

Kamis, 02 Oktober 2014

Kerja Cerdas dan Menunda Kesenangan


Judul yang tepat seharusnya Kerja Cerdas dan Menunda "Kesenangan". Dengan tanda kutip. Yes, karena seharusnya semua hal yang kita lakukan harus penuh kesenangan. Sebagai bukti syukur dan ridha kita atas semua takdir dan karunia yang Tuhan berikan.

Jadi tulisan ini bermula ketika penulis berdiskusi dengan ibundanya tercinta. Dimana ibunda ada niat untuk wakaf dalam bentuk koperasi full dari kantong sendiri, dengan tujuan membantu ustadz-ustadz dan teman-temannya terbebas dari riba. Ada kasus beberapa orang yang seharusnya memiliki motor karena aktifitas dakwahnya, tapi tetap belum memilikinya karena takut terlibat riba dari cicilan motor tersebut. Tentu saja dana sang ibunda terbatas.. mungkin hanya cukup untuk membiayai 3-4 motor saja hehe...

agak susah memulai diskusinya supaya tidak menggurui..
cuma teringat kisah di buku 7 Habits, mungkin sudah banyak yang tahu ya...

kisah tentang desa yang kekeringan air, dimana sumber air sangat jauh. Ada dua orang menawarkan jasanya untuk memberikan air ke desa tersebut. Orang pertama langsung bekerja dengan membawa ember ke sumber air, bolak-balik setiap hari. Orang kedua tidak terlihat lagi selama berhari-hari. Belakangan baru ketahuan kalau orang kedua sedang membangun pipa dari sumber air ke desa tersebut. Begitu saluran pipa selesai, tinggal buka kran dan... selesai. Hingga jasa angkut ember orang pertama tidak dipakai lagi selamanya.

Tanya saya ke ibunda, "ibu mau wakaf ibu menjadi ember bagi orang pertama tersebut yang langsung tersalurkan? atau wakaf ibu mau menjadi satu pipa dari ratusan pipa dari orang yang kedua?"

dijawab cepat, "lebih baik ibu hanya menjadi satu pipa untuk orang yang kedua"

Alhamdulillah lancar penjelasannya hehe..

"lalu solusinya gimana?" lanjutnya

Tenang saja bu, di Arrihlah.com berkumpul orang-orang seperti ibu. Ada expert-expert disana, expert tentang syariah dan ilmu wakaf, expert tentang hukum, expert tentang social-engineering, expert tentang funding, expert bisnis dan lain-lain. Kita sudah mulai wakaf domba, ide-ide seperti pembiayaan untuk motor para ustadz tentunya bisa diusulkan disana.

teringat kata-kata bijak, Jika kamu ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri. Jika kamu ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama. So, kalau kita mau proyek jangka panjang yang kuat, bukankah harus bersama-sama?

Saya termasuk orang yang memperhatikan wakaf, terutama wakaf produktif. Daripada kita sedekah besar-besaran, menurut saya (sekali lagi ini menurut saya, mohon maaf kalau salah secara agama) lebih baik dijadikan wakaf produktif (tapi sedekah tetap jalan yaa), lalu kemudian hasil dari wakaf produktif tersebut yang dibagikan ke kaum dhuafa. Contoh wakaf produktif ya misalkan membangun peternakan domba, atau bikin unit usaha air isi ulang, dan lain sebagainya. 

Sama seperti yang Kiyosaki katakan, dari income jangan langsung ke expense. Tapi income di convert dulu jadi aset yang produktif. Begitulah logika wakaf penulis. Memang pasti nikmat sekali kalau kita sedekah 100 juta langsung, manfaat juga langsung terasa. Dibanding kita wakaf produktif 100 juta dan "hanya" menghasilkan 2 juta per bulan untuk kita sedekahkan sebagai hasil wakaf. Tapi percayalah, konsep "menunda kesenangan" (sebagaimana judul tulisan) pasti lebih happy ending...

Menunda kesenangan sementara, untuk kesenangan yang lebih ultimate. Begitu kira-kira. Karena bisa jadi wakaf produktif kita nantinya bisa berkembang dan menghasilkan 100 juta setiap bulannya. Bisa kan? (amiin dulu ya)

Nah, kalau dalam sosial-filantropi aja dituntut efisien dengan bekerja lebih cerdas.. apalagi dalam hal bisnis.
Semua harus dihitung... Misalkan kita punya anggaran untuk intensifikasi bisnis 100 juta dalam setahun. Dihitung mana yang kira-kira memberikan impact besar dalam hal pemasukan. Opsinya banyak :
- Untuk Iklan
- Untuk menambah karyawan
- Untuk menambah kompetensi seperti coaching, seminar, dll
- Untuk penambahan infrastruktur (seperti mesin-mesin, kendaraan perusahaan dll)
 Jadi jangan semuanya dibagi sebagai dividen yaaa... ini biasanya kesalahan pemula-pemula bisnis (penulis termasuk didalamnya hehe)
Jadi dari 100 juta yang ditanam tersebut, pada akhirnya bisa mendongkrak profit lebih tinggi lagi...
tantangan dari guru besar : yang ditanam Rp 1 juta, harus menambah pemasukan sampai dengan 1 Milyar . Bagaimana caranya? saya juga tidak tahu.. baru mencoba hehe..

Makanya biasanya para penunda "kesenangan" adalah orang-orang sukses. Konon pernah ada kisah anak-anak TK dibagikan permen. Barangsiapa yang mau menunda pemberian permen nya sampai selesai jam sekolah, dapat bonus 1 bungkus permen. Ternyata pareto berlaku, tidak sampai 10% anak yang mau menunggu. Dan ketika sudah besar, anak-anak penunda kesenangan ini menjadi pribadi-pribadi sukses..

Ada bakat sukses dalam diri kita semua. Karena kita semua tipe penunda kesenangan kok. Buktinya kalau makan bakso, bakso yang paling besar disisakan terakhir. save the best for last katanya hehehe...

Dalam belasan tahun di dunia entrepreneur, sudah tak terhitung rasanya bertemu pejuang-pejuang yang aset bisnisnya udah milyaran, namun rumahnya saja masih ngontrak. Ada juga yang memilih tidak punya mobil, hanya punya motor. Lebih memilih mobil box untuk angkut barang dagangan. Mereka adalah para penunda kesenangan. Apakah mereka tersiksa dan tidak senang? sama sekali tidak. Mereka melakukan itu semua dengan penuh kesenangan :D

Sempat bercanda dengan seorang sahabat, menyebut istilah alay bisnis, adalah ketika aset pribadi masih lebih besar nilainya dari aset perusahaan hehe... (jangan diambil hati ya)

Orang-orang yang bekerja cerdas dan siap menunda kesenangan adalah orang-orang yang sudah fokus dan punya prioritas hidup. (bisa dibaca tulisan sebelumnya disini http://adzan101.blogspot.com/2014/10/fokus-dan-prioritas.html ) Mereka rela berkorban, tapi tidak merasakan derita. Dan tentunya sudah tidak peduli dengan pandangan dan penilaian orang lain. Karena visi dan tujuannya selalu jelas terpampang di kepalanya.

Kata guru saya, sama seperti orang yang mendapat doorprize 10 milyar mendadak. Disuruh naik ke panggung untuk terima hadiah. Dalam perjalanan menuju panggung, tidak sengaja menginjak paku. Tentunya sakit karena pakunya tidak dirasa, (tidak sampai diving kayak Busquet gitu) karena yang dikepalanya hanya ada hadiah 10 Milyar yang segera diterima.

Para komisaris yang ada di bisnis-bisnis penulis, sudah hafal gaya seperti ini. Dividen jarang, bahkan ada yang 2 tahun tanpa dividen. Tapi terjadi penggelembungan aset perusahaan sampai melebihi 100%. Sampai gak ada yang mau di buyback saham hehe..

Okey, saya gak mau pakai istiliah-istilah rumit ekonomi, cuma mau mengingatkan saja (utamanya buat diri sendiri) untuk memastikan yang kita bangun adalah pipa-pipa air. Kita siap menunda untuk tidak dibayar didepan seperti si pembawa ember. Karena kita punya visi lebih jauh dan lebih cerdas. Setoedjoe?



Fokus dan Prioritas


Konon menurut bibel, pertarungan menegangkan antara David melawan Goliath terlihat tidak imbang. Goliath yang tinggi besar, menggunakan zirah lengkap, melawan David penggembala berbadan kurus dan tanpa baju pelindung. Yang david lakukan hanyalah mengincar sisi kening Goliath yang tidak terlindung, dengan pelontar untuk melontarkan batu. Setttttt! batu melesat cepat, Goliath ambruk seketika tanpa sempat melawan...

Hikmahnya? hanya perlu satu titik fokus untuk memperoleh kemenangan. Awalnya memang terlihat kecil dan dan nyaris tanpa peluang. Tapi satu-satunya peluang itu, jika di eksploitasi secara optimal, dilatih secara terus menerus akan berbalik menjadi kemenangan yang sangat bersejarah nan melegenda. Seperti kisah David diatas

Sama dengan hidup, harus fokus dengan tujuan. Kita harus berani memilih. Hal-hal yang tidak relevan dengan tujuan hidup, bahkan berpotensi melencengkan kita dari tujuan hidup, secara sadar harus berani kita singkirkan dengan segala konsekuensi nya.

Misalkan dalam hal bisnis, tentunya tujuan awal dari mendirikan bisnis adalah untuk mendatangkan profit. Yang kita fokuskan adalah bagaimana meningkatkan profit perusahaan. Entah dengan teknik marketing terbaru, atau dengan menambah kompetensi bisnis dan lain-lain. Hal-hal yang mengganggu kinerja kita untuk mencapai tujuan tersebut harus berani disingkirkan, seperti kebiasaan judi, dugem, dan sebagainya. Bahkan hal-hal yang tidak relevan (walau tidak mengganggu) juga harus disingkirkan. Seperti kongkow-kongkow bareng teman lama, aktif di organisasi yang tidak relevan, mencoba profesi lain, dan seterusnya.

First thing first kalau kata kawan saya. Bukan berarti kita menjadi sombong dengan menolak judi, dugem, kongkow-kongkow... tapi ini masalah Fokus tujuan hidup, yang akhirnya harus memilih prioritas.

Mungkin ada orang-orang yang tujuan hidupnya menjadi pejudi handal, atau pedugem handal, atau peng-kongkow handal... itu urusan mereka. Urusan saya adalah... misalkan saya seorang Guru di sekolah, ya bagaimana menemukan metoda belajar yang menarik, bagaimana murid-murid saya berhasil, dan sebagainya. Jadi ini memang semacam pilihan hidup.

Prioritas
Pernah denger prinsip pareto yang 80-20 itu? 20% hal kecil bisa mempengaruhi 80% sisanya. Nah ini juga bisa kejadian dalam hal mencapai tujuan hidup. Misalkan ada pengusaha yang income bulanan-nya sudah mencapai 1 Milyar, kemudian maju jadi caleg dimana nanti gajinya "hanya" mungkin sekitar 25 juta. Tapi perhatikan fokus dan konsentrasinya... 80% bahkan 99% waktunya hanya akan dihabiskan tentang hal-hal yang berkait profesi aleg nya. Belum lagi kalau terkena skandal-skandal. Habis waktunya... Bisnis awal tidak terurus, akhirnya bangkrut bisnisnya. Nah, kita lihat bagaimana si 25 juta yang hanya 3% dari penghasilan sebelumnya (1 Milyar), bisa membuat hancur semuanya. Pareto bekerja juga disini :D

Ah masih mending 3%. Bahkan kita rela menghancurkan bisnis kita, hanya demi 0% secara tidak sadar. Gak percaya? coba tanya teman-teman yang ikut organisasi non-profit, komunitas, asosiasi, klub, sampai parpol. Ujung-ujungnya malah sering ribut sendiri karena terlibat politik organisasi. Niat awal kita mungkin baik, untuk membantu sesama. Tapi ternyata menguras energi dan waktu kita habis-habisan. Berakhir kepada kehancuran bisnis kita sendiri yang jadi tidak terurus, karena 100% waktu kita habis disana.

Termasuk prioritas lain adalah, seperti keluarga, pertemanan, dan ibadah. Asik bisnis, tapi keharmonisan rumah tangga terganggu, anak-anak terlibat narkoba (naudzubillah), ibadah-ibadah jadi menurun kualitasnya. Lagi-lagi ini masalah prioritas. Karena seringnya saya melihat orang berjalan tanpa prioritas... ketika hilang sesuatu yang berharga dari dirinya, baru kemudian menyadari salah prioritas. Jadi sebelum telat, mari kita atur prioritas dari sekarang...

Contoh masalah penyaluran Zakat, Infaq, Sodaqoh.. beda dengan kebanyakan orang yang penyalurannya lewat lembaga ZIS, saya prioritaskan dulu untuk orang-orang dekat yang membutuhkan seperti keluarga, kerabat, tetangga, karyawan dan keluarganya. Jadi maaf banget buat teman-teman yang suka sodorin proposal ke saya, seringnya anggaran ZIS sudah habis duluan. Tapi buat orang-orang yang supersibuk, dan kebetulan tinggal dikawasan elit, keluarganya juga sudah mapan semua, ya lembaga ZIS pasti membantu. Menghemat waktu, lebih merata distribusinya, dan berbagai keunggulan lainnya. Ini pilihan kita, tergantung tujuan hidup yang sudah dijelaskan diatas..

Begitu juga masalah pertemanan dan keluarga. Pssst ini topik sensitif. Memang sengaja Tuhan ciptakan seimbang antara manusia-manusia positif, dan juga negatif. Ada tipe manusia yang selalu mengeluh, gak bisa move on dari masalah masa lalunya, seolah-olah dirinya adalah manusia dengan cobaan terberat (mungkin melebihi ujian para nabi hehe). Jangan habiskan waktu kita disini... sisakan saja 2,5% waktu kita untuk mereka (biar kayak zakat hehe). Tetap fokus sesuai prioritas kita. Maju terus menatap masa depan

Ada juga manusia-manusia negatif lainnya yang selalu menjatuhkan semangat dan optimisme kita. Atau mencari-cari masalah ke kita. Susah melihat kita senang, senang melihat kita susah. Ada! kalau manusia seperti ini sebaiknya zero-tolerance. Abaikan saja yang seperti ini, tapi tetap jangan memutus silaturahim ya... tetap didoakan. inget, fokus kita tetap ke tujuan awal ;)

Hal ini yang membuat saya agak strict dengan entrepreneur-entrepreneur baru yang saya bina. Seperti mas Dendy dengan Calico Petshop nya ( www.calico.co.id ), rekomendasi saya agar petshopnya tetap fokus untuk retail... tidak tergoda jadi importir dan sebagainya. Harus menjadi retailer produk pet yang terlengkap dengan best value. Kekuatan nya harus fokuskan disana, sebagaimana Daud mengincar kening Goliath.

Saya mencoba melakukan yang demikian untuk istri saya di PlasaEmas.com untuk fokus di delivery logam mulia emas. Walau sudah menempati kantor sendiri, namun plasaemas tetap tidak melayani transaksi di kantor. Tetap fokus ke delivery. Termasuk di Prabu Cattery, yang fokusnya hanya ingin menghasilkan kucing-kucing sehat berkualitas, dan menjalin persahabatan dengan adopter serta pecinta kucing lainnya. Agar langkahnya tidak melenceng dari tujuan awal. Fokus.

Godaan-godaan untuk mencoba bisnis lain pun datang ke saya. Tapi karena sudah memilih Fokus dan Prioritas, secara sadar saya mengurungkan semua niat tersebut. Walau secara hitung-hitungan diatas kertas, sangatlah menarik. Mencoba menjaga komitmen. Bahkan dari hal-hal kecil seperti menonton pertandingan sepakbola dini hari. Jika besoknya ada agenda penting, ya secara sadar memilih untuk tidur dan istirahat cukup. Walaupun yang tanding adalah klub terkeren sejagad raya, Real Madrid.

Ah, intinya tulisan ini memang ditujukan untuk diri penulis sendiri. Betapa banyak hal-hal yang mengganggu fokus dan prioritas hidup. Satu persatu baru akan mulai di eliminasi. Bagaimana kabar fokus dan prioritas teman-teman semua?

Sabtu, 06 September 2014

Dendy Nugroho, Calico Petshop, Sukses adalah tentang bagaimana kita selalu bangkit dari kegagalan




Sebutlah seorang sahabat, lelaki asli jawa, bernama Dendy Nugroho. Teman penulis dari bangku SMP, mengawali kisah sukses bisnis dari jaman kuliah dengan bendera Bengkel mobil Pelita Motor. Klien-klien nya tidak tanggung-tanggung, PT. JasaMarga, PT. CMNP, dan lain-lain.

Di jaman kuliah dulu, penulis belajar bisnis darinya, dan dari almarhum ayahnya, Mulyo Nugroho. Kita bisnis bareng buka toko ikan, distributor makanan ikan hias, dan segala macam yang terkait ikan hias... Alhamdulillah sempat sukses besar, walau akhirnya bangkrut hehe.. Dari sukses yang sempat besar tersebut, saya bisa mendirikan warnet pertama saya, yang kemudian berkembang menjadi 15 warnet.

Beberapa tahun kemudian setelah ayahnya wafat, bisnis bareng dilanjut, kita joinan bangun pabrik bioethanol. Modal gede-gedean (untuk ukuran kantong kita saat itu, kalau sekarang bisa beli Alphard kayaknya hehe), kemudian ditipu. Kami bangkrut bersama.

Tidak lama dari itu, karena satu dan lain hal, Bengkel Pelita Motor juga harus gulung tikar. Bangkrut lagi...

Disini ciri-ciri orang sukses bisa dibedakan...

Tak terlihat beda sikapnya antara ketika bisnis nya sukses, dan ketika bisnisnya bangkrut. Selalu tenang, tak gentar, tak takut, penuh canda, dan optimis. Saya tekankan berkali-kali, kisah suksesnya hanya tinggal menunggu waktu..

Belum lagi tanggung jawab sebagai kepala keluarga sepeninggal ayahnya, dan kecintaannya kepada adik-adiknya yang kesemuanya masih duduk di bangku sekolah, tentunya menjadi motivasi tersendiri yang sangat hebat. Memberikan energi yang luar biasa untuk terus bangkit, hingga urusan menikah pun sengaja ditunda, karena tanggungjawab, cinta, dan semangatnya untuk bangkit.

2-3 tahun membesarkan PlasaEmas.com bersama penulis, hampir setiap hari ke rumah untuk berdiskusi, bercengkrama dengan kucing-kucing penghuni PrabuCattery.com milik istri penulis, membuatnya berpikir untuk menyediakan barang-barang kebutuhan kucing dan cattery.

Yupe. jujur saja, memang Dendy yang lebih dulu memelihara kucing ras dibanding saya. Dari jaman SMP dulu, Dendy sudah punya kucing ras berpola himalayan. Sementara saya baru punya kucing ras ketika SMA.

Dendy Nugroho, melihat ada permasalahan mendasar di dunia perkucingan. Supply barang yang tidak jelas, tidak mudah didapat, bahkan ketika kita tinggal di jakarta sekalipun. Produk-produk tertentu sempat hilang di pasaran, petshop yang tidak fleksibel untuk delivery (bahkan ketika order 5 karung besar sekalipun), petshop-petshop yang mengambil keuntungan terlalu besar hingga harga-harga sangat mahal, sudah begitu pelayanan sangat tidak ramah.. seperti tidak butuh pelanggan.

Memanfaatkan teman-temannya yang ahli IT, ahli pemasaran, ahli komunikasi, kemudian benchmarking dengan petshop-petshop di Amerika, Jepang (almarhum ayahnya pernah tinggal lama di Jepang) dibikinlah blueprint petshop ideal dengan target jangka panjang.

Hasilnya? Sukses besar!
bahkan ketika petshop nya baru berjalan 3 bulan! dan website nya www.calico.co.id belum rampung!
Bisa dibayangkan, petshop yang baru berjalan 3 bulan, tanpa budget marketing, memiliki omzet tembus 8 digit per hari...
Dan saya tahu persis, Dendy Nugroho baru menjalankan 1-2 langkah dari 100 langkah yang akan ia gunakan untuk membesarkan petshop-nya.


Seringkali saya berada di petshopnya, untuk memantau perkembangannya. Memang benar, saya adalah salah satu konsultan Brandingnya (dibayar dengan doa hehe), senang sekali melihat para pelanggannya sendiri yang menjuluki petshop nya dengan tagline, Petshop yang Baik. Luar biasa!

Pribadi yang sangat low profile, melayani semua customer dengan ramah tanpa membeda-bedakan status sosial. Lebih senang melayani sendiri pelanggan-pelanggan petshopnya daripada menyuruh pegawainya. Jangan heran kalau orderan kita diantar langsung olehnya. Karena ingin dekat dengan pelanggan-pelanggannya, dan menjadi solusi atas permasalahan yang ada. 

Sekarang hampir semua pecinta kucing di jakarta, juga di daerah, memiliki image kalau petshop yang murah, petshop yang baik, adalah Calico Petshop. Karena keramahan dan kualitas layanannya, cattery-cattery besar kini berlangganan juga ke Calico Petshop. Bahkan petshop-petshop di jakarta dan berbagai kota pun belanja juga ke Calico Petshop, yes, milik sahabat saya, Dendy Nugroho.

Seperti penulis katakan pada judul tulisan ini, Sukses adalah tentang bagaimana kita selalu bangkit dari kegagalan, dari keterpurukan. Selama kita tidak menyerah, selalu berusaha, maka sejatinya kita adalah pribadi sukses... seperti sahabat saya Dendy Nugroho dan Calico Petshop nya. Menarik untuk ditunggu gebrakan selanjutnya.

Buat teman-teman yang bisnisnya sedang lesu, bangkrut, atau ditipu, jangan menyerah ya! terus berusaha!

Sukses terus bro Dendy!