MUGG
Akhirnya terpaksa menulis lagi..
karena bertubi-tubi mendapat pertanyaan/curhatan yang sama, hampir setiap hari..
jadi biar jawabnya mudah, supaya dirujuk ke tulisan ini..
begini kira-kira
Ny X :
"Dzan, gw capek nih dengeran cerita salah seorang member dari kota S. Tiap hari curhat, gara-gara udah resign tapi bisnisnya ga jalan-jalan alias bangkrut. Sekarang malah keluarganya terancam perceraian. Orang itu agak nyalahin komunitas yang komporin resign tanpa diberitahu resiko nya. Harusnya kasitau donk resiko resign dll, jangan cuma yang enaknya doank yang di share di komunitas. Dan banyak lho member yg bernasib sama.. gimana nih?"
Mr.Y :
"Bro, ada yang lagi curhat nih. teman saya frustasi. sudah resign trus bisnis bangkrut. dia bener-bener frustasi. Sekarang dia menghidupi keluarganya dengan "jatah" dari mertuanya. Gimana nih?"
Mr. Z
"utang jadi banyak banget..Gw nyerah nih bro.. gw mau jadi karyawan lagi. tuntutan hidup makin berat, gw butuh kepastian penghasilan...”
Menghela nafas sebentar...
Bingung juga, mulai darimana ya njelasin nya
Mulai dari kapasitas saya untuk menjawab dulu deh
1. saya bukan founder dari komunitas tersebut… saya hanyalah anggota biasa.
2. saya belum pernah merasakan jadi karyawan/TDB atau apapun istilahnya. Karena semenjak kuliah sudah berdagang. Dan saya bisa merasakan beratnya perjuangan bisnis orang-orang yang sebelumnya pernah bekerja.
3. tapi saya pernah mengalami kegagalan, kemunduran, kebangkrutan yang sama. Bahkan berkali-kali. Dan berkali-kali itu pula, alhamdulillah dengan pertolongan Allah, saya selalu bisa untuk bangkit kembali.
Oke, setelah tau kapasitas saya untuk menjawab, lanjut ya sekarang ke pembahasan.
Pertama : Menjadi karyawan tidak berarti lebih buruk dari menjadi pengusaha. Dan menjadi pengusaha, belum tentu lebih baik daripada karyawan
Mengapa?
- karena yang lebih mulia di sisi Allah adalah yang lebih bertakwa. Karyawan yang bertakwa jauh lebih baik daripada pengusaha yang korup
- ga semua pengusaha itu lebih kaya dari karyawan.. contoh : penghasilan saya saat ini tidak lebih besar dari Dirut Bank Mandiri hehe
Kedua : Pahami bahwa status pengusaha dan karyawan adalah hanya aktualisasi diri kita dalam kehidupan. Semua sama saja. Sama-sama dibutuhkan umat manusia
Bayangkan bahwa isi dunia ini adalah sebuah organisasi besar. Ada orang-orang yang bertugas menjaga keamanan (tentara/polisi), ada orang-orang yang membantu orang yang sakit (paramedic), ada yang mengatur Negara (politisi), ada pengusaha dan lain-lain.
Semuanya sama-sama dibutuhkan. Tidak ada boleh merasa lebih antara satu dan lainnya.
Ketiga : Pahami resiko
- Jadi tentara/polisi dituntut latihan fisik yang lebih. Kalo kita bukan tipe yang demikian, jangan dipaksakan ber-aktualisasi disana.
- Jadi dokter/paramedic dituntut untuk lebih empati dan sabar. Kalo kita ga nyaman ada orang yang malem-malem minta diobati, ya jangan jadi dokter
- Jadi pengusaha dituntut untuk siap profit dan siap rugi. Siap maju dan siap bangkrut. Kalo kita ga punya mental siap bangkrut, ya ga usah jadi pengusaha. Tapi ketika kita memilih menjadi pengusaha, ya terima resiko nya apapun itu. Jangan mengeluh, karena ini adalah pilihan kita. Tapi kalo memang tidak cocok, ya jadi karyawan juga ga lebih hina..
- Kata siapa pengusaha banyak waktu luang? Justru pengusaha bisa bekerja 24 jam non-stop! Tapi bedanya, kita mencintai pekerjaan kita jadinya tidak terasa capek. Jadi jangan bermimpi menjadi pengusaha itu bisa bermalas-malasan.
- Belum lagi risiko dicibir orang, keluarga, mertua dll ketika baru merintis bisnis… dibilang ga punya pekerjaan tetap lah… pekerjaan ga jelas lah.. penghasilan ga jelas.. malu-malu-in lah.. hayo apa lagi?
Keempat : Terima Konsekuensi
- Masuk jadi tentara trus mengeluh.. “gimana sih suruh lari 10km setiap hari! Emangnya ga capek!”.. “Ah, bapak/ibu sih yang maksa jadi tentara! Udah saya bilang saya ga suka! Pegel-pegel nih latihannya!”
- Masuk jadi dokter juga mengeluh… “gilak… tiap hari harus liatin darah… harus deket-deket sama orang-orang kusta, orang kudisan, exim… mana gw tahan..”.. “gara-gara siapa nih?”
- kira-kira begitulah kalo salah pilih menjadi pengusaha… terdengar seperti anak kecil ya? Ya begitulah seharusnya anda melihat diri anda ketika anda mengeluh. Ngerasa salah jalan? Belum telat kok untuk pindah haluan, tapi satu yang pasti : gentle donk sama pilihan sendiri! Jangan mengeluh! Apalagi nyalah-nyalahin orang lain atau komunitas…
Jadi, mohon maaf, saya agak kurang sepakat jika menyalahkan komunitas. Plis, jangan biasakan BEJ (blame, excuse, justify). Biasakan untuk menyalahkan diri sendiri.
Akar masalah adalah MUGG
Kemudian saya merenungkan akar permasalahannya. Ternyata ujung-ujungnya ada di 4 faktor ini, sebut saja MUGG
1.M stands for Mindset
Mindset sebagai akar masalah yang pertama. Saya mau jadi jenderal, tapi ga mau jadi letnan dulu. Maunya langsung jadi jenderal. Ga mau latihan fisik, ga mau belajar/sekolah, ga mau diperintah atasan.
Saya mau jadi pengusaha, saya mau seperti Bob Sadino, tapi ogah banget nganter-nganter telor ayam door to door. Ogah banget gw kerja sampe larut malam, malah ga tidur.
Saya mau jadi Begawan property seperti Trump, tapi ogah banget klo pernah bangkrut total kayak Trump.
Wake up! Jangan cengeng! Semua pengusaha-pengusaha besar pasti pernah mengalami kegagalan besar… dan mereka kuat.. mereka bertahan
Saya sendiri pernah mengalami kebangkrutan total.. bayangkan saja, dari 10 warnet yang dulu saya punya, kini hanya tinggal 1 cabang saja. Saya tidak menyerah. Hidup isinya perubahan. Saya lihat banyak orang berbondong-bondong membuat warnet. Dan mereka kesulitan untuk mengelolanya. Dan ketika mereka berbondong-bondong klik www.warnet-alpha.net (tentu saja, dengan integritas yang terus dijaga), kini kami bertransformasi menjadi penyedia jasa setup dan maintenance warnet nomor wahid di Indonesia.
Bisnis bioethanol saya pun bangkrut. Total kerugian milyaran. Bangkrut, dikhianati, miss-management adalah pelajaran-pelajaran yang berharga.. kini saya alhamdulillah dengan pertolongan Allah telah melewati masa-masa krisis itu dan bahkan membalikan keadaan. Lebih matang, lebih dewasa, sekarang apa-apa bisa jadi duit.. bahkan tanpa modal sekalipun..
Coba hitung, berapa waktu yang anda habiskan untuk memikirkan bisnis anda? Berapa jam per hari? Jangan-jangan Cuma 1-2 jam saja, atau Jangan-jangan anda malah keasikan membuat list daftar barang-barang konsumtif yang mau anda beli.
Coba hitung, berapa modal yang diinvestasikan untuk bisnis anda? Untuk marketing? Untuk pengembangan? Untuk penyusutan? Untuk riset? Untuk seminar? Atau malah lebih banyak uang yang dihabiskan untuk keperluan konsumtif?
Anda gagal karena mindset anda! Mindset anda yang bilang bahwa jadi pengusaha bisa jalan-jalan sementara bisnis jalan sendiri.. mindset anda yang bilang adanya passive income tanpa perlu bekerja. Tapi anda bertemu realitas yang berbeda, dan anda tidak siap untuk itu… anda panic.. karena tidak seenak yang dijanjikan itu…
Jadikan profesi pengusaha ini untuk pengabdian dan untuk ibadah. Insya allah semua terasa nikmat. Kerjakan dengan enjoy dan sebaik-baiknya, pada titik itu justru order/proyek/client/customer yang akan mengejar-ngejar anda! Percayalah!
2.Utang
Utang adalah akar masalah yang kedua. Ini adalah masalah yang sangat sensitive. Rasulullah sangat tidak menganjurkan berhutang, dan meng-encourage bagi hasil atau bekerjasama. Saya sendiri bukan orang yang anti-hutang, hutang boleh-boleh saja (walau saya belum pernah berhutang ke bank).. asal ada hitung-hitungan yang matang..
Contoh : bisnis jualan kue kita sudah memiliki satu karyawan untuk antar kue. Dengan net-profit bisnis 2jt/bulan. Kemudian jalan 2 tahun bisnis berkembang, net-profit menjadi 5jt/bulan. Bahkan order melebihi kapasitas produksi. Jika harus investasi mesin produksi baru plus inventaris motor buat antar dengan cara berhutang, maka misalkan diasumsikan ada beban cicilan sebesar 3jt/bulan.
- Dan dengan mesin baru itu yang dicicil itu, ternyata net-profit meningkat menjadi 7jt/bulan. Nah itu baru hutang yang bener! Untuk leverage atau pengembangan bisnis. Dan dengan cicilan yang masih bisa ter-cover dengan bisnis yang ada.
- Biasanya nih, dengan net-profit “Cuma” 2jt/bulan, kita nekat buka cabang! Supaya bisa franchise katanya! Hutang puluhan bahkan ratusan juta yang cicilannya diatas 5jt. Padahal present net-profit kita Cuma 2jt/bulan! Gimana ini logika nya… sementara tidak ada jaminan bahwa cabang akan selalu untung. Apa bedanya dengan spekulasi? Beda kalau misalnya menggunakan uang dari kantong sendiri
- Ada yang lebih parah. Bisnis nya malah belom ada, tapi udah utang ratusan juta buat buka toko kue. Nah yang ini lebih sableng lagi… saya benar-benar tidak menyarankan untuk memulai bisnis dengan hutang! Jangan pernah!
- Ditambah lagi utang-utang buat gaya hidup ga penting… cicilan mobil, cicilan blackberry, cicilan TV LCD, mention it… Jangan pernah beli segala sesuatu secara kredit ketika diperuntukan untuk urusan pribadi (bukan perusahaan). Tundalah kesenangan kecil, demi mendapat kesenangan besar nanti!
- Bayangkan anda buka 10 toko kue dengan modal utang. Cicilan 50jt/bulan. Itulah yang membuat anda menjadi frustasi! Nikmati pelan-pelan… jalani semuanya dengan sederhana… selesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.. biarkan sunnatullah bekerja. Ketika anda bersungguh-sungguh, pasti order yang akan mengejar anda… walau anda menolak sekalipun.. insya allah
- Buka 1 cabang dulu.. biar kan menjadi “matang” selama 3-4 tahun, kemudian buka cabang dengan duit tabungan sendiri. Bukan utang. Setelah buka 5 cabang dan berhasil, baru bicara franchise. Atau kalau memang yakin profit, mengapa harus franchise? KFC, Hokben, Gokana juga ga franchise kok..
- Ga punya duit buat 1 cabang? Patungan sama temen! Tentu saja yang bisa dipercaya plus mau sama-sama bekerja.
- Ga percayaan sama temen? Ya mulai dari door to door direct selling. Bisa tuh ga pake modal.
- Malu? Tengsin? Males? Ya ga usah jadi pengusaha…
Coba yuk, bisnis dengan modal yang ada aja. Klo Cuma ada 10jt, ya pake itu aja cukup kok. Klo Cuma ada 1jt, ya udah cukup juga… bisnis saya www.jasakomputer.com modalnya Cuma 1jt, belum jalan setahun menghasilkan net-profit tembus 2 digit alias 10jt. Asal focus!
3.Greedy alias serakah
Greedy atau serakah adalah musuh nomor 1 para pengusaha. Penyakit ini seperti kolesterol yang menyebabkan penyakit jantung, yakni pembunuh nomor 1 di dunia.
Baru punya itung-itungan diatas kertas, sudah dijadikan patokan.. belom-belom langsung buka 5 cabang… udah gitu pake utang…
Baru buka outlet, juga belom jalan 1 tahun, sudah di franchise kan… owalah, bisnis anda belum teruji kalo baru 1-3 tahun…
Baru buka satu outlet, beberapa bulan, udah utang bank untuk buka cabang.. bahkan sudah punya kredit mobil..
Bisnis jualan baju sudah jalan, mapan… kemudian tergoda invest banyak di bisnis batubara. Duit habis terkuras, sehingga bisnis garmen pun stagnan ga bisa berkembang karena ga ada dana pengembangan.
Bisnis baru 2-3 tahun, tapi gayanya sudah seperti konglomerasi. Punya bisnis IT, bisnis agro, bisnis garment, bisnis retail, bisnis makanan, bisnis pelatihan. Akhirnya satupun tidak ada yang jalan.
Saya pernah ditanya oleh salah seorang mahasiswa, “mas, klo kita bisnisnya banyak, kan profit kita jadi lebih banyak.. bukannya lebih enak begitu?”
Saya jawab simple, “mas kuliah ambil jurusan apa?”
“Teknik” katanya
Saya lanjutkan, “kenapa ga nyambi kuliah di FE, Kedokteran, Fisip, Sastra, MIPA, sekalian supaya sekalian gelarnya menjadi SE, ST, S.Ked, S.Sos, S.Hum. kan lebih enak banyak gelar.”
Dia jawab lagi, “Lha gimana bagi waktunya mas? Yang ada saya di DO karena nilai jelek semua, trus malah ga dapet gelar sama sekali!”
Ngapain kita keblinger.. dan tergoda sama gemerlapnya bisnis teman-teman kita? Coba berpikir ulang deh, bisnis kita yang ada sekarang itu selalu ada kemungkinan untuk menjadi besar kan? Ngapain juga tergoda sama bisnis orang lain? Yang di share ya pasti yang baik-baiknya saja toh…. Sisi “horror”-nya sudah pasti tidak diceritakan hehe.
Saya pernah tersandung di bisnis bioethanol yang tidak focus.. rugi ratusan juta.. saya hanya ingin pengalaman ini berguna buat teman-teman semua. Supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Sinar matahari ketika difokuskan dengan lensa cembung, sanggup membakar kertas. Itulah kekuatan focus! Coba perhatiin orang-orang terkaya di dunia, bisnis nya focus. Bill Gates, Steve Balmer, Oracle, Wal-Mart.. walau di Indonesia masih di dominasi konglomerasi seperti Bakrie, CT, Sandiaga Uno, dll
4. Gengsi
Ini adalah akar masalah yang ke-4. Maunya sih setajir Chairul Tanjung yang sekarang. Tapi ga mau niru jalan-nya Chairul Tanjung 30 tahun yang lalu.. jungkir balik jagain mesin fotokopi.. jagain warung alat kedokteran.. nah klo kita? Belom-belom udah nyuruh dan hire karyawan buat jagain warung.. alesannya karena malu. Kalo saya mah mending malu jagain warung, daripada harus menyusahkan orang lain karena tidak punya penghasilan
Bisnis itu naik-turun.. biasanya banyakan turun-nya. Turun 100 kali, naik 1 kali. Tapi naik 1 kali itu sudah cukup untuk membayar turun 100 kali. Toh Kolonel Sanders dan Thomas alfa Edison ditolak dan gagal 1000 kali, tapi usaha terakhirnya bisa menutup semua kerugiannya. Jangan Cuma siap kaya, tapi juga harus siap miskin. Yang penting nikmati prosesnya
Bob Sadino bahkan pernah bangkrut. Dan kata istri om bob, saat itu uang yang ada Cuma cukup untuk membeli nasi ATAU rokok. Om bob harus memilih. Akhirnya saat itu om bob memilih nasi, sementara untuk kebutuhan rokoknya belio mencari puntung-puntung bekas.. kita siap tidak menjadi seperti ini?
Teman-teman dari kalangan Chinese, malah sudah biasa dengan menu bubur. Padahal warungnya sudah ramai. Tapi dengan tekun mereka mengumpulkan tabungan, untuk memperbesar bisnis.
Ketika azzam (keinginan) kita sudah kuat, seharusnya tidak berpikir jalan untuk mundur. Separah-parahnya kondisi kita, kita bisa ngasong, mbenerin komputer, jadi supir, jualan Koran.. ya minimal untuk sekedar membeli beras…
Seorang pengusaha bernama halilintar, bahkan sempat memiliki perusahaan di New Zealand dan Perancis. Bisnisnya ambruk. Dan belio ga malu untuk jadi tukang ledeng. Dipanggil ke rumah-rumah dsb. Sempat belio malu, karena customer yang memanggilnya adalah orang yang belio kenal. Kini bisnisnya bangkit lagi, dan bahkan lebih besar dari sebelumnya.
Saya sendiri pernah menjadi distributor makanan ikan hias, saya antar dengan sterofoam ke toko ikan hias dengan motor.. ya rasa malu tetap ada, tapi kalo dibawa enjoy sih asik-asik aja. ketika bisnis warnet habis, saya turun langsung untuk membantu teman-teman mendirikan warnet dengan memberikan pengalaman gagal saya untuk tidak terulang di warnet yang baru tersebut. Ya, saya melakukannya sendiri, tanpa karyawan. Alhamdulillah masa-masa kritis itu bisa dilewati, kini perusahaan ISP saya (www.net-cyber.com) memiliki sejumlah klien corporate. Bahkan sebentar lagi ada perusahaan Jerman menggunakan jasa internet dari www.net-cyber.com . Jasa Konsultan IT juga kebanjiran order dari instansi-instansi besar untuk web/software development.
Pertanyaannya, maukah kita menurunkan standar gaya hidup ketika bisnis menurun? Tadinya naik mobil, sekarang naik motor. Sekarang jagain sendiri gerobak mie ayam kita, gunting credit card, Anak-anak sekolah nya di sekolah yang mahal, pindahkan ke sekolah inpres, kurangi kebiasaan makan di resto, atau bahkan sampai berpuasa untuk menghemat pengeluaran, pindah ke kontrakan petak sementara rumah utama kita disewakan… Maukah kita? Sekali lagi ini adalah pilihan.
Kesimpulan
Menjadi pengusaha adalah pilihan hidup dengan segala risiko nya (baik untung besar ataupun bangkrut). Jangan pernah menyalahkan orang-orang di sekitar anda, ataupun komunitas yang meng-encourage anda untuk resign. Mereka ga salah. Bahkan harusnya kita berterima kasih. Niat mereka juga untuk kebaikan kita juga. Lebih banyak introspeksi diri.
Ternyata penyebab frustasi berbisnis berpusat pada 4 faktor, yakni MUGG (Mindset, Utang, Greedy, Gengsi). Perbaiki mindset kita, hapus hutang yang tidak produktif, jauhi sifat Greedy dan Gengsi.
Tiap orang mungkin berbeda-beda, saya sendiri sih benar-benar sudah “bakar kapal”.. jadi insya allah sampai saat ini belum pernah ada pikiran untuk menjadi karyawan. Jauh-jauh saya buang pikiran itu… karena jalur entrepreneur adalah jalan saya.. disinilah aktualisasi saya.. saya akan tetap di jalur ini, walau saya harus menjadi tukang servis komputer panggilan, atau harus jaga warnet. Saya turunkan gaya hidup (jangan tiru prinsip ini jika tidak sesuai dengan anda)
Tapi lebih dari itu… kita harus bermimpi mengisi daftar 10 besar orang-orang terkaya di Indonesia, bahkan di dunia. Karena itu, teruslah bergerak. Teruslah berinovasi. Teruslah mengeluarkan karya-karya terbaik!
Ingat pesan mbah Kiyosaki, dari income jangan langsung keluar menjadi expenses atau liability.. income masuk dulu ke asset yang menghasilkan passive income. Yang dengan passive income itu baru kita keluarkan untuk expenses atau liability.
Nikmati semua proses sebagai ibadah. Ingat, selama kita istiqomah (ga nyerempet-nyerempet yang haram) maka kita selalu ada di jalur kemenangan…
Terakhir mohon maaf kalo ada salah-salah kata ataupun menyinggung… tidak ada maksud lain selain untuk kebaikan kita semua…
adzan101
Selasa, 06 Juli 2010
Rabu, 28 April 2010
kenali diri dan lawan, menangkan pertempuran
"Know your enemy and know yourself and you can fight a thousand battles without disaster." suntzu..
karena prinsipnya setiap hari adalah perang..
kata orang islam, setiap hari adalah jihad (makna jihad sebenarnya adalah bersungguh-sungguh)
bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha, berkeluarga, berteman dsb
perang itu adalah tentang aku dan dia
perang itu adalah tentang kami dan mereka
bagaimana kita bisa memenangi peperangan jika kita tidak mengenali diri kita dan lawan kita..
ah.. saya tidak suka bicara serius...
kita analogikan ke dunia sepakbola saja yaa..
sebuah kemenangan perang, atau kemenangan sepakbola.. adalah ketika kita mendapatkan achievement2 kecil (baca: sebuah gol) yang kemudian berakumulasi hingga dinyatakan menang.
Ya, tidak ada kemenangan besar tanpa dimulai oleh kemenangan-kemenangan kecil. kemenangan kecil ini lah yang membuat morale atau semangat pasukan bangkit, confidence alias percaya diri, sehingga kemampuan terbaik akan keluar. kemenangan-kemenangan kecil ini lah yang akan mengawali dan membuka langkah penjang menuju kemenangan besar.
Coba kita lihat bagaimana Gol balasan Manchester United ketika Final Champions League melawan Bayern Munich dulu.. begitu dirayakan walau sudah di akhir waktu. dan ternyata menentukan hasil pertandingan.
Mencetak prestasi, achievement, atau sebuah Gol menjadi hal yang mutlak untuk meraih kemenangan. Lantas bagaimana cara yang mudah untuk mencetak gol? simple aja, perbanyak peluang!(opportunity)
logika mudahnya, akan lebih mudah mencetak sebuah gol ketika kita mendapatkan belasan peluang shot on goal. betul tidak?
ya mungkin ada saja yang sedikit beruntung, mencetak satu gol dari satu peluang tembakan saja. Tapi ya normalnya, butuh tembakan berkali-kali untuk mencetak sebuah gol.
jika digambarkan akan seperti ini
Perbanyak peluang --> cetak gol yang banyak (continual improvement) --> menang
semudah itu!
Sekarang mari kita kenali diri..
lebih spesifiknya adalah kekuatan dan peluang kita. kita comot pendekatan ala SWOT, Strength, Weakness, Opportunities, Threats.
coba, misalnya dengan belasan peluang emas yang sama untuk mencetak gol ke gawang Iker Casillas. Mungkin seorang Lionel Messi berhasil mencetak 4 atau 5 gol. Tapi seorang seperti Bambang Pamungkas misalnya (tanpa bermaksud merendahkan), mungkin hanya bisa mencetak 1 gol saja. (klo orang kayak saya mah malah ngebobolin gawang sendiri hehe).
Liat tuh lawan dibikin kocar kacir sama messi hehe
ya jelas aja, seorang messi memiliki kontrol bola yang nyaris sempurna, punya great composure (ini apa ya terjemahannya), tendangan nya keras dan akurat, gocekannya dengan mudah melewati bek sekaliber Sergio Ramos, Pepe dkk. Artinya seorang Messi bisa membuat gol lebih banyak dari peluang yang sama dengan Bambang Pamungkas! maka kita pun harus meningkatkan kualitas diri kita seperti Messi yang bisa menghasilkan gol 400% lebih banyak dari skill kita sekarang.
Pahami kekuatan kita dengan baik..
apa kita punya kelebihan di Heading macam Peter Crouch, atau kelebihan dalam memberikan umpan seperti Xabi Alonso. atau apapun. Tapi yang pasti, ketika kita berperang, atau bermain bola, kita harus punya fisik dan stamina yang kuat. Betul?
Baru setelah itu cari peluang yang terbaik. Peluang bisa diperbesar, dengan berlatih teamwork, berlatih set-piece, ber-networking, menambah jaringan, bersilaturahim, membantu orang, investasi di marketing dan penjualan, iklan di media, membuat promo, direct selling. Apapun yang kira-kira bisa menghasilkan "gol" kita akan menjadi lebih banyak.
Serang "Musuh" kita dari semua penjuru yang ada. Total Football istilahnya. Perhatikan hal-hal kecil yang bisa membantu tajamnya serangan kita sehingga lebih mudah mencetak gol. Kita kepung musuh. Contoh hal kecil yang bisa membantu serangan kita, tempel stiker tentang usaha kita di kendaraan-kendaraan karyawan, kendaraan kita. Contoh lain adalah menanyakan kabar klien, dan menjenguknya jika dirawat di rumah sakit. Begitu juga yang berkarir, bantu atasan kita untuk menyelesaikan masalah-masalah diluar pekerjaan misalnya. dan lain-lain. tambahin sendiri ya..
Karena kadang-kadang hal-hal kecil dan detail seperti ini lah yang akan membuat perbedaan besar. Coba liat lagi buku Tipping point nya. Ada sebuah kasus menarik dimana tingkat kejahatan di kota besar menurun drastis karena pendekatan sederhana, yaitu merubah suasana sistem busway dan menghukum pelanggaran-pelanggaran kecil. Hal ini berdasarkan teori broken windows, dimana jika di sebuah gang ada kaca yang pecah dan tidak diganti, akan memberikan kesan bahwa tidak ada otoritas yang berkuasa di daerah itu. Hal kecil ini akan terus menjalar sehingga akan banyak kaca-kaca yang pecah di daerah itu, dan membuat suasana kota menjadi semakin tidak terkontrol. Jadi perhatikan terus hal-hal detail.
sekarang sudah kita bisa tambah alurnya
tingkatkan skill untuk lebih mudah mencetak gol --> Perbanyak peluang --> cetak gol yang banyak --> menang
peningkatan skill menjadi mutlak untuk menjadi seorang Lionel Messi yang bisa lebih banyak merubah peluang menjadi gol. dalam SWOT, hal ini untuk menguatkan faktor Strength kita dan mengantisipasi atau menutup Weakness kita.
Setelah known ourself dengan strength dan opportunity nya..
sekarang mari kita lihat lawan kita.. paling tidak lawan yang ada dalam diri kita terlebih dahulu, yakni weakness kita dan ancaman yang ada.
Mari sama-sama kita saksikan video komersil yang sangat inspiratif ini
video itu menggambarkan dengan jelas weakness dan ancaman yang ada. Messi kecil 11 tahun adalah bocah yang sudah divonis punya kelainan hormon yang membuat tubuhnya tidak akan bertambah tinggi alias mungil. Oh, tapi ternyata weakness bisa menjadi kekuatan kita. Bahkan ancaman yang ada bisa diubah menjadi peluang.
Messi yang kelemahannya berbadan kecil, ternyata itu menambah kekuatannya untuk menjadi lebih cepat berlari dan lebih agile alias lincah. Ancaman lawan yang berbadan besar, ternyata adalah peluang messi untuk menendang bola lebih rendah.
Pertarungan klasik David vs Goliath juga menggambarkan yang sama. Perusahaan kecil selalu takut untuk melawan perusahaan besar, padahal perusahaan besar itu terlalu "gemuk" dan tidak lincah. kecil bukan berarti kelemahan. coba aja, untuk menentukan pricing aja, perusahan besar harus rapat berminggu-minggu. calon klien keburu kabur karena kelamaan. sementara kita perusahaan kecil, cuma butuh waktu 1 jam untuk ambil keputusan.
Ancaman internal juga bukannya tidak ada. ego pemain, kurangnya teamwork, ini pun bagian dari seni kita untuk memperoleh kemenangan besar. Lagi asik-asik nyerang, eh defender juga egois mau ikut nyerang, akibatnya serangan balik lawan berubah mematikan karena tidak ada yang menjaga pertahanan.
Belum lagi pengkhianatan ditengah kompetisi, ditinggal pemain kunci karena iming-iming transfer dan gaji besar. ini semua bagian dari risiko yang harus kita hitung dan harus kita antisipasi.
Nah, sekarang mari kita coba kenali lawan kita.
Lawan kita dalam hal ini bisa berarti kompetitor, ataupun calon klien (atau prospek)
pahami kelemahan-kelemahan lawan, dan gunakan strategi yang berbeda untuk lawan yang berbeda.
Misalkan kita tim inggris, mau melawan timnas indonesia, ya gunakan bola-bola atas karena postur tubuh lebih tinggi (ga usah pake bola-bola atas juga kayaknya inggris tetep menang hehe).
Mengenali lawan sangatlah penting, karena dengan itu kita bisa mencetak gol lebih banyak. Dan kita juga bisa membuat lawan kita frustasi karena tidak bisa mencetak gol sama sekali ke gawang kita alias menggagalkan misi kemenangan kita.
berikut ini keuntungan kita ketika mengenali lawan dalam koridor SWOT
o> strength and weakness : Dengan mengenali diri dan lawan, kita akan lebih efektif dan efisien dalam menambah, meningkatkan, mempertahankan skill yang dibutuhkan untuk berperang
o> oportunity : dengan mengenali diri dan lawan, kita akan bisa membuat peluang-peluang yang lebih banyak dan jauh lebih efektif untuk mencetak gol. serangan-serangan kita akan lebih tajam dan menggigit
o> threats : dengan mengenali diri dan lawan, kita akan mudah dan tenang untuk berhadapan dengan ancaman yang menanti. serangan-serangan lawan pun terbaca, bahkan gerakan-gerakannya bisa diramalkan. kemudian lebih dari itu, ancaman yang ada juga bisa kita ubah menjadi peluang
Jadi terakhir akan seperti ini,
Kenali diri dan lawan --> tingkatkan skill --> perbanyak peluang --> cetak banyak gol --> menang!
Jika ini terus dijalankan.. seratus kali berperang, seratus kali pula kita menang
Maka,
"Know your enemy and know yourself and you can fight a thousand battles without disaster!!!".
"If you know the enemy and know yourself, you need not fear the result of a hundred battles. If you know yourself but not the enemy, for every victory gained you will also suffer a defeat. If you know neither the enemy nor yourself, you will succumb in every battle."
- Sun Tzu
semoga berguna,
adzan101
(bersambung)
Jumat, 15 Januari 2010
1 trilyun rupiah, aktualisasi diri dan kebahagiaan
bayangkan kita punya uang 1 trilyun...
bayangkan kita memilikinya di ujung waktu kita..
ketika kita sudah dimakan usia
misalkan kita memiliki 4 orang anak,
usia rata-rata 20-an tahun..
(agak matematis nih)
dengan 1 trilyun itu cukup untuk nge-jatah anak-anak kita masing-masing menerima 25jt/bulan seumur hidupnya!
coba kita hitung, anggaplah rata2 usia manusia hingga 70thn. maka pengeluaran 25jt/bulan selama 50thn "hanyalah" 15 Milyar! dan untuk 4 orang anak "hanya" 60 Milyar! atau hanya 6% dari uang 1 trilyun!
ah masih kurang fantastis nih...
oke, anggaplah masing2 anak kita menghasilkan 2 cucu untuk kita. berarti total ada 8 cucu. berarti tambah 15 milyar x 8 = 120 Milyar. atau totalnya menjadi "hanya" 180 Milyar..
wow.. sisa uang masih ada 820 Milyar..
anggeplah dibeliin saham Astra Internasional supaya anak cucu kita ga usah kerja lagi.
ongkang-ongkang kaki aja
financial freedom kata orang
satu tahun bisa dapat dividen hingga 100 milyar, ya cukuplah buat 4 anak dan 8 cucu..
ya, anak dan cucu ongkang-ongkang kaki
jadi pengangguran!
bayangkan keseharian anak dan cucu kita,
bangun tidur, makan, tidur lagi..
jalan2, makan enak, plesiran.. tidur lagi..
hmm.. kira-kira kita bahagia atau tidak ya punya keturunan yang seperti itu?
apakah kita bahagia? ya.. mungkin jawabannya bisa berbeda-beda..
apakah ada jaminan anak cucu kita akan hidup bahagia?
apakah ada jaminan kalau anak cucu kita akan bisa berbuat baik dan bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya?
apakah ada jaminan kalau anak cucu kita bahagia hidup di dunia?
sama sekali tidak ada jaminan
oke, sekarang saya akan ajak anda ke yang lebih makro..
bayangkan jika semua penduduk indonesia seperti itu?
kira-kira apa yang terjadi?
masih adakah yg mau bekerja?
masih adakah yg mau berwirausaha?
bagaimana dengan tindak kriminal, makin berkurang atau justru makin meningkat karena banyaknya pengangguran?
masih adakah yg mau jadi pegawai negeri dan mengurus negara?
ah, lebay loe dzan.. mana mungkin semua penduduk indonesia seperti itu..
oke, sekarang skala makro nya saya kecilin dikit..
anggeplah saya jadi presiden (jangan di aminin ya hehe)
- kemudian saya menekan fasilitas mewah para pejabat
- saya optimalkan kekayaan alam negara untuk kesejahteraan rakyat
- transparansi pajak
- gantung para koruptor
nah tiba-tiba Indonesia jadi negara kaya..
Semua rumah sakit dibikin gratis tanpa kecuali
semua sekolah dibikin gratis tanpa kecuali
bahkan pemerintah memberikan BLT kepada rakyat masing2 5jt/bulan untuk semua rakyat tanpa kecuali.
udah kebanyakan duit ceritanya..
lalu, bahagiakah rakyat indonesia?
yakin ga ada yg bunuh diri lagi?
bagaimana dengan kriminalitas?
apakah korupsi berkurang?
apakah masih ada orang yg mau jadi tukang becak?
apakah ada yg mau gerakin sektor riil usaha kecil?
barang2 dari china atau impor, apakah berkurang apa justru bertambah?
apakah dengan kondisi itu bisa menjamin bangsa indonesia akan menyumbang sesuatu yang besar untuk peradaban manusia?
untuk kehidupan umat manusia yang lebih baik?
sama sekali tidak ada jaminan
aha..
ternyata yang jauh lebih penting itu adalah aktualisasi diri daripada materi.
untuk terus berkarya adalah lebih penting daripada pasive income, financial freedom dan ongkang-ongkang kaki..
jadi sebenarnya pemerintah agak kurang tepat ya dengan konsep BLT-nya. seharusnya pemerintah lebih baik untuk meng-encourage rakyatnya untuk terus berkarya..
misalkan pemerintah kasih insentif tambahan untuk tukang becak yang terus narik becaknya sebulan penuh hehe..
pemerintah bebasin biaya sekolah untuk anak-anak yang orangtuanya bekerja menjadi TKI (pahlawan devisa toh)
pemerintah bebasin pajak, termasuk PBB buat rakyatnya yang buka warung kelontong, warung gado-gado, dsb..
lho kok jadi OOT
balik lagi yaa ke topik...
untuk terus bekerja (yang nikmat yaaa hehe) jauh lebih penting daripada "bisnis jalan sendiri, pengusaha jalan-jalan"
hehe ngaco ya konsep "usaha jalan sendiri, pengusaha nya jalan-jalan"
jangankan pengusaha kelas kita yang masih ucrit,
ga usah bicara ekspansi usaha dulu atau nambah omzet,
orang top macam warren buffet, bill gates aja harus struggling hanya untuk sekedar MEMPERTAHANKAN yang sudah ada.
ya, cuma mempertahankan supaya tidak bangkrut aja para pengusaha harus keluar effort lebih kok..
lha, ini kok kita yang lebih ucrit dari mbah buffet dan om gates bisa-bisa nya malah jalan-jalan kesana kemari, ongkang-ongkang kaki ga urus bisnis..
padahal direktur-direkturnya mbah buffet jauuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhh lebih jago dari karyawan-karyawan kita..
tapi mereka masih urus bisnisnya kok..
jadi apapun lahan aktualisasi diri kita dalam kehidupan,
entah itu jadi pengusaha, atau jadi karyawan
entah jadi ibu rumah tangga, atau tukang ojek..
ternyata yang lebih penting itu adalah "karya" kita, "kerjaan" kita, dan bukan "materi" yang kita dapatkan..
karena karya kita itu lah yang secara tidak langsung menjadi sumbangsih kita untuk peradaban manusia..
makanya konyol sekali ketika kita, termasuk saya pastinya. ketika terjebak untuk menjadikan materi sebagai tujuan, menjadikan materi sebagai parameter keberhasilan. ngawurnya full!
yang begini nih yang biasanya menghalalkan segala cara untuk mencapai materi
manusia seringkali lupa dengan esensi hidupnya..
setiap hari mengejar materi, mengejar harta kekayaan..
tapi lihatlah apa yang dikorbankan?
- banyak keluarga berantakan, bercerai karena mengejar karier
- anak-anak terlibat narkoba
- kesehatan terlupakan, jantung lah, diabetes lah, kanker lah dll dll.. (inget lho, semua penyakit itu 70% penyebabnya adalah karena stress)
- dan yang paling esensial adalah beribadah. lho, kita kan diciptakan hanya untuk beribadah.. se-simple itu..
ya tentu saja, kerja itu ibadah (asal halal), mengurus keluarga itu ibadah, dan lain-lain
bagi yang muslim seperti saya, ada yang namanya ibadah-ibadah wajib seperti shalat 5 waktu, puasa ramadhan, zakat, haji. nah seringkali ibadah wajib ini terpinggirkan dengan semangat kita mengejar materi.
padahal coba kita lihat ilustrasi diatas, apakah dengan materi yang banyak bisa menjamin kebahagiaan?
apakah yang sebenarnya kita cari?
materi?
atau kebahagiaan?
karena jelas tidak ada relevansi diantara keduanya..
apakah kita berani bilang klo keluarga nya pak menteri itu lebih bahagia dari keluarga pemungut sampah? belum tentu!
apa kita berani bilang klo keluarga nya Anggodo lebih bahagia daripada keluarga nya adik kita Sinar? belum tentu!
menutup tulisan ini...
boleh aja kita mencari materi sebanyak-banyaknya, tapi ingat bahwa aktualisasi kita yang lebih penting. karya-karya kita lebih penting, dan semua dalam kerangka ibadah kita kepada Pencipta kita.
boleh aja kita mencari materi sebanyak-banyaknya, tapi ingat bahwa materi sama sekali tidak menjamin kebahagian.. lalu dimana kita mencari kebahagiaan?
semoga berguna..
www.adzanwahyu.com
bayangkan kita memilikinya di ujung waktu kita..
ketika kita sudah dimakan usia
misalkan kita memiliki 4 orang anak,
usia rata-rata 20-an tahun..
(agak matematis nih)
dengan 1 trilyun itu cukup untuk nge-jatah anak-anak kita masing-masing menerima 25jt/bulan seumur hidupnya!
coba kita hitung, anggaplah rata2 usia manusia hingga 70thn. maka pengeluaran 25jt/bulan selama 50thn "hanyalah" 15 Milyar! dan untuk 4 orang anak "hanya" 60 Milyar! atau hanya 6% dari uang 1 trilyun!
ah masih kurang fantastis nih...
oke, anggaplah masing2 anak kita menghasilkan 2 cucu untuk kita. berarti total ada 8 cucu. berarti tambah 15 milyar x 8 = 120 Milyar. atau totalnya menjadi "hanya" 180 Milyar..
wow.. sisa uang masih ada 820 Milyar..
anggeplah dibeliin saham Astra Internasional supaya anak cucu kita ga usah kerja lagi.
ongkang-ongkang kaki aja
financial freedom kata orang
satu tahun bisa dapat dividen hingga 100 milyar, ya cukuplah buat 4 anak dan 8 cucu..
ya, anak dan cucu ongkang-ongkang kaki
jadi pengangguran!
bayangkan keseharian anak dan cucu kita,
bangun tidur, makan, tidur lagi..
jalan2, makan enak, plesiran.. tidur lagi..
hmm.. kira-kira kita bahagia atau tidak ya punya keturunan yang seperti itu?
apakah kita bahagia? ya.. mungkin jawabannya bisa berbeda-beda..
apakah ada jaminan anak cucu kita akan hidup bahagia?
apakah ada jaminan kalau anak cucu kita akan bisa berbuat baik dan bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya?
apakah ada jaminan kalau anak cucu kita bahagia hidup di dunia?
sama sekali tidak ada jaminan
oke, sekarang saya akan ajak anda ke yang lebih makro..
bayangkan jika semua penduduk indonesia seperti itu?
kira-kira apa yang terjadi?
masih adakah yg mau bekerja?
masih adakah yg mau berwirausaha?
bagaimana dengan tindak kriminal, makin berkurang atau justru makin meningkat karena banyaknya pengangguran?
masih adakah yg mau jadi pegawai negeri dan mengurus negara?
ah, lebay loe dzan.. mana mungkin semua penduduk indonesia seperti itu..
oke, sekarang skala makro nya saya kecilin dikit..
anggeplah saya jadi presiden (jangan di aminin ya hehe)
- kemudian saya menekan fasilitas mewah para pejabat
- saya optimalkan kekayaan alam negara untuk kesejahteraan rakyat
- transparansi pajak
- gantung para koruptor
nah tiba-tiba Indonesia jadi negara kaya..
Semua rumah sakit dibikin gratis tanpa kecuali
semua sekolah dibikin gratis tanpa kecuali
bahkan pemerintah memberikan BLT kepada rakyat masing2 5jt/bulan untuk semua rakyat tanpa kecuali.
udah kebanyakan duit ceritanya..
lalu, bahagiakah rakyat indonesia?
yakin ga ada yg bunuh diri lagi?
bagaimana dengan kriminalitas?
apakah korupsi berkurang?
apakah masih ada orang yg mau jadi tukang becak?
apakah ada yg mau gerakin sektor riil usaha kecil?
barang2 dari china atau impor, apakah berkurang apa justru bertambah?
apakah dengan kondisi itu bisa menjamin bangsa indonesia akan menyumbang sesuatu yang besar untuk peradaban manusia?
untuk kehidupan umat manusia yang lebih baik?
sama sekali tidak ada jaminan
aha..
ternyata yang jauh lebih penting itu adalah aktualisasi diri daripada materi.
untuk terus berkarya adalah lebih penting daripada pasive income, financial freedom dan ongkang-ongkang kaki..
jadi sebenarnya pemerintah agak kurang tepat ya dengan konsep BLT-nya. seharusnya pemerintah lebih baik untuk meng-encourage rakyatnya untuk terus berkarya..
misalkan pemerintah kasih insentif tambahan untuk tukang becak yang terus narik becaknya sebulan penuh hehe..
pemerintah bebasin biaya sekolah untuk anak-anak yang orangtuanya bekerja menjadi TKI (pahlawan devisa toh)
pemerintah bebasin pajak, termasuk PBB buat rakyatnya yang buka warung kelontong, warung gado-gado, dsb..
lho kok jadi OOT
balik lagi yaa ke topik...
untuk terus bekerja (yang nikmat yaaa hehe) jauh lebih penting daripada "bisnis jalan sendiri, pengusaha jalan-jalan"
hehe ngaco ya konsep "usaha jalan sendiri, pengusaha nya jalan-jalan"
jangankan pengusaha kelas kita yang masih ucrit,
ga usah bicara ekspansi usaha dulu atau nambah omzet,
orang top macam warren buffet, bill gates aja harus struggling hanya untuk sekedar MEMPERTAHANKAN yang sudah ada.
ya, cuma mempertahankan supaya tidak bangkrut aja para pengusaha harus keluar effort lebih kok..
lha, ini kok kita yang lebih ucrit dari mbah buffet dan om gates bisa-bisa nya malah jalan-jalan kesana kemari, ongkang-ongkang kaki ga urus bisnis..
padahal direktur-direkturnya mbah buffet jauuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhh lebih jago dari karyawan-karyawan kita..
tapi mereka masih urus bisnisnya kok..
jadi apapun lahan aktualisasi diri kita dalam kehidupan,
entah itu jadi pengusaha, atau jadi karyawan
entah jadi ibu rumah tangga, atau tukang ojek..
ternyata yang lebih penting itu adalah "karya" kita, "kerjaan" kita, dan bukan "materi" yang kita dapatkan..
karena karya kita itu lah yang secara tidak langsung menjadi sumbangsih kita untuk peradaban manusia..
makanya konyol sekali ketika kita, termasuk saya pastinya. ketika terjebak untuk menjadikan materi sebagai tujuan, menjadikan materi sebagai parameter keberhasilan. ngawurnya full!
yang begini nih yang biasanya menghalalkan segala cara untuk mencapai materi
manusia seringkali lupa dengan esensi hidupnya..
setiap hari mengejar materi, mengejar harta kekayaan..
tapi lihatlah apa yang dikorbankan?
- banyak keluarga berantakan, bercerai karena mengejar karier
- anak-anak terlibat narkoba
- kesehatan terlupakan, jantung lah, diabetes lah, kanker lah dll dll.. (inget lho, semua penyakit itu 70% penyebabnya adalah karena stress)
- dan yang paling esensial adalah beribadah. lho, kita kan diciptakan hanya untuk beribadah.. se-simple itu..
ya tentu saja, kerja itu ibadah (asal halal), mengurus keluarga itu ibadah, dan lain-lain
bagi yang muslim seperti saya, ada yang namanya ibadah-ibadah wajib seperti shalat 5 waktu, puasa ramadhan, zakat, haji. nah seringkali ibadah wajib ini terpinggirkan dengan semangat kita mengejar materi.
padahal coba kita lihat ilustrasi diatas, apakah dengan materi yang banyak bisa menjamin kebahagiaan?
apakah yang sebenarnya kita cari?
materi?
atau kebahagiaan?
karena jelas tidak ada relevansi diantara keduanya..
apakah kita berani bilang klo keluarga nya pak menteri itu lebih bahagia dari keluarga pemungut sampah? belum tentu!
apa kita berani bilang klo keluarga nya Anggodo lebih bahagia daripada keluarga nya adik kita Sinar? belum tentu!
menutup tulisan ini...
boleh aja kita mencari materi sebanyak-banyaknya, tapi ingat bahwa aktualisasi kita yang lebih penting. karya-karya kita lebih penting, dan semua dalam kerangka ibadah kita kepada Pencipta kita.
boleh aja kita mencari materi sebanyak-banyaknya, tapi ingat bahwa materi sama sekali tidak menjamin kebahagian.. lalu dimana kita mencari kebahagiaan?
semoga berguna..
www.adzanwahyu.com
Langganan:
Postingan (Atom)