Jumat, 31 Juli 2015

Konsep Berbagi yang lebih baik untuk menambah income

Pertama adalah konsep Musyarakah, Mudharabah, dan Murabahah. Mana yang lebih sesuai? (untuk definisi masing-masing istilah tersebut, silakan googling sendiri ya...)

Konsep mudharabah, saya pakai untuk sesuatu yang bersifat sosial. Misalkan penyaluran dana CSR bisnis. Karena di konsep ini, pemilik modal yang akan menanggung penuh jika terjadi kerugian. Jadi yang akan kita bahas disini adalah Musyarakah versus Murabahah.

Musyarakah lebih kita kenal dengan konsep bagi hasil. Dulu saya menggunakan konsep ini ketika berbisnis warnet. Pemilik modal dan pengelola berbagi risiko

Murabahah alias pembiayaan, saya menggunakannya sekarang-sekarang ini untuk semua bisnis. Relatif aman untuk investor, karena semua risiko relatif ditanggung oleh pengelola bisnis.

Ketika berkonsultasi dengan salah satu guru saya, bahwa menurutnya konsep musyarakah lebih ideal untuk para pemilik bisnis. Ya tentu saja, karena gerak dan beban perusahaan menjadi enteng, tanpa expense dan liability karena utang.

Namun tentunya ada konsekuensi yang diantaranya, yakni harus selalu tertib laporan, accountable, transparan. Karena kewajiban kita untuk melaporkan segala hal ke partner investor. Disini besar kemungkinan terjadi dispute, misalkan dalam hal definisi net profit perusahaan, dan lain-lain. Semua harus jelas dari awal kontrak.

Konsekuensi lain adalah masalah yang tidak kasat mata, yaitu perasaan dan ekspektasi. Ini yang saya alami di bisnis warnet. Ada salah satu warnet saya yang jadi korban perampokan. Seharusnya berdasarkan akad musyarokah, bahwa hal ini adalah force majure. Kalaupun harus menanggung, maka kerugian ditanggung bersama antara investor dan pengelola.

Lucunya, dan Alhamdulillah, investor saya dulu pun orangnya baik-baik semua. Tidak ada yang menuntut apapun. Namun karena saya pribadi mengetahui kondisi perekonomian masing-masing investor yang sedang kurang baik, maka saya pun berinisiatif mengganti semua modal yang pernah disetor. Dan alhamdulillah sudah lunas semua.

Semua diawali niat baik. Saya mengawali warnet dengan sukses, dan berniat berbagi kesuksesan dengan teman-teman yang membutuhkan side income. Maka saya tahu persis ekspektasi dari investor yang ada. Niat saling tolong-menolong.

Mengapa saya ganti? ya karena saya orangnya gak enakan . Saya tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan dana investor yang hilang akibat perampokan, atau karena bisnis merugi. Dan saya selalu meyakini bahwa Allah akan mengganti dengan hal yang lebih baik.. (doain ya..)

Maka saya berpikiran untuk tidak lagi menggunakan model pembiayaan musyarakah atau bagi hasil. Nah berarti sekarang kita bahas yang murabahah ..

Model pendanaan yang sekarang saya pakai adalah murabahah. Disini saya merasa nyaman, karena investor tidak perlu melihat laporan keuangan perusahaan. Fokus ke obyek pembiayaan saja. Investor pun merasa tenang, karena relatif aman dengan adanya jaminan. Bahkan ketika bisnis mengalami force majure, utang adalah tetap utang. Wajib untuk terus dibayar.

Konsep yang saya tawarkan adalah pembiayaan dengan margin 1,5% setiap bulan. Obyek pembiayaan bisa macam-macam, tergantung kebutuhan. Bisa untuk PlasaEmas, atau Petshop Calico, dan lain-lain. Dan tidak setiap saat saya menerima investasi pembiayaan, hanya saat dibutuhkan saja. Dan alhamdulillah antrian orang yang mau membiayai sudah banyak. Bahkan ada antrian yang sumber dana-nya diniatkan berupa wakaf. Jadi nanti margin-nya akan dikembalikan ke ummat.

Kelemahan dari model ini ya berkebalikan dengan musyarakah, bahwa murabahah akan membebani neraca perusahaan dengan biaya-biaya yang pasti (utang).

Kelemahan lain yang menurut saya pribadi rasakan, adalah merasakan adanya rasa sombong. Seolah-olah kita akan sanggup membayar utang tersebut dalam kondisi apapun. (walaupun sebenarnya fikih murabahah juga banyak exit strategy)

Hal yang juga dirasakan adalah rasa waswas, takut terjadi force majure pada bisnis, sehingga tidak mampu membayar pembiayaan murabahah... (semoga Allah menjaga kita selalu).

So, pilih mana? Musyarakah atau Murabahah?

Tinggal sesuai selera kita sebenarnya, asalkan bisnisnya atau sumber pendanaannya benar-benar sudah mapan, insya Allah dua pilihan itu baik.

Mengapa saya bahas Musyarakah dan Murabahah sebagai konsep berbagi yang lebih baik?

Karena terus terang saya prihatin dengan konsep franchise/waralaba atau business opportunity yang sekarang sedang menjamur di Indonesia. Di satu sisi banyak orang Indonesia yang butuh tambahan penghasilan dari investasi, tapi disisi lain dimanfaatkan dengan tidak baik oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Yang hanya mengharapkan keuntungan pribadinya semata, menjebak sebanyak-banyaknya orang.


Makanya yang mau saya bahas kedua adalah konsep Utang

Saya termasuk orang yang awam dengan agama. Cuma pernah dengar seorang ustadz yang bilang kalau utang bisa menghalangi masuk surga. Dan kepikiran dengan utang-utang murabahah saya.

Alhamdulillah berkat pertolongan Allah, bisnis berjalan baik, dan saya berniatan melunasi semua utang murabahah... Langsung tembak target 2016 debt-free. Baik saya pribadi, maupun perusahaan-perusahaan saya.

Uniknya, ketika baru merencanakan untuk menghubungi pihak-pihak yang berurusan dengan murabahah, malah saya dihubungi lebih dahulu oleh sahabat yang berurusan murabahah dengan saya. Beliau menanyakan apakah ada kebutuhan pembiayaan murabahah lagi, karena sedang ada dana menganggur....

Kemudian ada yang lain menghubungi saya, intinya mengucapkan terima kasih karena bertahun-tahun hasil murabahah yang Allah berikan melalui saya, berguna untuk keluarganya. Dan pernah "menolong" di masa-masa sulit.

Saya sempat berpikir, ketika saya bermaksud melunasi semua utang-utang pembiayaan murabahah, lalu bagaimana dengan niat tolong-menolong di awal? kemanakah mereka para investor ini harus menyalurkan dana nya jika pembiayaan saya lunasi? apakah akan berada di tempat yang aman? atau malah ludes karena salah menginvestasikan ditempat yang tepat? lalu bagaimana dengan keluarganya... Alah... mengapa saya jadi megaloman-sindrom begini?

Lalu bagaimana dengan cita-cita debt free yang sudah saya canangkan?

Akhirnya saya berpikir bahwa dalam hidup ini, apapun yang kita lakukan pasti memberi dampak terhadap yang lain. Entah dampak baik atau dampak buruk.

Saya sekarang sadar bahwa proses murabahah ataupun musyarakah yang dijalani adalah konsep berbagi yang sesungguhnya. Karena untuk teman-teman saya yang masih menjadi pegawai, sangatlah kesulitan untuk mencari tempat investasi yang aman dan terpercaya. Saya merasa zhalim ketika secara sepihak menutup konsep murabahah di bisnis-bisnis saya.

Baiklah, daripada saya berpikir untuk melunasi pembiayaan dari orang-orang yang membutuhkan side income, dana untuk pelunasan akan saya coba untuk ekspansi bisnis. Tentunya dengan perhitungan yang matang, karena daya beli masyarakat sedang turun. Doakan semoga Allah memudahkan urusan saya, dan tidak mempersulit.


Ketiga, Pindah Kuadran

Ini adalah konsep berbagi yang ultimate (begitu saya menyebutnya). Dan sedang diuji coba di bisnis-bisnis saya,,,

Begitu banyak teman-teman yang statusnya pegawai, menginginkan resign untuk menjadi pengusaha. Memilih jalan pintas dengan langsung membuka resto, membeli franchise, dan lain-lain. Itu tentunya berisiko besar. Karena harus berbagi fokus dengan pekerjaan di kantor, tanpa dibimbing dan diawasi oleh yang berpengalaman.

Alhamdulillah saya menemukan jalan lain yang lebih smooth dan dengan risiko yang relatif kecil untuk beralih kuadraan dari pegawai menjadi pengusaha.

Sesuai yang telah saya sharing diatas, bahwa saya membuka konsep pembiayaan untuk bisnis (tidak setiap saat ya...)

Ketika sang investor sudah merasa nyaman dengan hasil yang didapat, dan ketika saya memiliki chemistry yang pas dengan investor, biasanya saya akan menawarkan untuk membeli saham perusahaan yang ada. Menjadi salah satu komisaris.

Ketika menjadi komisaris, investor tetap menjadi pegawai di kantor lamanya. Kalau bahasa umumnya adalah amphibi, berbisnis sambil bekerja. Namun saya mewajibkan untuk mengurusi bisnis di waktu weekend. Disini sebenarnya investor sedang "magang" di bisnisnya sendiri dimana tetap saya yang in-charge disana.

Terus begitu, hingga bisnis membesar. Dan saham di perusahaan makin membesar (minimal 35%), maka saya akan menawarkan posisi direksi atau pengelola perusahaan. Tentu saat itu gaji yang ditawarkan akan lebih besar dari kantor yang mempekerjakan dia sekarang. Nikmat bukan, kerja di bisnis sendiri, jadi direksi, dan digaji ;)

Yup, ini adalah konsep yang saya kerjakan sekarang. Pertanyaannya, mengapa saya rela berbagi? mengapa saya rela sang investor menambah saham di perusahaan? Tentunya tidak semua bisa saya share disini, tapi perusahaan-perusahaan ini adalah sebuah bagian rangkaian dari ide yang sangat besar. Dimana saya akan mendirikan beberapa perusahaan yang akan saling suport satu sama lain, untuk menuju ide bisnis yang besar tersebut.

Penutup

Mohon jangan terganggu dengan ide-ide bisnis tersebut. Tulisan ini hanya mau berbagi kalau konsep ideal untuk saling tolong menolong adalah Musyarakah dan Murabahah. Dan mengubah konsep utang. Cuma catatannya adalah, pastikan yang mengelola dana kita adalah orang yang terpercaya dan mampu. Begitu juga dari sisi pebisnis, pastikan mendapat partner pendanaan yang tepat, dan cocok chemistry. Itu penting

Dan tetaplah bersabar, tidak terburu-buru. Jangan tertipu dengan penawaran-penawaran bisnis/franchise yang bombastis. Masih banyak alternatif jalan lain yang tersedia.

Jangan serakah. Bisa saja beban perusahaan berkurang dengan melunasi semua pembiayaan yang ada. Tetap perhatikan kepentingan orang banyak, jangan hanya diri sendiri. Bisa jadi ada keberkahan disana, juga peluang lain seperti ekspansi bisnis.

Silakan ambil dan tiru jika ada yang baik, dan tolong dibuang jika ada yang tidak baik

Semoga sukses menambah income!


Rabu, 01 Juli 2015

Keajaiban Komunalisme Bisnis


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunalisme adalah paham atau ideologi yg mementingkan kelompok atau kebersamaan di dl kelompok. Menarik untuk melihat fenomena ini dari segi organisasi sebuah perusahaan atau bisnis. Kegilaan-kegilaan, terobosan-terobosan, ataupun keberanian yang muncul akibat komunalisme bisnis.

Analogi nya seperti tawuran anak sekolah, tentunya mereka menjadi berani ketika melakukan secara bersama-sama. Coba misalkan satu orang lawan satu, mungkin peminat tawuran akan menjadi sedikit. Ya karena itu, keberanian komunal. 

Begitu juga dalam bisnis, kalau kita hanya seorang diri alias one man show, mungkin gak akan punya nyali misalnya untuk buka 10 cabang outlet. Atau punya nyali untuk mengajukan penawaran ke klien-klien gajah. Beda misalkan kita bekerja dalam sebuah tim.

Loyalitas dan soliditas menjadi kata kunci yang lain. Ini adalah modal dasar terbentuknya komunalisme bisnis, yang nantinya akan melahirkan keberanian-keberanian yang tak terbayangkan. Loyalitas dan Soliditas hanya akan terjadi ketika semua tim bekerja pada frekuensi visi, misi, dan value yang sama, dan sangat memahami serta menjiwai visi, misi, value tersebut.

Kemudian terjadi pembagian tugas, yang tentunya sesuai dengan keahlian dan kesukaannya masing-masing anggota tim. Lalu diciptakan KPI sebagai parameter dan target keberhasilan tiap-tiap individu atau divisi. Terciptalah kompetisi sehat antar individu atau divisi dalam bisnis. Unlock skill-skill baru, yang sebelumnya dianggap tidak mungkin. Secara otomatis terjadi continuous improvement, atau orang-orang jepang menyebutnya sebagai prinsip Kaizen.

Fungsi Leadership pun memegang peranan kunci disini. Fungsi yang akan mengawal bisnis dan individu agar selalu tetap on the track, tidak melenceng, reward and punishment yang menyenangkan, merancang target-target dengan penuh motivasi, dan tentunya menjaga prinsip untuk selalu adil dan menjunjung integritas. Leader ini harus memiliki visi yang lebih jauh dan lebih mendalam dibanding anggota yang lain.

Yang barusan saya alami dan akan disorot adalah ketika membantu mentee saya, Rachmat Bontara mendirikan portal kucing www.cattery,co,id. 

  • Kepada tim IT, tim memotivasi untuk bagaimana membuat website, sistem yang nyaman dan sangat memudahkan para pecinta kucing. Untuk menciptakan website dengan design terbaik, whatever it cost.
  • Kepada tim content, tim merekrut tokoh-tokoh terhebat dunia kucing. Cattery dan dokter hewan yang memiliki influence paling besar di Indonesia. Juga artikel-artikel unik, orisinil, ringan, tapi berisi, yang akan lolos redaksi untuk tampil di portal
  • Kepada tim marcomm, juga diberi target-target spesifik, untuk capaian reach pengunjung portal. Target-target yang agak gila, tapi menantang
  • Tim Sales, membuat penawaran-penawaran gila untuk monetize portal, dengan cara apapun (tentunya dalam frame yang halal). Value "halal" ini dijaga ketat oleh tim cattery.co.id. Mereka mengambil sikap untuk tidak mau bekerjasama dengan perusahaan/sponsor yang berhubungan dengan judi, minuman keras, ataupun rokok.
Keajaiban pun terjadi satu persatu...
Tim IT tidak mau mengecewakan seluruh anggota tim, berjibaku membuat sistem yang baik. Tak kenal waktu, tak kenal libur. Alhamdulillah sistem dan design di website yang ada sangat memuaskan. Mereka semua bangga.

Setelah itu, tim content bekerja dengan rekrutan-rekrutan terbaik, dan isi tulisan bermutu. Berturut-turut konsisten selama beberapa bulan. Luar biasa determinasi-nya. Ada perasaan merasa bersalah ketika tidak memberikan yang terbaik untuk tim.

Lanjut ke divisi Marcomm. Merasa puas dengan hasil kerja tim IT dan tim content, memacu kerja tim Marcomm untuk memberikan yang terbaik. Hasilnya fantastis luar biasa. Total jangkauan di bulan pertama mencapai 300.000 orang. Dan di bulan kedua berkembang menjadi 600.000 orang. Growth 100% dalam sebulan! 

Tongkat estafet berlanjut ke tim Sales. Fast learner, banyak hal yang bisa dikuasai dalam waktu singkat. Karena ada perasaan yang tidak ingin mengecewakan anggota tim. Keberanian menjadi menggila, proposal penawaran dibuat sangat sempurna, ide-ide monetize sangat di luar dugaan. Semua sponsor yang ditawarkan pun langsung di respons oleh level presdir, yang mayoritas masih warga negara asing. 

Perasaan untuk
  • Mau menjadi yang terbaik, dan selalu memberikan yang terbaik
  • Tidak mau mengecewakan anggota tim
menyebabkan semua potensi dan keberanian yang ada menjadi keluar. Bahkan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Ini adalah keajaiban dari lingkungan kondusif di suatu perusahaan. Menciptakan suasana seperti ini sangatlah MAHAL dan tak tergantikan.

Atau mungkin keberkahan dari sebuah teamwork, sebagaimana di dalam agama Islam, shalat berjamaah memiliki kedudukan 27 derajat lebih baik daripada shalat secara sendiri. Ketika terjadi "kegagalan", semua anggota tim saling menyemangati. Sehingga tidak perlu berlama-lama larut dalam kekecewaan, dan cepat recover untuk bangkit lagi. 

Teringat juga keberanian istri dalam mengelola Prabu Cattery. Sekarang ini memiliki skill yang antara lain mampu membidani kelahiran kucing, melakukan tindakan infus, nebulizer, tubing (memasukan selang ke perut kucing sakit untuk membantu makan), yang saya sendiri tidak akan pernah berani melakukan hal tersebut.

Keberanian, determinasi, bisa menular. Dikarenakan keberanian istri tersebut, saya pribadi pun akhirnya berani untuk mendatangkan salah satu kucing juara dunia, pertama di Indonesia. (pernah dibahas di http://www.cattery.co.id/bangga-salah-satu-kucing-juara-dunia-ada-di-indonesia/ )

Jadi teringat salah satu game pada acara team building. Ketika mata kita ditutup kain, kemudian tangan dan kaki diikat, lalu kita wajib menjatuhkan badan ke belakang. Karena percaya ada teman-teman lainnya yang akan menangkap kita ketika jatuh. Sama seperti kita ditugaskan di bagian Marketing, tidak usah lagi merisaukan rekan kita di bagian Finance. Percaya bahwa mereka akan melakukan yang terbaik, sehingga kita bisa fokus mencapai target-target yang telah digariskan perusahaan.

Terkadang komunalisme bisnis ini tidak hanya terjadi dalam satu bidang bisnis. Saya sering mempertemukan Rachmat (founder cattery.co.id portal kucing terbaik di indonesia), Dendy (founder calico.co.id petshop nomor satu di indonesia), juga istri saya. Untuk saling berkolaborasi jika ada yang bisa di sinergikan, atau sekedar "mengadu" target-target agar ada kompetisi, dan lain-lain. Perlakuan seperti ini tentunya juga terjadi di bisnis-bisnis saya. Yang tentunya akan memacu semangat semua pihak...

Yang membuat mereka, ketika menengok sedikit ke belakang (beberapa tahun yang lalu), tidak akan percaya telah sampai posisinya yang sekarang... Melewati segala aral rintangan, ujian-ujian, tahapan-tahapan yang menempa untuk menjadi semakin kuat.

Intinya adalah ketika para expert, disatukan salam satu visi misi dan value yang sama, berkomitmen tinggi, maka tunggulah terjadinya Keajaiban Komunalisme Bisnis. Selamat mencoba!

Tetap semangat