sayang udah almarhum hehehe..
dapet dari sebuah milis, selamat menikmati dan mengambil inspirasi :)
Umar bin Abdul Aziz: Kebijakan Politiknya Rahmat bagi Semesta Alam (2)
25 May 2005 - 09:24
Setelah menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz melakukan gebrakan yang tidak
diduga sebelumnya, terutama oleh keluarga, famili, dan orang-orang terdekatnya.
Banyak orang yang tercengang melihat kebijakan-kebijakan beliau yang tidak
biasa dilakukan oleh orang-orang yang tengah berkuasa.
Di antara kebijakan-kebijakan politiknya antara lain:
1. Menolak fasilitas kekhalifahan untuk dirinya yang dianggapnya berlebihan.
Para petugas kekhalifahan yang hendak mengawalnya dengan kendaraan khusus
mendapatkan sesuatu yang di luar dugaan. Umar menolak kendaraan dinas, dan
meminta kepada salah seorang di antara mereka untuk mendatangkan binatang
tunggangannya.
Al-Hakam bin Umar mengisahkan, "Saya menyaksikan para pengawal datang dengan
kendaraan khusus kekhalifahan kepada Umar bin Abdul Aziz sesaat dia diangkat
menjadi Khalifah. Waktu itu Umar berkata, 'Bawa kendaraan itu ke pasar dan
juallah, lalu hasil penjualan itu simpan di Baitul Maal. Saya cukup naik
kendaran ini saja (hewan tunggangan).'"
'Atha al-Khurasani berkata, "Umar bin Abdul Aziz memerintahkan pelayannya untuk
memanaskan air untuknya. Lalu pelayannya memanaskan air di dapur umum. Kemudian
Umar bin Abdul Aziz menyuruh pelayannya untuk membayar setiap satu batang kayu
bakar dengan satu dirham."
'Amir bin Muhajir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz akan menayalakan lampu
milik umum jika pekerjaannya berhubungan dengan kepentingan kaum Muslimin.
Ketika urusan kaum Muslimin selesai, maka dia akan memadamkannya dan segera
menyalakan lampu miliknya sendiri.
Al-Hakam bin Umar meriwayarkan bahwa Umar bin Abdul Aziz memiliki 300 penjaga.
Umar berkata kepada para pengawalnya, "Sesungguhnya aku memiliki penjaga untuk
kalian dan untukku, juga ada penjaga ajalku. Maka, siapa yang ingin tetap
berada di sini, tetaplah di sini, dan siapa yang ingin pulang, pulanglah kepada
keluarga kalian."
2. Menerapkan pola hidup sederhana, khususnya untuk diri dan keluarganya. Yunus
bin Abi Syaib berkata, "Sebelum menjadi Khalifah tali celananya masuk ke dalam
perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi Khalifah, dia sangat kurus.
Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti
saya bisa menghitungnya."
Hal senada diungkapkan putranya, Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz ketika
ditanya oleh Abu Ja'far al-Manshur perihal jumlah kekayaan ayahnya. Ja'far
bertanya, "Berapa kekayaan ayahmu saat mulai menjabat sebagai Khalifah?" Abdul
Aziz menjawab, "Empat puluh ribu dinar." Ja'far bertanya lagi, "Lalu berapa
kekayaan ayahmu saat meninggal dunia?" Jawab Abdul Aziz, "Empat ratus dinar.
Itu pun kalau belum berkurang."
Kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz dalam kehidupan benar-benar diilhami oleh
perilaku hidup sederhana Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Beliau sangat
sederhana dalam berpakaian. Suatu ketika Maslamah bin Abdul Malik menjenguk
Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Maslamah melihat pakaian Umar sangat
kotor. Maslamah berkata kepada istri umar, Fathimah binti Abdul Malik,
"Tidakkah engkau cuci bajunya?" Fathimah menjawab, "Demi Allah, dia tidak
memiliki pakaian lain selain yang ia pakai."
Pada kesempatan lain Umar bin Abdul Aziz shalat Jum'at di masjid bersama orang
banyak dengan baju yang bertambal di sana-sini. Salah seorang jamaah bertanya,
"Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kepadamu
kenikmatan. Mengapa tak mau kau pergunakan walau sekedar berpakaian bagus?"
Umar bin Abdul Aziz tertunduk sejenak, lalu dia mengangkat kepalanya dan
berkata, "Sesungguhnya berlaku sederhana yang palin baik adalah pada saat kita
kaya dan sebaik-baik pengampunan adalah saat kita berada pada posisi kuat."
Umar bin Abdul Aziz juga sangat sederhana dalam makanan. Seorang pelayan Umar,
Abu Umayyah al-Khashy berkata, "Saya datang menemui istri Umar dan dia
memberiku makan siang dengan kacang adas. Saya katakan kepadanya, 'Apakah
setiap hari tuan makan dengan kacang adas?'" Fathimah menjawab, "Wahai anakku,
inilah makanan tuanmu, Amirul Mukminin."
'Amr bin Muhajir berkata, "Uang belanja Umar bin Abdul Aziz setiap harinya
hanya dua dirham." Sedangkan Yusuf bin Ya'qub al-Khalil berkata, "Umar bin
Abdul Aziz memakai pakaian dari bulu unta yang pendek. Sedangkan penerangan
rumahnya terdiri dari tiga bambu yang di atasnya ada tanah."
Umar bin Abdul Aziz juga senantiasa mengerjakan urusan-urusan kecil yang
sebenarnya tidak pantas dikerjakan oleh seorang Amirul Mukminin. Seperti
diungkapkan oleh Abu Umayyah bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah masuk ke satu
kamar mandi. Tiba-tiba kamar mandi itu rusak, maka dia memberperbaikinya
sendiri.
3. Menghapuskan hak-hak istimewa yang diberikan kepada keluarganya. Umar
mengumpulkan Bani Marwan dan berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. memiliki
tanah fadak, dan dari tanah itu dia memberikan nafkah kepada keluarga Bani
Hasyim. Dan dari tanah itu pula Rasulullah Saw. mengawinkan gadis-gadis di
kalangan mereka. Suatu saat, Fathimah memintanya untuk mengambil sebagian dari
hasil tanah itu, tapi Rasulullah Saw. menolaknya.
Demikian pula yang dilakukan Abu Bakar Ra. dan Umar Ra. Kemudian harta itu
diambil oleh Marwan dan kini menjadi milik Umar bin Abdul Aziz. Maka saya
memandang bahwa suatu perkara yang dilarang Rasulullah Saw. melarangnya untuk
Fathimah adalah bukan menjadi hakku. Saya menyatakan kesaksian di hadapan
kalian semua, bahwa saya telah mengembalikan tanah tersebut sebagaimana pada
zaman Rasulullah Saw." (Kisah ini diriwayatkan dari Mughirah).
Al-Awza'i meriwayatkan, ketika Umar bin Abdul Aziz menghapuskan hak-hak
istimewa kepada anggota keluarganya, mereka berusaha membujuk Umar untuk
mengembalikan hak tersebut. Umar berkata, "Harta yang ada padaku tak cukup
untuk kalian. Sedangkan mengenai harta kaum Muslimin ini, maka hak kalian sama
dengan hak kaum Muslimin yang berada di ujung dunia."
Wahib al-Wadud mengisahkan, suatu saat beberapa kerabat Umar bin Abdul Aziz
dari Bani Marwan mendatangi rumah Umar. Saat itu Umar tengah uzur tak bisa
menemui mereka. Lalu mereka berpesan kepada anaknya yang bernama Abdul Malik,
"Tolong katakan kepada ayahmu bahwa para Khalifah terdahulu selalu memberikan
keistimewaan dan uang kepada kami, karena mereka tahu kedudukan kami. Sementara
ayahmu kini telah menghapuskannya."
Abdul Malik lalu menyampaikan hal itu kepada ayahnya. Setelah kembali, Abdul
Malik berkata kepada mereka, "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar
(hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku" (Umar mengutip firman Allah QS
Al-An'am: 15).
Salah seorang famili Umar bin Abdul Aziz yang bernama 'Anbasah bin Said al-'Ash
menemuinya untuk menyampaikan keluhannya, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya
para Khalifah sebelum kamu biasa menanggung kebutuhan-kebutuhan kami, tapi kini
kamu menghapuskan kebiasaan itu untuk kami, padahal kami memiliki keluarga.
Apakah kamu izinkan saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kami?" Umar
menjawab, "Sesungguhnya orang yang paling dicintai di antara kamu adalah orang
yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri."
Lalu Umar bin Abdul Aziz menasehatinya, "Perbanyaklah mengingat mati. Karena
jika kamu berada dalam kesempitan hidup, maka kamu akan merasa lapang. Dan jika
kamu berada dalam kelapangan hidup, maka kamu akan merasa sempit."
4. Mengembalikan harta kekayaan yang dimilikinya dan keluarganya kepada Baitul
Maal. Suatu saat, Umar bin Abdul Aziz memanggil istrinya, Fathimah binti Abdul
Malik yang memiliki banyak perhiasan berupa intan dan mutiara, "Wahai istriku,
pilihlah olehmu, kamu kembalikan perhiasan-perhiasan ini ke Baitul Maal atau
kamu izinkan saya meninggalkan kamu untuk selamanya. Aku tidak suka bila aku,
kamu, dan perhiasan ini berada dalam satu rumah." Fathimah menjawab, "Saya
memilih kamu daripada perhiasan-perhiasan ini. Bahkan bila lebih dari itu pun
aku tetap memilih kamu."
5. Mengangkat orang-orang saleh di jajaran pemerintahannya. Setelah mencopot
Khalid sebagai pengawal kekhalifahan lantaran telah menghukum orang tidak
sesuai dengan kesalahannya, Umar bin Abdul Aziz meminta 'Amr bin Muhajir untuk
menjadi salah seorang pengawalnya. Umar berkata, "Wahai 'Amr, engkau tahu bahwa
antara saya dan kamu tidak ada hubungan kekerabatan, kecuali kerabat dalam
Islam. Namun, saya mendengar bahwa kamu banyak membaca ayat-ayat Al-Qur`an, dan
saya melihat kamu melakukan shalat di suatu tempat yang kamu kira tidak ada
seorang pun yang dapat melihatmu. Saya melihat kamu melakukan shalat dengan
baik. Dan kamu adalah salah seorang dari golongan Anshar. Ambillah pedang ini
dan sejak saat ini kau kuangkat sebagai pengawalku."
6. Menolak suap dalam bentuk apa pun. 'Amr bin Muhajir meriwayatkan, suatu saat
Umar bin Abdul Aziz ingin makan apel, kemudian salah seorang anggota
keluarganya memberi apel yang diinginkan. Lalu Umar berkata, "Alangkah harum
aromanya. Wahai pelayan, kembalikan apel ini kepada si pemberi dan sampaikan
salam saya kepadanya bahwa hadiah yang dikirim telah sampai."
'Amr bin Muhajir mempertanyakan sikap Umar tersebut, "Wahai Amirul Mukminin,
orang yang memberi hadiah apel itu tak lain adalah sepupumu sendiri dan salah
seorang yang masih memiliki hubungan kerabat yang sangat dekat denganmu.
Bukankah Rasulullah Saw. juga menerima hadiah yang diberikan orang lain
kepadanya?"
Umar bin Abdul Aziz menjawab, "Celaka kamu, sesungguhnya hadiah yang diberikan
kepada Rasulullah Saw. adalah benar-benar hadiah, sedangkan yang diberikan
kepadaku ini adalah suap."
7. Menolak sistem kekhalifahan yang diwariskan secara turun-temurun. Ja'unah
mengatakan, suatu ketika Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz, putranya,
meninggal dunia. Umar memujinya. Lalu Ja'unah bertanya kepada Umar, "Apakah
jika dia masih hidup, kamu akan mewasiatkan agar dia menjadi penggantimu?"
Umar menjawab, "Tidak."
"Lalu mengapa kamu memujinya?" tanya Ja'unah lagi.
"Karena saya khawatir, bila saya mengangkatnya, dia akan dihormati lantaran
ayahnya dihormati," jawab Umar.
8. Menghapuskan budaya materialistik di kalangan pejabat. Putra Umar bin Abdul
Aziz yang bernama Abdul Aziz mengisahkan, beberapa orang bawahan Umar menulis
surat kepadanya. Di antara isi suratnya berbunyi, "Sesungguhnya kota telah
rusak. Jika Amirul Mukminin memberikan kepada kami sejumlah uang agar kami
memperbaiki kota itu, maka kami akan melakukannya." Umar membalas surat itu,
"Jika kamu membaca surat ini, maka jangalah kota itu dengan cara kamu berlaku
adil dan bersihkan jalan-jalannya dari kezaliman. Karena itulah sebenar-benar
perbaikan."
9. Melakukan amar ma'ruf nahi munkar secara bijaksana. Suatu ketika Abdul Malik
bin Umar bin Abdul Aziz, salah seorang putra Umar, menemui ayahnya, dan
berkata, "Wahai Amirul Mukminin, jawaban apa yang engkau persiapkan di hadapan
Allah Swt. di hari Kiamat nanti, seandainya Allah menanyakan kepadamu, 'Mengapa
engkau melihat bid'ah, tapi engkau tidak membasminya, dan engkau melihat
Sunnah, tapi engkau tidak menghidukannya di tengah-tengah masyarakat?'"
Umar menjawab, "Semoga Allah Swt. mencurahkan rahmat-Nya kepadamu dan semoga
Allah memberimu ganjaran atas kebaikanmu. Wahai anakku, sesungguhnya kaummu
melakukan perbuatan dalam agama ini sedikit demi sedikit. Jika aku melakukan
pembasmian terhadap apa yang mereka lakukan, maka aku tidak merasa aman bahwa
tindakanku itu akan menimbulkan bencana dan pertumpahan darah, serta mereka
akan menghujatku. Demi Allah, hilangnya dunia bagiku jauh lebih ringan daripada
munculnya pertumpahan darah yang disebabkan oleh tindakanku. Ataukah kamu tidak
rela jika datang suatu masa, dimana ayahmu mampu membasmi bid'ah dan
menghidupkan Sunnah?"
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu Ja'unah, Umar bin Abdul Aziz berpesan kepada
'Amr bin Qais sebagai pejabat baru di Ash-Shaifah, "Terimalah orang yang baik
di antara mereka, dan ampunilah orang-orang jahatnya. Janganlah kamu berada di
bagian paling depan di kalangan mereka, sehingga kamu dibunuh, dan jangan pula
menjadi orang yang berdiri di bagian paling belakang, sehingga kamu akan gagal.
Jadilah di tengah-tengah dimana posisimu dapat dilihat dan suaramu dapat
didengar."
Ibnu Asakir juga meriwayatkan dari As-Saib bin Muhammad, Al-Jarrah bin Abdullah
menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut: Sesungguhnya
orang-orang Khurasan adalah orang-orang yang sulit diatur, kecuali dengan
pedang dan cemeti. Jika Amirul Mukminin mengizinkanku memerintah mereka dengan
pedang dan cemeti, maka saya akan lakukan.
Dalam surat balasannya, Umar bin Abdul Aziz menulis: Telah sampai surat yang
kaum kirimkan kepadaku yang menyebutkan bahwa penduduk Khurasan tidak bisa
diatur kecuali dengan pedang dan cemeti. Namun, saya yakin bahwa apa yang kamu
katakan itu adalah bohong. Mereka pasti bisa diatur dan diperbaiki dengan
keadilan dan kebenaran. Maka, sebarkanlah itu di antara mereka.
10. Menegakkan keadilan dan mengabdikan diri untuk menyejahterakan umat. Tekad
Umar bin Abdul Aziz untuk menyejahterakan rakyatnya dan menegakkan keadilan
adalah prioritas utama. Fathimah binti Abdul Malik, istrinya, pernah menemuinya
sedang menangis di tempat shalatnya. Lalu istrinya berusaha membesarkan
hatinya. Umar bin Abdul Aziz berkata, "Wahai Fathimah, sesungguhnya saya
memikul beban umat Muhammad dari yang hitam hingga yang merah. Dan saya
memikirkan persoalan orang-orang fakir dan kelaparan, orang-orang sakit dan
tersia-siakan, orang-orang yang tak sanggup berpakaian dan orang yang
tersisihkan, yang teraniaya dan terintimidasi, yang terasing dan tertawan dalam
perbudakan, yang tua dan yang jompo, yang memiliki banyak kerabat, tapi
hartanya sedikit, dan orang-orang yang serupa dengan itu di seluruh pelosok
negeri. Saya tahu dan sadar bahwa Rabbku kelak akan menanyakan hal ini di hari
Kiamat. Saya khawatir saat itu saya tidak memiliki alasan yang kuat di hadapan
Rabbku. Itulah yang membuatku menangis."
Keseriusan Umar bin Abdul Aziz dalam menegakkan keadilan dapat disimak dalam
tafsir yang ditulis Ibnu Abi Hatim. Dalam kitab itu disebutkan Muhammad bin
Ka'ab al-Qurazhi mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz memanggilnya dan berkata,
"Katakan kepadaku tentang keadilan."
Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi berkata, "Engkau telah menanyakan suatu perkara
yang sangat besar. Jadilah engkau kepada anak kecil laksana seorang ayah, dan
kepada orangtua laksana seorang anak kecil. Sedangkan kepada yang sebaya
laksana seorang saudara, demikian pula kepada kaum wanita. Berilah manusia
sanksis sesuai dengan kesalahanya, dan sesuai dengan kondisi fisiknya.
Janganlah kamu memukul seseorang dengan satu cemeti pun karena kemarahanmu,
sehingga kamu akan dianggap sebagai orang yang melampaui batas."
Malik bin Dinar berkata, "Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, para
penggembala domba dan kambing berkata, "Siapa orang saleh yang kini menjadi
Khalifah umat ini? Keadilannya telah mencegah serigala memakan domba-domba
kami."
Musa bin A'yun bercerita, "Kami pernah menggembalakan domba-domba kami di
Karman pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Saat itulah antara serigala
dan domba berada di satu tempat. Namun, pada suatu malam kami mendapatkan
seekor serigala telah memangsa seekor domba. Maka saya katakan, 'Pasti lelaki
saleh itu kini telah meninggal. Lalu mereka mengaitkan kejadian itu dengan hari
wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang ternyata dia memang meninggal di malam saat
serigala mulai memakan domba."
Kisah ini dapat dimaknai bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz umat
dan masyarakat hidup dalam keadaan sejahtera dan berkecukupan. Keadilan
ditegakkan. Sehingga tidak ada orang yang merasa dizalimi atau dicurangi yang
mengakibatkan munculnya pertikaian dan tindak kriminalitas.
Selama pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, umat dan masyarakat berada dalam
kemakmuran. Tidak ada orang miskin dan terabaikan. Tak ada orang yang
kelaparan. Semuanya hidup serba kecukupan. Hal ini diungkapkan oleh Umar bin
Usaid, "Demi Allah, Umar bin Abdul Aziz tidak meninggal dunia hingga seorang
laki-laki datang kepada kami dengan sejumlah harta dalam jumlah besar dan
berkata, 'Salurkan harta ini sesuai kehendakmu.' Ternyata tak ada seorang pun
yang berhak menerimanya. Sungguh Umar bin Abdul Aziz telah membuat manusia
hidup berkecukupan."
11. Melestarikan lingkungan hidup. Jisr al-Qashshab berkata, "Saya melihat
serigala dan kambing hidup damai di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu
saya katakan, 'Subhanallah! Ternyata serigala sama sekali tidak berbahaya
berada di tengah-tengah kambing?'"
Secara tekstual, pernyataan Jisr al-Qashshab ini memberikan pemahaman kepada
kita bahwa Umar bin Abdul Aziz benar-benar memperhatikan aspek lingkungan
hidup, dimana semua makhluk hidup, termasuk hewan dan tumbuhan mendapatkan
keadilan. Karena hutan dilestarikan, maka binatang-binatang liar seperti
serigala tak perlu turun ke desa untuk mencari mangsa. Hewan-hewan tersebut
telah mendapatkan segala apa yang dibutuhkan.
12. Menolak nepotisme. Al-Azwa'i menceritakan suatu ketika Umar bin Abdul Aziz
duduk di rumahnya bersama para pembesar Bani Umayyah. Umar berkata, "Sukakah
jika kalian aku jadikan salah seorang pemimpin pasukan?" Mereka menjawab,
"Mengapa kau tawarkan kepada kami sesuatu yang kamu sendiri tidak
mengerjakannya?" Umar berkata, "Tidakkah kalian melihat hamparan tempat saya
kini berada? Sesungguhnya saya menyadari sepenuhnya bahwa ia akan hancur dan
sirna. Dan saya tidak suka bila tempat ini dikotori oleh kaki-kaki kalian. Lalu
bagaimana mungkin akan saya jadikan kalian sebagai pemimpin dan pengawas
orang-orang. Tidak mungkin. Dan jangan harap itu terjadi."
Para pembesar itu berkata, "Mengapa tidak? Bukankah kita memiliki hubungan
kerabat? Bukankah kita juga berhak?"
Umar berkata, "Antara kamu sekalian dan orang yang berada jauh di ujung dunia
dalam pandanganku adalah sama. Tidak ada bedanya."
13. Menghukum orang sesuai dengan kesalahannya. Yahya al-Ghassani menceritakan,
ketika masih menjabat sebagai gubernur, Umar bin Abdul Aziz pernah melarang
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik untuk membunuh orang-orang Haruri (kaum
Khawarij yang bermarkas di Desa Haruri). Umar memberi saran kepada Khalifah,
"Penjarakan saja orang-orang itu hingga mereka bertaubat."
Lalu Sulaiman bin Abdul Malik mendatangkan salah seorang Haruri dan menyuruh
orang itu bicara. Haruri itu berkata, "Apa yang harus saya katakan wahai orang
fasik anaknya orang fasik." Ucapan orang Haruri itu diulanginya lagi di hadapan
Umar bin Abdul Aziz.
Sulaiman bin Abdul Malik berkata kepada Umar, "Bagaimana pendapatmu tentang
orang ini?"
Umar bin Abdul Aziz diam. Sulaiman berkata lagi, "Saya ingin kamu menyampaikan
pendapatmu tentang orang ini sekarang juga."
Umar berkata, "Cacilah dia sebagaimana dia mencacimu."
Sulaiman berkata, "Persoalannya tidak semudah itu." Kemudian Sulaiman menyuruh
pengawalnya untuk memenggal kepala Haruri.
Umar bin Abdul Aziz keluar dari ruangan itu dan bertemu dengan Khalid, pengawal
Khalifah. Khalid berkata, "Wahai Umar, bagaimana mungkin kamu menyuruh Khalifah
untuk mencaci Haruri sebagaimana dia mencaci Khalifah? Demi Allah, tadinya saya
mengira Khalifah akan menyuruhku untuk memenggal kepalamu."
Umar bertanya kepada Khalid, "Apa yang akan kamu lakukan seandainya Khalifah
benar-benar menyuruhmu memenggal kepalaku?"
Pengawal itu berkata, "Demi Allah, saya pasti akan lakukan itu."
Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, Khalid datang menemuinya untuk
bertugas sebagai pengawal Umar. Umar bin Abdul Aziz berkata kepada Khalid,
"Letakkan pedang itu!" Lalu dilanjutkan dengan berdoa, "Ya Allah, saya telah
mencopot pedang itu dari Khalid dan saya memohon kepada-Mu janganlah Engkau
angkat pedang itu untuk selamanya."
Yahya al-Ghassani menceritakan, saat Umar bin Abdul Aziz mengangkatku sebagai
pejabat di Mosul, aku mendapatkan wilayah itu dipenuhi tindak kriminal yang
sangat tinggi. Lalu aku menulis surat untuk meminta nasehat kepada Umar apakah
harus menghukum mereka dengan prasangka dan tuduhan tanpa bukti konkrit, atau
dengan bukti-bukti dan keterangan yang jelas sebagaimana diajarkan di dalam
Sunnah Rasulullah Saw.?"
Umar bin Abdul Aziz lalu mengirim surat balasan yang isinya perintah agar aku
melakukan proses hukum berdasarkan fakta sesuai dengan Sunah Rasulullah Saw.
"Jika kebenaran dan keadilan tidak juga mampu menghadirkan perbaikan kepada
mereka, maka jangan harap mereka akan menjadi baik," jelas Umar.
Yahya menambahkan, "Tatkala aku melakukan apa yang diperintahkan Umar, Mosul
menjadi satu wilayah yang paling sedikit memiliki kasus tindak kriminal."
Wallahu a'lam bishshawab.
2 komentar:
Subhanallah....
Semoga Allah meridhai Umar bin Abdul Aziz..
Kl ada pemimpin model gini di salah satu negara di zaman sekarang. Pasti negara tersebut jd digdaya. Masyarakatnya dibiasakan hidup sederhana, pemimpinnya dibiasakan juga hidup sederhana dan harus bisa memposisikan diri mereka seperti yang mereka pimpin.
Indah sekali... Ya Allah, berikanlah kami pemimpin yang seperti ini. Yang tetap berusaha menjalankan kewajiban terhadap-Mu menghidupkan sunah Rasulullah, berlaku adil terhadap semua urusan, dan yang memperhatikan kami lebih dari dirinya.
Saudara-saudaraku, jangan menunggu... coba jadikan diri kalian pemimpin tersebut. Untuk diri sendiri, untuk keluarga, dan untuk orang-orang yang kalian cintai
PS : Btw mas adzan termasuk yang menuju pemimpin seperti ini menurut saya, InsyaAllah :)
c u at Fatahillah
kapan akan hadir lagi pemimpin seperti itu?!, sambil menunggu pemimpin seperti itu muncul saat ini, alangkah baiknya kita terus berusaha meneladani pemimpin2 yang baik terdahulu..
Posting Komentar