Bismillah, saya mau coba menulis tentang salah seorang guru saya..
guru segala hal, baik dalam bisnis maupun ketaatan..
Pada suatu hari saya mendapat undangan untuk pertemuan yang sebenarnya khusus hanya untuk para pengusaha konstruksi dan juga developer. Saya nekat, saya memilih untuk hadir. Pertemuan diadakan di sebuah kantor pemilik perusahaan konstruksi, yang sekaligus inisiator pertemuan. Seperti biasa, saya datang tepat waktu dan masih belum ada orang sama sekali (waduh kebiasaaan buruk bangsa ini deh).
Singkat kata pertemuan pun digelar. Setelah memperkenalkan diri, sang tuan rumah menggagas ide supaya dibentuk kelompok-kelompok kecil untuk sharing knowledge. Kelompok kecil ini akan rutin menggelar pertemuan, seperti kelompok mastermind. Bedanya, arah kelompok ini adalah menuju sebuah konsorsium.
Setelah semua memperkenalkan diri, akhirnya ketahuan (oo..oo..kamu ketahuan...) bahwa sang tuan rumah ternyata yang bisnisnya sudah paling advance diantara kita. Targetnya jelas, menyalip perusahaan Total, perusahaan konstruksi nomor satu negeri ini. Membuat saya berpikir "apa untungnya tuan rumah mengadakan kelompok-kelompok ini? yang ada malah tuan rumah yang dirugikan, karena kita semua yang notabene masih kecil-kecil bakal banyak mengambil manfaat atau ilmu dari beliau ini, sementara ilmu kita sama sekali tidak berguna dan tidak ada apa-apanya untuk mengimbangi beliau"
Dari beliau ini lah saya dikenali istilah "Mas, maling aja ketika mencari anak buah maunya yang jujur. Jadi orang jujur pasti lebih banyak berguna". Saking jujurnya, beliau ketika mengurus pendirian badan hukum (PT, TDP dan lain-lain) mencoba melawan arus, dan mengikuti aturan yang benar-benar sesuai. Tidak menggunakan jalur cepat-lah istilahnya.
"Percuma mas kita selalu bilang anti korupsi, kalau kita ikut menyogok aparat, berarti kita bagian dari lingkaran setan korupsi, dan bukan bagian dari solusi"... subhanallah...
"Saya mengurus PT hingga 6 bulan, emang capek sih, mesti bolak-balik sana-sini. Cuma yang saya yakini, keringat saya, rasa lelah saya bakal dihitung sebagai kebaikan berlebih oleh-Nya. Dan semoga amal saya yang seperti itu yang mendapat ridha-Nya"...masya Allah... saya selalu menangis ketika mengingat kisah ini..
"Siapa diantara kita yang suka masih menyogok polisi ketika ditilang? jika anda masih menyogok, jangan sekali-kali anda mengeluh tentang korupsi di negeri ini. Karena anda telah menjadi bagian dari korupsi itu"
Saking idealisnya, pola keuangan beliau selalu profit sharing ataupun pembiayaan. Sampai saat ini belum pernah berurusan dengan bank. Bukannya melarang, namun selagi bisa menggunakan jalur diluar bank ya kenapa tidak katanya. Namun jika bank konvensional sudah tidak ada kompromi sama sekali, pasti beliau tolak tegas.
Guru saya ini sering sekali melakukan aksi heroik menyelamatkan bangsa. Ya, bagi saya dia adalah pahlawan negeri ini.
"Saya sering ikut tender hanya untuk diniatkan kalah. Karena niat saya untuk menyelamatkan negara, bukan untuk memenangkan tender." Nah, bingung kan...
"Gampang mas kalau mau jadi orang kaya di Jakarta. Tinggal bikin PT, ikut-ikut tender, nanti juga disogok untuk mundur sama peserta tender yang lebih besar. Jadi kan kita dapet duit tuh cuma modal proposal aja hahaha.."
begini contohnya,
"Pernah ada tender pemerintah di Depok untuk construct bangunan. Misalkan dari peserta tender yang terbesar nge-bid Rp 3 Milyar. Wah biaya nya besar sekali. Perusahaan saya pun memasukan harga Rp 1,4 Milyar. Tentu saja heboh. Beberapa kali peserta tender yang terbesar itu mendatangi kantor saya. Berniat memberikan sejumlah uang agar saya mundur dari tender. Saya tegas menolak. Bahkan saya diancam dibunuh segala. Ah...itu mah sudah biasa Mas..."
"Akhirnya si peserta tender yang besar itu menurunkan tawarannya menjadi Rp 1,6M ke pemerintah Depok. Dan mereka menang tender dengan alasan lebih berpengalaman dari perusahaan saya. Saya mah ikhlas, orang niat saya mencari ridha Allah kok. Tapi apa saya kalah? tidak, sekali-kali saya tidak kalah. Saya menang! karena saya menyelamatkan uang negara sebanyak Rp 1,4 Milyar selisihnya dari tawaran awal Rp 3 Milyar!" Subhanallah...
"Dan itu mas yang rutin saya lakukan di tender-tender pemerintah. Padahal kebijakan perusahaan ini sementara menolak berbisnis dengan pemerintah. Beberapa tawaran pemerintah pun kami tolak. Kami mengikuti tender-tender itu memang hanya untuk menyelamatkan uang negara, dan kami justru tidak meniatkan untuk menang." Hmm... ada kalimat yang lebih tepat selain menyebutnya pahlawan?
Tertarik dengan kiprah beliau, kami pun berniat silaturahim ke rumahnya. Setelah sering contact via handphone dan sms, akhirnya beliau mengatakan "Wah saya senang sekali bisa membantu, cuma waktu saya padat pak. Kalaupun pulang malam, saya harus berbagi waktu dengan keluarga. Waktu kosong saya adalah ketika saya shalat Subuh di masjid. Sehabis shalat Subuh kita bisa ngobrol-ngobrol sebelum saya berangkat ke kantor"... Masya Allah.. ditengah kesibukannya, ternyata beliau masih ada waktu untuk membantu orang-orang seperti kami. Bahkan di sela-sela waktu Subuhnya...
Kami pun shalat Subuh di masjid dekat rumahnya, dan langsung mendapat banyak ilmu dari seseorang yang sangat istiqamah ini..
Pesan yang kami ingat, "Mas sudah sunnatullah masa akan berganti. Negeri ini akan kembali menuju kebaikan. Pada saat itu, pengusaha-pengusaha jujur yang akan dicari. Tetaplah istiqamah..."
Terima kasih Pak.. semoga Allah memudahkan apa-apa yang bapak usahakan...
Semoga ilmu yang bapak memberikan dihitung sebagai sadaqah yang tidak akan putus pahalanya..
Semoga berguna..
Di dedikasikan untuk guru kami, Pak Robbyantono dari JPMI
semoga Allah mengumpulkan kita bersama di kampung akhirat nanti pak..
http://adzan101.blogspot.com
2 komentar:
mas adzan (atau mas wahyu?)
Tulisan ini saya ceritakan ke beberapa sobat saya.
Dan saya harap mas nulis lagi kisah nyata kayak gini.
Lebih matil soalnya!
nice story..nice person yah..
Posting Komentar