Selasa, 25 November 2008

Berani karena benar

Lagi2 ini tulisan untuk anak cucu hehe
jgn pada baca ya..
warning : narsis content


seharian lagi pusing ngedidik ponakan yg mentalnya penakut. Umur 3thn, ada bunyi petir dia takut, ada pantomim dia nangis dsb..

15 tahun yang lalu, alkisah ada seorang pemuda, duduk di kelas 4 sekolah dasar (halah itu mah bukan pemuda yak hehe). Beberapa perguruan silat udh diikuti. Bullying/senioritas udah menjadi makanan sehari2. temen2 sekelas itu biasa dimintain duit sama senior, bukan cuma itu, kepala ditoyor2 (hahaha) sampe ada juga yg dipukulin

tibalah giliran sang pemuda pulang sekolah, dimintain duit, sang pemuda menolak (padahal emg ga pny duit hehe) lah trus tiba2 si senior mukul (kira2 ada 4 orang senior), dan langsung jalan meninggalkan si pemuda. Dikiranya sang pemuda tinggal diam.

Dug! punggung sang senior terhantam sebuah batu yg lumayan besar. ya ia ditimpuk. ia pun menoleh ke belakang. Dengan sikap tenang si pemuda mengatakan, "klo emang mau berantem, kesini lah! jangan main pergi aja!"

saat itu si pemuda sedang berdua bersama temannya. Tentu saja teman sang pemuda itu langsung pucat wajahnya ketakutan. Para senior itu pun takut, meninggalkan kami..

hmmm... si pemuda ini kok pede bgt ya..
mari kita ikuti keseharian pemuda..

terlihat sebuah perguruan silat sedang mengadakan latihan rutin. dan terlihat juga sedang ada latih tanding. wah tidak imbang sekali, seorang anak kecil sedang sparing dengan orang2 yg usianya diatasnya, kira2 pelajar SLTP tingkat akhir.

mari kita amati dari dekat..
ternyata pelajar2 SLTP itu adalah pelajar2 nakal yg suka memalak dan menjadi preman di wilayah situ..

dan kita amati lebih dekat..
ternyata para pelajar SLTP tidak pernah berhasil melancarkan satu jurus pun kepada anak kecil itu. Dan anak kecil itu selalu memenangi pertandingan dengan skor telak.

dan kita amati lebih dekat lagi...
ternyata si anak kecil adalah si pemuda yang kita ceritakan sebelumnya itu..

kekuatan si anak kecil ini sudah menjadi buah bibir, saat itu ia sudah duduk di kelas 6 sekolah dasar.

Pada suatu hari ia mendapat cerita bahwa tetangganya yang juga temannya yang seorang perempuan, baru saja dilecehkan oleh anak2 komplek seberang. tentu saja teman2 si anak ini berang dan emosi. Tapi si pemuda ini bisa berpikir bijak, dan mengajak beberapa temannya untuk ke komplek seberang dan meminta pertanggungjawaban sang pelaku pelecehan.

Anak2 komplek seberang malah tersinggung, dan declare a war (wedeh keren ga tuh). mereka merencanakan penyerangan ke komplek si pemuda itu. Oiya, prajurit perang ini tingkatannya beragam, dari mulai kelas 6SD sampai ada yg SMA juga loh..

Akhirnya hari yg ditunggu2 tiba, ya mereka menyerang komplek si pemuda. Sekitar 30 orang. Tapi ada hal yang perlu kita saluti, mereka tawuran tidak pernah pake senjata. Apalagi timpuk2an batu. benar2 berkelahi secara fisik.
makanya klo liat tawuran jaman sekarang suka miris, kok ya pada cemen amat ya pake batu timpuk2an, ya face to face lah... (hehehe harusnya kan mirisnya karena tawurannya ya :P )

sang pemuda ini bijak, memimpin "pasukan"nya yang lebih tua darinya dan tetap memberikan himbauan dulu kepada pihak "musuh" bahwa kita bisa berunding, tapi justru dijawab dengan serangan2 fisik. Dan "pertempuran" pun tidak bisa di elakkan..

hasilnya? ya namanya orang tawuran mah ga ada menang kalah. tapi sang pemuda ini makin kesohor, karena kemampuannya bisa menghadapi beberapa lawan sendirian. Bahkan pernah suatu saat ia dijebak untuk diajak negosiasi oleh "musuh" namun ternyata dihadapi sebuah pengeroyokan oleh 4 orang musuhnya. Tetap, dia tidak kalah..

akhirnya si pemuda ini menginjakan kakinya di bangku SLTP. Sekolah barunya jauh, sekitar 13km. 2 kali naik angkot dari rumahnya..

di sekolah barunya, karena badannya yg kecil dan sikapnya yang pendiam, membuat ia sekali lagi menjadi korban bullying. Tapi kali ini bukan oleh seniornya melainkan justru oleh teman2nya yg seangkatan..

tiap hari mendapat cemoohan
"banci!"
"bencong!"
"anak cewe!"

si pemuda tidak menggubris, dibiarkan saja. Genk pencemooh badannya besar2 dan tinggi2, salah satunya menggunakan kacamata. kontras memang sama si bocah ini yang kurus dan kecil. Hampir dua bulan penuh ia mendapat cacian seperti itu. Tapi ia biarkan saja

sampai akhirnya ia di olok2 ttg orangtuanya. Ga pake banyak omong, ia langsung menghentikan langkahnya dan menghampiri si pengolok-olok..

"Blegem!"
dihajar wajah sang pengolok oleh sang pemuda hingga kacamatanya luluh lantah..
jauh diluar dugaan, ternyata sang pengolok yang badannya tinggi besar itu menangis dengan keras, karena takut dimarahi orangtuanya akibat kacamata pecah..
makanya jgn belagu bang... hehehe

berakhirlah masa pengolok2annya di SLTP. namun sang pemuda tetaplah dirinya yang dulu, tidak banyak tingkah dan banyak omong. Selama ga ada yang ganggu, dia juga ga suka jadi pengganggu..

tapi belum berakhir di jalanan..
karena perjalanan rumah ke SLTP nya berjarak 13km, beberapa kali si pemuda ini dipalak preman2 ataupun anak2 SMA

bagaimana ia menghadapi pemalakan di jalan?
nantikan kisah selanjutnya...

2 komentar:

anugerah perdana mengatakan...

kasian sekali, karena masa depan si pemuda udah ketebak

hobi motretin domba lagi kawin

hehehe...

Anonim mengatakan...

berantem lagi ya..