Rabu, 19 Agustus 2009

Film Merah Putih

Sabtu lalu saya berkesempatan nonton film Merah Putih di Artha Gading (sebenernya sih gara2 ditodong istri)

Dari jaman dulu, saya paling suka yg namanya sejarah. makanya koleksi film di rumah hampir 90% isinya sejarah yg identik dgn film2 kolosal. makanya kesempatan ada film sejarah di indonesia, tidak di sia2kan..

seting film adalah jama revolusi kemerdekaan, yakni agresi militer Belanda yang kembali ingin menguasai nusantara setelah Jepang menyerah kepada sekutu. kritikan pertama saya, "feel" tahun 1945-1947 nya ga dapet. keliatan klo kurang merhatiin detail nih film. jadi ga keliatan "jadul"-nya

kritik kedua adalah masalah penokohan yang terkesan di paksakan. Ada orang Bali dengan agama Hindu-nya, orang Manado dengan Kristen-nya, orang jawa yg muslim. Terlalu memaksakan "Indonesia Raya" banget. jadinya kayak kurang natural penokohan nya. Walau niatnya sih bagus, nunjukin keragaman bangsa, dan saling membantu. tapi jadi ga artistik, ga nyeni istilahnya..

kritik ketiga adalah alur cerita yg sangat "standar". malah orang yg duduk sebelah saya bilangnya "ini mah bukan film, tapi nonton game counter-strike". Alur critanya bener2 standar. Sisi emosionalnya juga kurang. skenario-nya simple banget, tembak2an sama belanda. gitu aja.

kritik keempat, kok itu tentara ada adegan dansa2nya ya.. kasian para tentara yg ga suka dan ga pernah dansa2, seolah terwakili stereotip tentara suka dansa2. saya tau persis kok banyak sekali pejuang kita yg serius, dan ga suka foya2 atau dansa2. disini saya cuma mau bilang, ga semua pejuang/tentara berdansa2 spt di film itu.. walau mungkin ada sebagian yg kyk gitu hehe

nah, sekarang bagian muji-nya deh

pertama, efek tembak2annya keren. mayan lah bikin jantung kaget2

kedua, saya suka sama tokoh si Thomas dari manado. hehe torang ga salah apa2, ngana mau apa hehe..

ketiga, apapun itu film indonesia indonesia seperti ini layak mendapat apresiasi. paling tidak menambah kecintaan kita terhadap negara kita.

6 komentar:

Zidni mengatakan...

iya zan,
kalo jujur agak kecewa sih,
masak Hasyim Joyohadikusumo filmnya kayak gini,
harusnya mirip-mirip sama Band of Brothers gitu lah, kan uditnya banyak.

Sebenernya kalo dia bikin film tentang pamannya yang gugur di Tangerang bakal lebih bagus, lebih asli.

Adzan W. Jatmiko mengatakan...

lha itu maksud gw zid..

ya kesian lah klo dibandingin ama band of brother..

paling ngga kyk Tora! Tora!
atau letter from owajima

spiritnya kurang

Anonim mengatakan...

kakek gw tentara dan dia bilang dia suka dansa :D

Adzan W. Jatmiko mengatakan...

pantes nurun ke cucu nya

(lagi bayangin rinal dansa)

Zidni mengatakan...

bapak gw pernah jadi tentara dan suka mancing :P

PNMF mengatakan...

Saya ga suka dialog2nya yang Hollywood banget, ga kaya' orang Indonesia. Kaya' pas Dayan ngomong "merindukan aku?" setelah dia membunuh tentara Belanda yang menembaki Amir. Tapi, filmnya ga jelek kok, hanya kurang greget aja....