Sebelum saya mulai artikel ini, mari sama-sama kita bedakan definisi tentang aksi dan reaksi. Ketika kita berbicara tentang sebuah kelompok, komunitas, ataupun negara, setiap aksi yang kita lakukan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai aturan dan norma yang berlaku. Hal ini merupakan hal yang niscaya dalam rangka penegakan reward and punishment.
Sama halnya dalam hukum Islam tentang Qishas. Negara wajib memberikan punishment untuk pelaku kejahatan. Masalah pihak keluarga korban akan memaafkan, ya itu nomor sekian. Sekali lagi, negara harus memenuhi kewajiban nya untuk memberikan hukuman. Nah, tinggal hak preogratif keluarga korban yang akan memaafkan perbuatan tersebut atau tidak.. Kira-kira mengerti ya.. (harus ngerti pokoknya hehehe). Jadi yang saya bahas disini adalah tentang aksi-reaksi yang sifatnya lebih banyak berupa individual (person to person).
Sejarah telah mencatat seorang tokoh paling berpengaruh, Muhammad SAW yang segala tindakannya patut kita tiru. Ketika ia mengajak seseorang untuk kebaikan, dikisahkan dibalas dengan kedengkian, pelecehan, penghinaan, hingga diludahi. Tapi apa kemudian yang ia balas? ketika orang yang melecehkan itu jatuh sakit dan hampir tidak ada orang yang menjenguknya, Muhammad SAW menjadi satu-satunya orang yang merawatnya.. Endingnya pun jelas, dua kalimat syahadat..
Ada sebuah kisah dari negeri Cina kuno yang menggambarkah betapa dahsyatnya arti sebuah kebaikan.. Ketika itu terjadi peperangan dahsyat antara dua negara yang selalu bertentangan. Korban pun berjatuhan satu demi satu. Salah seorang jenderal panglima perang merasa iba dengan banyaknya korban yang berguguran. Ia pun menemukan seorang tentaranya yang sedang terkapar, dengan luka yang menganga di bagian kaki. Tentara itu pun tak sendiri, karena tak lama dari kejauhan muncul seorang wanita tua (belakangan diketahui kalau itu adalah ibu sang tentara) yang berlari mendekati sang tentara untuk merawatnya.
Sang jenderal tertegun menyaksikan pemandangan ini, ia kemudian menghampiri sang tentara dan menanyakan tentang kondisinya. Akhirnya diketahui bahwa luka sang tentara bukanlah luka biasa, namun terkena tusukan yang mengandung racun. Pada saat itu adalah sebuah hal yang aneh dan tabu, jika ada seorang jenderal yang turun langsung menanyakan kondisi tentaranya. Tentu saja sang tentara merasa bangga, karena bisa langsung berbicara dengan jenderal yang menjadi teladan nya...
Lebih dari itu, sang jenderal diluar dugaan berlutut, mencium lukanya, menjilatinya, menghisapnya hingga racun nya keluar. Kemudian ibunda dari sang tentara itu menangis... semua orang mengira bahwa sang ibu menangis karena merasa bangga akan anaknya yang mendapat perhatian khusus dari sang jenderal, tapi ternyata beda, sang bunda kemudian berkata.. "dahulu, ayah dari anak ini tertimpa musibah yang sama, dan jenderal ini (jenderal yang sama) melakukan hal yang sama persis seperti yang ia lakukan sekarang. Saya tahu bahwa anak saya tidak lama lagi akan mati, karena dulu ayahnya langsung berdiri menerjang musuh hingga tewas setelah sang jenderal menyembuhkannya..."
Dan apa yang dikatakan ibunya terbukti. Sang anak berkaca-kaca mendapat kasih sayang sang jenderal. Kemudian ia segera berdiri tegak, menerjang musuh-musuhnya hingga tewas. Belasan musuhnya berhasil dibunuh sebelum ia menemui ajal...
Kita semua bisa simpulkan dari cerita diatas bahwa tidak pernah ada rugi atas semua kebaikan yang kita lakukan. Dan ingat, "faktor kali" kebaikan akan terus berlipat ganda layaknya jaringan MLM. Tiap kita berbuat baik, tentu semua orang yang merasakan kebaikan kita akan menyebarkan kebaikan itu juga kepada orang banyak. Coba kita bayangkan jika ini berlaku masal, mungkin tidak akan ada lagi kejahatan di muka bumi....
So, mari kita sebarkan kedamaian di muka bumi :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar