Kamis, 06 September 2007

A power to forgive...

Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang kebaikan, kali ini tentang kemampuan memaafkan.

Mungkin kita pernah mendengar tentang konsep "tabungan emosional" ala Stephen Covey. Setiap kita berbuat kebaikan kepada seseorang, anggap saja kita menambah "tabungan emosional" kita kepadanya. Dan setiap kita khilaf, dan berbuat hal yang tidak baik kepadanya, maka sama saja dengan mengambil "tabungan emosional" kita dari dia..

Ada cerita juga dari (lagi-lagi) Cina kuno. Ketika Cao-cao tidak menghukum mati jenderal nya yang berbuat kesalahan fatal. Akhirnya sang jenderal menunjukan loyalitasnya yang luar biasa untuk tuan nya. Tentu saja kasus-kasus seperti ini adalah tipikal, artinya tidak semua orang bisa bereaksi sama. Disini diperlukan kejelian seorang pemimpin untuk memberi "hukuman" yang tepat untuk bawahannya. Dan Cao-cao telah memilih "hukuman" yang tepat untuk jenderalnya.

Kisah nyata pun pernah menimpa saya. Saya cuma ingin bereksperimen tentang konsep "tabungan emosional". And it works! ketika ada orang yang terus memfitnah, menebar kebencian dan kedengkian, saya tidak mencoba meluruskannya, saya hanya diam dan terus bekerja, memberi bukti dan bukan janji. Setiap orang itu mencibir, saya berikan senyuman. Setiap ada berita tidak baik, saya beristighfar, dan tentu saja terus memberi bukti, bukan janji. Bahkan dalam beberapa kesempatan orang itu butuh pertolongan, saya lah orang yang pertama menolong (belajar dari sang guru, Muhammad SAW) Dan Allah sebaik-baiknya makar, tidak butuh waktu lama untuk membuktikan bahwa semua tuduhannya adalah fitnah. Bahkan saya mencoba untuk mendoakan orang itu agar diampuni dosanya. Sesuai prinsip tabungan emosional, karena saya yakin Allah akan semakin ridha dengan kita jika kita memaafkan. Toh ga ada ruginya buat kita :)

Dan terbukti, beberapa orang yang saya lapangkan pintu maaf dan kesabaran, kini menjadi orang-orang yang selalu siap untuk membantu saya kapan saja. Bahkan ketika mendengar ada orang lain yang berbuat tidak baik kepada saya, orang-orang itu yang pertama bereaksi dan membela saya, bahkan tak segan melakukan apapun untuk membalasnya. Terima kasih Tuhan, Engkau telah membuktikan janji-Mu.

Coba yuk, kita mulai hobi menabung... eits, tapi dalam hal ini bukan menabung di bank, melainkan menabung disisi emosional orang-orang yang kita kenal. Balesannya dobel, di dunia dan di akhirat. Di akhirat dapat pahala, di dunia dapat kemudahan. Kebetulan orangtua saya adalah penganut fanatik "tabungan emosional" ini. Dan ketika sudah renta dan tiada, anak-anaknya lah yang menikmati "bunga tabungan" yang mereka simpan selama ini. Semua menjadi mudah ketika orang-orang yang dulu dikenal orang tua saya membantu saya sekarang ini.

Jadi, ketika kita paham konsep ini, harusnya kita menjadi pribadi yang tidak mudah pemarah. Dahulu dosen psikologi saya pernah berkata bahwa yang membedakan manusia dengan binatang adalah masalah reaksi. Ketika kita melakukan aksi ke binatang, binatang langsung bereaksi tanpa dicerna akal. Sementara manusia selalu berpikir sebelum bereaksi (harusnya ya... hehehe). Saran saya, jika kita dalam posisi marah atau tidak enak, berikut ini hal-hal yang mesti kita lakukan

1. Ingat Tuhan dan mohon ampun (dalam agama Islam dikenal kata "astaghfirullah")
2. Diam sembari berpikir (carilah reaksi terbaik, jangan terbawa nafsu. Pikirkan kepentingan orang banyak, pikir jangka panjang juga apa akibat dari reaksi kita, pikir juga 70 kebaikan yang pernah dilakukan orang yang sedang kita benci sekarang, pikir juga apakah kita mau menambah "tabungan emosional" kita atau malah ingin mengambilnya)
3. Kalau masih emosi juga, Minum air putih, cuci muka, cuci tangan atau Hydroterapi (dalam agama Islam bisa mengambil air wudhu)
4. Kalau masih emosi juga ya pulang, merenung (dalam agama Islam bisa memilih shalat), dan diamkan. Bahkan di agama saya (islam) sangat memahami sisi emosi manusia dan membiarkan kita untuk mendiamkan orang-orang yang berbuat keburukan kepada kita. Namun tetap ada batasnya hanya untuk tiga hari.
Jangan marah...jangan marah...jangan marah... itu kata idola saya :)

sekian semoga berguna
wassalam

Tidak ada komentar: