Minggu, 23 September 2007

Belajar dari tukang asinan keliling

Kejadian simple tadi malam yang dapat kita ambil pelajaran darinya...

Tukang asinan itu beda dari biasanya. Ya, tentu saja beda. Ketika bulan puasa, ia keliling ketika selesai shalat maghrib. Lembur lah istilahnya. Outfit nya pun beda, kini ia tampak percaya diri dengan menggunakan peci ketika berdagang.

Tukang asinan itu adalah seorang tua, mungkin lebih layak dipanggil kakek. Badan nya yang mungil seolah tidak menjadikan ia alasan untuk berjuang menjemput rizkiNya.

Malam itu ia sedang berhenti di depan rumah sebelah. Aku panggil tiga kali, ia tidak menoleh, tetap menunduk. Aku terus memanggilnya, dan kemudian wajahnya menghadap ke arahku. Herannya, ia tetap berdiri di tempat, tidak bergeming. Aku panggil lagi, ia menatapku, tapi tetap tidak bergerak. Kemudian ada motor melintas, dan membantuku memanggil si kakek tua penjual asinan. Baru akhirnya sang kakek menghampiri.

Agak kesal aku pun menyapa, "kenapa Pak, kok dipanggil diem aja?"
sambil tersenyum malu ia menjawab, "anuu...maaf Dik, tadi bapak lagi ngitung duit...."

entah kenapa suaranya memberikan suatu simpati tersendiri. Emosi pun reda, yang tadinya mau marah tiba-tiba malah merasa jatuh hati sama si kakek..

"Bulan puasa tambah rame Pak?" lanjut aku
"Alhamdulillah......" jawab si kakek sembari tersenyum

hmmm...benar-benar beda. Ada nuansa keteduhan dari kalimat "alhamdulillah" sang kakek. Sang kakek benar-benar mengerti dan mendalami makna nya. Ucap syukur sang kakek benar-benar menggetarkan hati saya.

Tiba-tiba ada motor berhenti, pengendara motor itu pun berniat membeli asinan sang kakek. Mungkin buat istrinya, kata aku dalam hati. Hatiku terasa lebih bergetar, sungguh Allah Maha Pemberi Rizki. RizkiNya bisa datang dari sisi yang tidak bisa kita duga-duga...

Sungguh malam itu saya mendapat banyak pelajaran berharga dari si kakek...

Pertama, kesungguhan si kakek untuk menjemput rizkiNya secara halal dan baik. Si kakek "lembur" kerja malam di usia senja, demi rizki yang halal dan demi sebuah kemuliaan. Padahal untuk ukuran si kakek, banyak orang yang memilih untuk menjadi peminta-minta, atau bahkan mengharapkan rizki dari anak-anaknya saja. Membuatku menjadi malu ketika lelah, bahwa ada kakek tua yang umurnya 3 kali lipat, tetapi pantang menyerah menjemput rizki yang halal dan baik.. Sungguh malu bagi orang-orang yang memilih rizki dari yang buruk, korupsi dan lain sebagainya. Sungguh malu bagi pemuda untuk bermalas-malasan jika melihat si kakek...

Kedua, si kakek telah mengajarkan rasa syukur mendalam. Si kakek benar-benar terlihat menikmati rupiah demi rupiah yang dihasilkan. Si kakek benar-benar menikmati pekerjaannya. Tergambar dari suaranya keihkhlasannya. Menjadi introspeksi tersendiri dengan melihatnya. Betapa selama ini kita tidak bersyukur atas rizki yang kita terima. Bahkan kita selalu merasa kurang dan kurang...

Ketiga, kakek itu telah menunjukan bahwa Allah Maha Pemberi Rizki. Tentu saja bagi hamba yang berikhtiar seperti dirinya..

Kek, hari ini kakek telah memberikan banyak pelajaran. Mulai hari ini kakek adalah salah satu dari sekian banyak guru saya. Semoga Allah merahmati dan membuka lebar-lebar pintu rizki kakek...

Ya Allah, perbanyak orang seperti si kakek ini.......

Semoga berguna
wassalam

Tidak ada komentar: